85 Persen Karyawan di Selandia Baru Merasa Peningkatan Stres Telah Menurunkan Produktivitas Kerja
Sebuah survei oleh Employers & Manufacturers Association (EMA) Selandia Baru mengungkapkan, pada saat ini ternyata lebih banyak pekerja Selandia Baru menghadapi peningkatan stres di tempat kerja. Peningkatan tersebut 91 % memiliki dampak yang signifikan terhadap fisik mereka dan juga memengaruhi kondisi psikologis (87%) serta emosional (87%).
Dari jumlah tersebut, 85% karyawan mengaku sering mengalami kelelahan fisik dan mental, sedangkan 63% merasakan kecemasan yang berlebihan. Kemudian 69% mengalami kesulitan berkonsentrasi ketika bekerja.
The 2022 Workplace Wellbeing Survey 2022, yang diadakan pada tahun kedua ini dilakukan secara nasional, dengan melibatkan 1.200 responden.
Menurut Brett O’Riley, Kepala Eksekutif EMA, dirinya menemukan menemukan penyebab nomor satu stres di tempat kerja, adalah kekurangan staf. Ini yang kemudian sering menyebabkan ketidakseimbangan dalam kehidupan kerja mereka dan turut meningkatkan stres ketika bekerja.
“Efek flow-on tersebut pada akhirnya dapat berdampak buruk pada kesejahteraan individu, serta sekaligus juga memengaruhi produktivitas karyawan di perusahaan.” jelasnya lebih jauh.
O’Riley juga mengatakan satu dari empat karyawan yang menjadi responden, menyebutkan bahwa mereka berniat untuk mencari pekerjaan lain dalam 12 bulan ke depan. Ini tentunya dapat menjadi pengingat bahwa sudah saatnya perusahaan turut serta memikirkan tingkat kesejahteraan mental karyawan mereka.
Sekitar 78% responden juga menginginkan adanya perubahan dan jenjang karir yang lebih, serta lebih memilih perusahaan yang mampu memberikan penawaran kerja fleksibel lebih luas. Kemudian 74% menginginkan adanya pengembangan karir yang lebih jelas di perusahaan. Sedangkan 69% lainnya menginginkan adanya perubahan pada penawaran tingkat kesejahteraan yang lebih baik dari perusahaan.
Survei juga menunjukkan bahwa 57% responden mengatakan asuransi kesehatan merupakan daya tarik utama untuk dipertimbangkan ketika berganti pekerjaan dan hampir setengah dari manajer SDM yang disurvei menginginkan adanya asuransi kesehatan yang dapat membantu mereka dalam mencari cuti kerja yang lebih panjang.
Sumber/foto : hrmasiamedia.com/newshub.co.nz
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS