IntiPesan.com

Microsoft Work Trend Index 2020 : Gen Z Akan Menghadapi Tantangan Terberatnya

Microsoft Work Trend Index 2020 : Gen Z Akan Menghadapi Tantangan Terberatnya

Masa pandemi seperti sekarang ini telah banyak membuat perubahan besar di berbagai bidang kehidupan, baik kesehatan ataupun sosial ekonomi. Termasuk pula dalam merubah cara mereka dalam bekerja, dimana sebagian besar perusahaan mulai mengadopsi sistem kerja fleksible hingga pola kerja dari rumah atau Work From Home (WFH). Sehingga produktivitas dan kesehatan karyawan dapat tetap terjaga dengan baik. Sebagian besar dari mereka juga tetap berharap bahwa sistem kerja seperti ini dapat terus dipertahankan, bahkan ketika pandemi mulai menunjukkan adanya penurunan kasus di seluruh dunia.

Hal tersebut setidaknya terpantau dari hasil laporan penelitian dari Microsoft tentang Work Trend Index 2020 yang menyebutkan bahwa dari 31.000 pekerja yang disurvei, 73% berharap opsi WFH tetap akan berlanjut ketika pandemi berakhir.

Menurut Jared Spataro, Corporate Vice President untuk Microsoft memberika penegasan bahwa di masa depan pekerjaan hybrid tidak bisa dilihat lagi sebagai kegiatan bisnis seperti biasa. Para pemimpin harus mengadopsi pola pikir berkembang dan bersiap untuk memikirkan kembali bagaimana mereka merekrut dan mempertahankan bakat, mendorong kolaborasi, dan membentuk budaya perusahaan.

Dalam penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa sekitar 73% pekerja yang disurvei menginginkan opsi kerja jarak jauh yang fleksibel untuk dilanjutkan. Namun demikian sekitar 67 persen pekerja lainnya tetap menginginkan adanya tatap muka secara fisik di kantor. Ini kemudian membuat sekitar 66% pemilik bisnis mulai mempertimbangkan untuk mendesain ulang ruang fisik untuk mengakomodasi lingkungan kerja hybrid dengan lebih baik.

Keinginan tersebut adalah wajar karena sekitar 42% karyawan mengatakan bahwa mereka kekurangan kebutuhan kantor di rumah, termasuk 1 dari 10 yang mengatakan bahwa mereka tidak memiliki koneksi internet yang baik untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Yang lebih menyedihkan lagi bahwa ternyata hanya 46% pekerja yang menyatakan perusahaan mau membantu pembiayaan sewa peralatan hingga membayar tagihan internet selama mereka bekerja dari rumah.

Hal lain yang menjadi perhatian adalah soal produktivitas kerja, dimana satu dari lima responden survei global mengatakan bahwa perusahaan mereka tidak peduli lagi dengan keseimbangan kehidupan kerja mereka. Artinya banyak diantara mereka yang bekerja WFH memiliki jam kerja melebihi batas waktu yang telah disepakati bersama. Sehingga sekitar 54% merasa bahwa mereka terlalu banyak bekerja.

Situasi tersebut ternyata menimbulkan banyak masalah bagi Gen Z, dimana pada masa pandemi seperti sekarang ini lebih banyak generasi yang mulai melamar bekerja di berbagai perusahaan yang bertumpu pada pola kerja WFH. Akibatnya Gen Z ini diperkirakan akan lebih banyak memiliki kemungkinan stres dalam bekerja, karena tidak adanya mentoring dari seniornya.

Hal ini bukannya tanpa alasan. Karena sebagian besar Gen-Z merupakan pekerja yang baru memulai kariernya. Dengan adanya pandemi, mereka terpaksa harus memulai karier dengan bekerja dari rumah dan tak bisa bertemu langsung dengan rekan-rekan kerja barunya.

Studi ini melaporkan bahwa responden Gen-Z cenderung lebih banyak berjuang untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dengan kehidupan. Generasi ini juga lebih merasa lelah setelah seharian bekerja jika dibandingkan dengan generasi yang lebih tua.

“Gen Z juga akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan senior mereka dalam hal pekerjaan, bahkan ketika mereka mengajukan ide-idenya selama rapat berlangsung,” tulis Microsoft dalam situs resminya.

Hannah McConnaughey, manajer pemasaran produk di Microsoft yang merupakan pekerja Gen Z menyebutkan bahwa tanpa adanya pertemuan informal dengan karyawan senior tentunya akan membuat generasi ini akan semakin sulit untuk berinteraksi. Apalagi untuk membangun networking.

“Jadinya proses membentuk networking di awal karir mereka menjadi jauh lebih menakutkan sejak pindah ke pekerjaan jarak jauh – terutama sejak beralih ke tim yang sama sekali berbeda selama pandemi, ” jelasnya lebih jauh.

Menurut Anders, editor senior LinkedIn yang juga bekerjasama dengan Microsoft menyebutkan bahwa penemuan ini menunjukkan bahwa untuk Gen Z dan orang-orang yang baru memulai karir mereka, ini tentunya merupakan situasi yang kurang yaman bagi mereka.

“Ini situasi yang sangat sulit bagi mereka, terutama ketika harus mulai membangun pondasi networking yang kokoh untuk kelanjutan karir mereka di masa depan,” ungkapnya.

Untuk itu Microsoft menyarankan perusahaan berinvestasi dalam teknologi, yang dapat membantu menjembatani dunia fisik dan digital. Sehingga tim dapat bekerja dari jarak jauh dan di kantor. Selain itu, dikatakan bahwa karyawan Gen Z membutuhkan lebih banyak dukungan karir yang lebih baik dari tempat dimana mereka bekerja sekarang ini.

“Bersiaplah untuk membangun rencana baru – tidak hanya sekali, tapi mungkin dua, tiga, empat kali. Apa yang berhasil untuk karyawan dan bisnis perusahaan di tahun lalu mungkin akan sama sekali berbeda dengan tahun ini dan beberapa tahun ke depannya,” tambah Anders.

Sumber/foto : forbes.com/wisegeek.com