Mengenali Lima Tanda Kemungkinan Akan Adanya PHK
Terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) memang tidak menyenangkan. Tapi setiap karyawan akan mengalami jika saatnya telah tiba. Namun demikian ada kalanya PHK datang lebih cepat daripada yang diperkirakan. Apa saja tanda-tandanya bahwa perusahaan akan melakukan PHK?
1.Perusahaan Tidak dalam Kondisi Bagus
Terlepas dari apapun jabatan di kantor, kita tentunya dapat mendengar informasi menyangkut apa yang sedang terjadi di perusahaan. Perusahaan sedang mengalami kesulitan likuiditas, uang tunai di kas perusahaan dan harta lancar (harta yang sewaktu-waktu dapat dicairkan) tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan operasional pada suatu periode tertentu, misalnya satu bulan. Uang tunai yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional bulan itu termasuk gaji karyawan, jumlahnya lebih kecil daripada jumlah tagihan yang harus dibayar pada bulan yang sama.
Masih untung jika perusahaan memiliki cadangan berupa laba tahun-tahun sebelumnya yang ditahan dengan tujuan untuk menghadapi keadaan darurat. Tapi cadangan bisa menipis, paling hanya mampu untuk membiayai operasional perusahaan selama tiga bulan. Jika situasi terus berlanjut dan tidak ada perubahan, maka kita dan juga karyawan yang lain berada dalam lampu kuning, bukan lagi zona nyaman.
Ada baiknya kita mengikuti terus berita-berita menyangkut perusahaan Anda di media cetak maupun online, untuk memberi kita peringatan. Memang tidak semua hal yang ditulis negatif di media, akan langsung meruntuhkan perusahaan tempat kita bekerja. Paling tidak kita dapat pasang kuda-kuda, bersiap-siap menyelamatkan masa depan kita.
2.Perusahaan Dijual ke Pihak Lain
Tidak hanya kesulitan likuiditas, perusahaan yang berpotensi diakuisisi oleh perusahaan lain juga sering menimbulkan rasa was-was karyawannya. Tergantung kesepakatan antara perusahaan pembeli dan perusahaan penjual, apakah karyawan menjadi bagian dalam proses transaksi akuisisi. Sering terjadi bahwa karyawan akan diterima di perusahaan baru dengan embel-embel akan dites kembali, artinya tidak semua karyawan dapat lolos begitu saja untuk ikut majikan baru.
Dapat terjadi, perusahaan lama melakukan PHK terlebih dahulu, setelah karyawan jumlahnya berkurang baru dilakukan negosiasi untuk akuisisi. Pembeli perusahaan umumnya tidak mau repot mengurus karyawan limpahan dari perusahaan bermasalah. Dia membeli perusahaan umumnya hanya mengincar aset yang berupa harta tak bergerak, misalnya tanah, gedung, cabang yang ada di mana-mana, harta kekayaan intelektual berupa merek (brand), mesin pabrik yang beroperasi di bawah kapasitas agar kelak dapat dimaksimalkan kinerjanya, jaringan pemasaran yang sudah lama terbangun. Soal karyawan umumnya dinomorduakan.
Alih-alih menerima karyawan dari perusahaan target, para pemburu perusahaan umumnya juga sudah memiliki sumber daya manusia sendiri di perusahaannya. Kalau perlu karyawan tidak ditambah jumlahnya, tapi mereka diberi tambahan tanggungjawab mengelola perusahaan target dengan imbalan-imbalan bonus atau kenaikan gaji. Kebijakan ini tentu lebih masuk akal karena perusahaan dapat menambah aset tanpa harus menambah karyawan dari perusahaan target akuisisi. Dengan bertambahnya aset maka otomatis, perusahaan juga semakin mudah mencari utang baru untuk mendanai ekspansi bisnis.
3.Kita Tidak Lagi Melakukan Aktivitas
Tugas yang selama ini kita pegang dialihkan ke orang lain, tanggungjawab kita semakin dikurangi. Laporan-laporan yang biasanya kita kerjakan kini juga diambil alih oleh manajer lain. Klien-kilen yang selama ini Anda pegang juga diserahkan kepada karyawan yang lain. Mungkin kita akan protes, karena selama ini yang mendapatkan klien itu kita. Tapi apa boleh buat, kita mendapatkan klien karena bertindak mewakili perusahaan, bukan atas nama pribadi. Pelan tapi pasti kita dibuat agar tidak betah berada di kantor.
Sementara itu kita terpaksa mengisi hari-hari di kantor dengan pura-pura sibuk, misalnya berkutat dengan sosial media. Teman-teman kita mungkin ada yang mulai mencibir atau empati tergantung dari sisi mana mereka melihat kita. Jika mereka merasa senasib dengan kita, mungkin akan menunjukkan rasa empati. Kalau mereka adalah pesaing kita, sudah pasti mereka juga menghendaki kita segera pergi.
Dalam situasi demikian, kita boleh mencari pekerjaan baru, tapi jangan membawa pekerjaan/proyek dari luar kantor untuk dikerjakan di dalam kantor. Atau kita membolos berhari-hari untuk mengerjakan proyek dari luar kantor tanpa alasan yang jelas. Membolos terlalu lama tanpa izin dapat terkena tindakan indisipliner. Bacalah undang-undang tentang ketenagakerjaan yang berkaitan dengan soal indisipliner yang berujung pada PHK, agar kita dapat bertindak hati-hati.
Bisa jadi awalnya perusahaan akan melakukan PHK secara bersama-sama terhadap beberapa karyawan demi efisiensi perusahaan, tapi kalau kita melakukan pelanggaran pribadi maka bisa jadi PHK terhadap kita akan dipercepat. Biasa dalam suasana demikian, perusahaan akan mencari-cari kesalahan agar dapat melakukan PHK tanpa memberikan pesangon, atau memberi pesangon dengan nilai sekecil-kecilnya. Hati-hati terhadap musuh-musuh dalam selimut di kantor yang juga dapat memberikan informasi buruk tentang kita ke pihak personalia.
4.Proyek Tiba-tiba Dihentikan
Bisa jadi kita masih diberi kepercayaan memegang suatu proyek agar memiliki kesibukan seperti biasanya. Suasana kerja sepertinya memang normal-normal saja. Ini mungkin hanya taktik dari pimpinan agar tidak terjadi gosip di sana-sini. Karyawan yang lain juga masih tetap bekerja seperti biasa. Pagi absen, setelah kerja setengah hari mereka makan siang bersama-sama, masih ada canda-ria.
Tapi tiba-tiba bos meminta semua pekerjaan diselesaikan secepatnya, seolah-olah ia mau berkemas-kemas. Apa yang terakhir kali dikerjakan itu pun sebetulnya sudah tidak lagi ditunggu/diperlukan oleh klien, hanya untuk membuat karyawan sibuk. Kemudian pimpinan mulai berterus terang apa sesungguhnya yang telah terjadi, pemegang saham tidak mau melanjutkan usaha ini karena marjin keuntungan terlalu tipis. Mereka memiih menutup bidang usaha dan tidak mau repot.
Banyak kasus demikian terjadi di Indonesia. Yang belum lama tersiar misalnya penutupan convenience store Seven Eleven, marjin yang tipis akhirnya tergerus lagi dengan adanya larangan menjual minuman beralkohol di minimarket. Beberapa media cetak, yang sebelumnya sudah kesulitan mendapat pemasukan dari iklan akhirnya tutup juga akibat bersaing dengan internet. Penerbitan buku cetak pun setali tiga uang, mengakhiri bisnisnya akibat perubahan teknologi digital.
5.Bos Tidak Menyukai Diri Kita
Mungkin sebelumnya kita pernah akrab dengan atasan, tapi tiba-tiba suasana berubah. Mau bertemu untuk membicarakan hal yang bersifat mendasar pun susah. Intinya bos tampaknya sudah tidak mau berbicara lagi dengan saudara. Kalau bertanya sesuatu menyangkut pekerjaan saudara, pimpinan justru bertanya kepada teman-teman kantor di sekitar kita. Rapat rutin yang biasanya melibatkan kita, kini dilakukan tanpa kehadiran kita. “Wah ada apa ini?” Tentunya kita juga mulai berpikir apa sesungguhnya kesalahan yang telah diperbuat.
Pimpinan tidak lagi berpihak kepada kita. Apapun yang kita lakukan dia tidak peduli lagi. Jika ini yang terjadi maka mulailah untuk menulis lamaran kerja dan cari info lowongan dari kenalan di kantor lain. Apa boleh buat, kita musti hengkang. Penguasanya bukan kita tapi pimpinan.
Sumber/foto : thebalance.com/forbes.com
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS