Empat Perilaku Yang Dapat Membantu Pemimpin Dalam Mengelola Krisis
Peran dan tanggung jawab para pemimpin bisnis telah berubah secara dramatis dalam beberapa minggu terakhir. Sebelum Covid-19, CEO dan eksekutif lain di perusahaan-perusahaan lebih banyak difokuskan pada pengembangan inovasi, mendorong pendapatan, dan mendapatkan pangsa pasar. Namun demikian ketika situasi berubah dengan cepat dan semakin buruk, banyak dari pemimpin yang sama harus membuat keputusan cepat tentang mengendalikan biaya dan menjaga likuiditas. Mereka mungkin menghadapi hambatan yang tidak terduga – masalah distribusi, berkurangnya anggota tim, dan tantangan operasional – yang secara drastis mengubah ruang lingkup peran dan prioritas mereka. Sementara itu mereka juga harus mencari solusi atas masalah kesehatan dan keselamatan yang terjadi, diantaranya dengan menempuh keijakan bekerja dari jarak jauh dan mengatur ulang produktivitas mereka selama pandemi.
Ini bukan transisi yang mudah. Mereka yang bertanggung jawab akan diuji di daerah-daerah, dimana mereka belum pernah mengahadapinya secara nyata. Ini tentunya harus mendapatan banyak dukungan dan bantuan dari semua pihak.
Setelah melakukan lebih dari 21.000 penilaian kepemimpinan di kalangan eksekutif C-suite, tim peneliti kami di ghSMART telah belajar bahwa untuk bergerak maju dalam krisis, para pemimpin perlu memupuk empat perilaku dalam diri mereka sendiri dan tim mereka. Mereka harus memutuskan dengan kecepatan presisi, beradaptasi dengan berani, memberikan hasil yang andal, dan bisa mencari bergama alternatif solusi ketika timbul konflik. Empat perilaku yang didefiniaiskan adalah sebagai berikut :
1. Berani Mengambil Keputusan Dengan Cermat
Pada saat ini situasinya berubah sangat cepat dari hari ke hari – bahkan dari jam ke jam. Para pemimpin dipaksa untuk dengan cepat memproses informasi yang tersedia, dengan cepat menentukan apa yang paling penting, dan membuat keputusan dengan keyakinan. Selama krisis, kelebihan kognitif tampak; informasi tidak lengkap, minat dan prioritas mungkin berbenturan, dan emosi serta kecemasan meningkat. Analisis dapat dengan mudah dihasilkan, namun terkadang diperburuk oleh kecenderungan alami dari organisasi yang dibuat matriks untuk membangun konsensus. Para pemimpin harus menerobos inersia, untuk membuat organisasi dilatih pada kesinambungan bisnis hari ini sambil meningkatkan peluang keberhasilan jangka menengah hingga jangka panjang dengan berfokus pada beberapa hal yang paling penting. Kerangka kerja yang sederhana dan dapat diskalakan untuk pengambilan keputusan yang cepat menjadi sangat penting.
Untuk itu setiap pemimpin harus dapat menetapkan prioritas. Dengan cara identifikasi dan komunikasikan tiga hingga lima yang paling penting. Di awal krisis, itu mungkin termasuk keselamatan dan perawatan karyawan, likuiditas keuangan, layanan pelanggan, dan kontinuitas operasional. Dokumentasikan masalah-masalah yang diidentifikasi, pastikan kepemimpinan sepenuhnya selaras dengan mereka, dan buat koreksi jalannya saat peristiwa terjadi. Selanjutnya mulai memikirkan tindakan yang harus diambil secara cepat dan jangan terpaku pada satu kesalahan. Salah langkah akan sering terjadi, tetapi penelitian kami menunjukkan bahwa kegagalan untuk bertindak jauh lebih buruk.
2.Beradaptasi Dengan Cepat
Para pemimpin yang kuat akan banyak menghadapi perubahan keadaan. Mereka akan selalu mencari masukan dan informasi dari berbagai sumber, tidak takut untuk mengakui apa yang tidak mereka ketahui, dan ini akan membawa pemahaman yang lebih baik saat dibutuhkan.
Mereka harus bisa memutuskan apa yang tidak boleh dilakukan. Tahan inisiatif dan pengeluaran besar, dan prioritaskan dengan seksama. Publikasikan pilihan “apa yang tidak boleh dilakukan”.
Kemudian cobalah membangun dan memperkuat koneksi langsung ke garis depan. Dalam situasi triase, sangat penting untuk memiliki gambaran yang akurat dan terkini tentang apa yang terjadi di lapangan. Apakah menjalankan rantai pasokan, memimpin perusahaan pengelolaan limbah, atau mengawasi perusahaan farmasi, para pemimpin harus mendapatkan penilaian situasional lebih awal dan sering. Salah satu caranya adalah menciptakan jaringan para pemimpin dan influencer lokal yang dapat berbicara dengan pengetahuan mendalam tentang dampak krisis dan sentimen pelanggan, pemasok, karyawan, dan pemangku kepentingan lainnya. Teknologi dapat menyatukan para pihak; pikirkan wiki internal yang menangkap masalah, solusi, inovasi, dan praktik terbaik. Para pemimpin yang efektif memperluas antena mereka di semua ekosistem tempat mereka beroperasi.
3.Menyampaikan Dengan Cepat.
Para pemimpin terbaik mengambil kepemilikan pribadi dalam krisis, meskipun banyak tantangan dan faktor berada di luar kendali mereka. Mereka akan menyelaraskan dengan fokus dari tim, kemudian menetapkan metrik baru untuk memantau kinerja, dan menciptakan budaya akuntabilitas.
Para pemimpin hendaknya tetap waspada dan bersatu pada prioritas harian dan juga hendaknya mendokumentasikan lima prioritas utama mereka (setengah halaman atau kurang) secara ringkas. Serta memastikan bahwa mereka yang di atas sesuai dengan petunjuknya. Kemudian mereka juga harus meninjau kinerja secara rutin – jika tidak setiap hari, mungkin setiap minggu – dan pastikan bahwa para pemimpin membagikan informasi ini dengan laporan langsung.
4.Bersiap Menghadapi Yang Terburuk
Di saat krisis, tidak ada pekerjaan yang lebih penting daripada menjaga tim. Para pemimpin yang efektif memahami keadaan dan gangguan yang mungkin terjadi pada tim mereka, tetapi berikanlah saran untuknya tentang bagaimana cara menemukan untuk memotivasi, dengan jelas dan menyeluruh mengomunikasikan tujuan dan informasi baru yang penting. Poin ini patut mendapat perhatian ekstra, karena walaupun Covid-19 adalah krisis kesehatan, namun setidaknya telah memicu krisis keuangan juga. Para pemimpin perlu mengulangi prioritas baru secara teratur untuk memastikan adanya proses yang berlanjut pada saat terjadinya perubahan yang penuh tekanan ini.
Untuk itu setiap pemimpin hendaknya selalu terhubung dengan anggota tim individu, dan dapat memantau kegiatan mereka setiap hari. Seperti misalnya dengan melakukan kontrol selama 30 menit dengan laporan langsung setiap Jumat sore melalui Zoom. Sehingga setiap orang yang terlibat mengetahui dengan persis apa masalah yang terjadi dan bagaimana cara mengatasinya.
Sumber/foto : hbr.org/inc.com
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS