Kerja Hybrid Sebagai Alternatif Sistem Kerja Pasca Pandemi
Berkat pandemi kini banyak organisasi meneliti dan mengkaji mengenai efektivitas jam kerja mereka. Beberapa perusahaan sangat ingin mengembalikan pola kerja tradisional yang berfokus pada konsep 5 – 2 (lima hari kerja dan dua hari libur), namun pada saat yang sama keinginan karyawan yang sudah terbiasa dengan cara bekerja secara fleksibel ataupun Work From Home (WFH) menginginkan adanya sistem kerja baru yang lebih baik, Beberapa diantaranya menyebutnya sebagai pola kerja hybrid, yakni perpaduan antara bekerja secara fisik di kantor dan juga bekerja secara remote.
Menurut Lauren C Howe, Ashley Whillans, dan Jochen I Menges dari Harvard Business School, salah satu alternatif pola kerja yang dimaksud adalah pola kerja 3 – 3 – 2. Pola tersebut memberikan pilihan pada karyawan untuk bekerja tiga hari di kantor dan dua hari WFH serta sisanya dua hari diasumsikan sebagai hari libur.
Mereka menyebutkan bahwa pola ini menitikberatkan pada fleksibilitas karyawan, karena mereka memilih sendiri pengaturan yang paling sesuai untuk dirinya dan menyesuaikan hari-hari mereka dengan jadwal pribadi.
“Karyawan menghargai fleksibilitas yang mereka rasakan selama pandemi, dan menginginkan lebih banyak pola kerja semacam ini di masa depan,” kata Whillans, asisten profesor di Harvard Business School.
Kunci dari model 3-2-2 menurutnya adalah kebebasan pada karyawan untuk memilih tempat mereka bekerja. Karena pemberian fleksibilitas yang tepat akan tetap melibatkan perusahaan yang mempertimbangkan faktor-faktor seperti risiko keselamatan Covid, preferensi karyawan, dan diskusi tentang jenis kegiatan apa yang akan mendapat manfaat dari beberapa interaksi langsung.
Namun demikian Whillans juga menyadari bahwa sebagian besar organisasi, masih menginginkan pola lama yang meliputi lima hari kerja secara efektif.
Whillans menambahkan bahwa model 3 – 2 – 2 akan terlihat berbeda di berbagai organisasi – terutama di dalam perusahaan yang lebih besar dimana kemampuan untuk melakukan koordinasi banyak pekerja secara langsung pada saat yang sama dapat menjadi lebih rumit. Namun intinya tetap sama: menghormati preferensi pekerja sambil menjaga kolaborasi dan produktivitas di puncak.
“Setiap kantor memiliki pertimbangan yang berbeda, tetapi gagasan umumnya adalah memikirkan kapan harus mendorong karyawan untuk datang ke kantor versus tinggal di rumah untuk memfasilitasi keseimbangan kehidupan kerja dan meningkatkan interaksi sosial yang kreatif dan informal di antara karyawan,” katanya.
Sumber/foto : bbc.com/fusionworkplaces.com
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS