Hendrik : Kreativitas Karyawan Pada Prinsipnya Datang Dari Dalam
Kinerja organisasi yang baik, berpengaruh pada keberhasilan dan kesuksesan perusahaan tersebut. Kreativitas karyawan, menjadi salah satu faktor pendukung, bagaimana organisasi mendapatkan kinerja terbaiknya. Maka dari itu, perlu bagi organisasi untuk mengembangkan kreativitas karyawan, termasuk bagaimana menciptakan lingkungan yang bisa mempengaruhi kreativitasnya. Hala tersebut disampaikan oleh Hendrik SIlitonga, Chief Excecutive Officer Trizor Inti Manajemen kepada Redaksi Intipesan Rabu (26/2) dalam kesempatan seusai menyampaikan ssinya dalam seminar Psychology At Work di Ritz Carlton Jakarta.
Dirinya menyatakan bahwa ada banyak hal untuk mengembangkan kreativitas karyawan. Namun yang jelas latihan, menjadi salah satu kunci utama yang harus dilaksanakan. Karena menurutnya kreativitas perlu pelatihan dan dilatih, serta tidak datang dengan sendirinya. Kemudian juga perlu bagi karyawan untuk melihat peluang-peluang atau isu-isu, yang bisa ditingkatkan ketika bekerja. Baik itu berbentuk proses, prosedur, servis, dan banyak hal lainnya.
Hendrik juga mengatakan bahwa selain pelatihan dan membaca peluang, lingkungan juga berperan besar dalam membangun kreativitas karyawan. Karena menurutnya kreativitas pada prinsipnya datang dari dalam ke luar.
“Jadi kalau dari luar ke dalam, persoalannya nanti kita tidak akan bisa kreatif. Karena belum tentu faktor dari luar itu bisa membangun kita. Kalau misalnya lingkungannya tidak kreatif, apakah dengan sendirinya kita menjadi orang yang tidak kreatif?,” katanya.
Lebih lanjut ia mejelaskan, ketika kreativitas datang dari dalam keluar, maka karyawan bisa menjadi pionir di dalam kreativitas. Mereka bisa menjadi orang yang memberi warna di dalam lingkungan.
“Jadi bukan lingkungan yang memberi warna kepada kita,” tegasnya.
Dalam artian bisa memberi warna terhadap lingkungan adalah bahwa kreativitas itu dilakukan bukan sesuatu yang dahsyat, luar biasa, dan merubah sesuatu yang besar bahkan harus merubah sistem. Namun, bisa dilakukan dengan hal-hal yang sederhana tetapi memang dipraktikan dalam sehari-hari.
“Jadi kalau hal-hal seperti itu, kan sebenarnya idealnya datang dari orang-orang itu. Misalnya ketika kita diperhadapkan suatu masalah, maka penyelesaiannya bisa dengan kreativitas. Jadi enggak harus disuruh-suruh menjadi orang yang kreatif,” ungkapnya.
Kemudian dalam mengembangkan kreativitas karyawan, Hendrik mengakui bahwa banyak hambatan yang dialami. Hal yang sering dihadapi adalah paradigm lama.
“Ah udah begini kenapa sih harus dirubah-rubah, susah, sulit, merepotkan. Itukan paradigm lama,” ungkapnya.
Jadi perlu untuk merubah mindset dan pola pikir, supaya itu tidak menjadi penghambat. Sedangkan penghambat lain yang lebih seirus adalah seperti birokrasi, peraturan, dan lainnya.
“Tetapi kalau menurut saya yang namanya peraturan dan lain sebagainya, kalau di luar domain kita ya sudah tidak usah diapa-apakan. Yang bisa kita kerja ya kerjakan. Kalau kita harus merubah sistem peraturan kan bukan domainnya kita. Jadi apa yang bisa kita lakukan maka lakukanlah, itu sebenarnya hal-hal praktis di dalam kreativitas,” tukasnya.
Maka dari itu setiap organisasi, harus melakukan berbagai upaya agar karyawan bisa kreatif. Kita bisa serahkan kepada otoritas untuk mempengaruhinya. Seperti halnya diberikan briefing, coaching, pandangan, wawasan dan sebagainya.
“Jadi itu orang yang punya otoritas, apakah atasannya atau siapa itu harus mampu memberikan pemberdayaan, supaya dia bisa menjadi seperti itu. Tapi jangan didiemin juga, karena masalahnya kalau didiemin itu bisa membuat karyawan semakin terpuruk,” tegasnya.
Jadi responsibility atasan atau tim menjadi hal yang sangat berperan penting, dalam membangun kreativitas karyawan. Jika karyawan berada di tim yang solid dan kreatif, hal itu akan mempengaruhi dia untuk terus belajar dan menjadi kreatif.
Untuk melihat karyawan itu kreatif atau tidak, organisasi bisa lihat dari ide-ide, gagasan-gagasan yang dia lontarkan termasuk pada perubahan-perubahan yang dikontribusikan kepada perusahaan.
“Kita bisa lihat hal-hal yang simple sebenarnya. Misalnya dalam sebuah rapat, dia sudah mulai kasih usulan, ide-ide baru atau memberikan suatu respon positif terhadap ide orang lain, diperkaya, dari situkan sudah kelihatan dia sudah mengalami perubahan di dalam konteks kreativitas,” tutupnya.(Artiah)