IntiPesan.com

Willis Towers Watson : 42% Perusahaan di Inggris Mengkaji Ulang Employee Benefit di Masa Pandemi

Willis Towers Watson : 42% Perusahaan di Inggris Mengkaji Ulang Employee Benefit di Masa Pandemi


Pandemi Covid yang telah berlangsung lebih dari setahun terakhir, ternyata telah benar-benar membuat membuat banyak perubahan di berbagai perusahaan seluruh dunia. Mulai dari mengatur ulang sistem kerja tradisional menjadi lebih fleksibel, hingga kepada menawarkan pengurangan jam kerja menjadi lebih sedikit di kantor dan memperbolehkan karyawan bekerja dari rumah. Ini tentunya membuat perusahaan perlu mengkaji ulang kebijakan program tunjangan bagi karyawan mereka.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh konsultan SDM Willis Towers Watson di Inggris menemukan bahwa pada saat ini sekitar 42% perusahaan, telah membuat perubahan pada program tunjangan mereka sebagai akibat dari semakin meluasnya pandemi Covid.

Menurut Virgile Loisance, CEO Emeraude Escape, sebuah perusahaan yang berbasis di Paris bahkan menyebutkan bahwa pandemi Covid benar-benar telah memperluas arti dari program tunjangan karyawan pada skala yang belum pernah terpikirkan di masa lalu.

Dirinya menambahkan kini setiap perusahaan harus berpikir lebih keras dalam mengupayakan pemberian program tunjangan karyawan yang sesuai, dalam pola kerja yang lebih fleksibel dari yang pernah ada sebelumnya.

Karen Thornley, CEO perusahaan konsultan Innecto , yang merupakan bagian dari Personal Group, mencatat bagaimana pandemi telah membawa perusahaan dalam sebuah level baru dalam hal penentuan kebijakan program tunjangan karyawan yang lebih sesuai dengan situasi dan kondisi sekarang.

“Bisa dipastikan bahwa pandemi telah memberikan wawasan baru bagi setiap perusahaan dalam menentukan kebijakan program tunjangan bagi karyawan, dan membuat setiap manajemen yang terlibat untuk meninjau ulang penawaran mereka kepada staf, ” jelasnya lebih jauh.

Akibatnya kini divisi SDM harus merestrukturisasi seluruh program yang mereka jalankan, agar setiap karyawan tetap merasa diperhatikan dan mendapatkan hak serta kewajibannya mengingat situasi dan kondisi yang sedang berlangsung dapat mempengaruhi secara langsung eksistensi mereka” di masa kini dan masa depan.

Sebagian dari mereka mempertanyakan program tunjangan seperti apakah yang sesuai dengan kondisi pandemi seperti sekarang ini ? Apakah kerja fleksibel ataupun bekerja dari rumah akan tetap menjadi pilihan di masa depan ? Bagaimanakah cara mengelolanya ?

Dalam senelitian oleh perusahaan konsultan SDM global Robert Half menemukan bahwa hampir setengah dari 1.000 karyawan yang disurvei lebih menyukai pekerjaan hybrid, yakni membagi pekerjaan secara proporsional untuk dikerjakan di rumah dan di kantor secara bergantian.

Dalam laporan terbaru yang dilakukan oleh Microsoft juga menyetujui bahwa hybrid merupakan pilihan terbaik sistem kerja di masa depan pekerjaan.

Namun, ini berarti perusahaan perlu memastikan penawaran tunjangan mereka sesuai dengan tujuan, sehingga karyawan merasa pekerjaan mereka tetap dihargai dan diperhatikan oleh perusahaan. Hal inilah kemudian yang membuat banyak perusahaan mulai mempertimbangkan personalized benefit yang lebih fleksibel bagi setiap karyawan.

Banyak perusahaan menilai bahwa dengan mengaplikasikan personalized benefit dapat meningkatkan keterlibatan karyawan, dan membantu mereka dalam meningkatkan produktivitas. Serta memberikan karyawan kesempatan untuk memutuskan apa yang paling penting bagi mereka.

Menurut Thornley mempertemukan antara hak dan kewajiban diantara karyawan dan perusahaan adalah sesuatu yang cukup pelik untuk dilakukan pada saat ini. Hal tersebut semakin rumit ketika sistem kerja jarak jauh mulai diperkenalkan, karena ada sebagian pekerja ataupun perusahaan tidak dapat melakukannya dengan berbagai alasan tertentu.

Thornley menambahkan bahwa salah satu solusi untuk mengatasinya adalah dengan menerapkan aplikasi data berbasis analitik dan survei melalui bantuan teknologi. Oleh karena itu manajemen organisasi perlu menekankan bahwa divisi SDM perlu melakukan pembenahan, agar mereka mampu memberikan gambaran secara cepat mengenai apa yang dibutuhkan oleh perusahaan dan tenaga kerja secara real time berdasarkan data kolektif yang mereka kumpulkan dari karyawan.

Pekerjaan dengan menitikberatkan proses pengolahan data melalui internet dan komputer di masa depan mungkin bukanlah solusi yang terbaik, banyak orang kini mulai mempertimbangkan lalulintas data secara realtime melalui perangkat seluler yang dimiliki oleh setiap karyawan.

Lucie McGrath, ahli dalam bidang tunjangan kesehatan di Willis Tower Watson menyebutkan bahwa dirinya setuju apabila pada saat ini setiap karyawan harus mampu mencari dan memilah informasi secara cepat mengenai berbagai program tunjangan yang ditawarkan dan dibutuhkan kepada mereka. Sehingga dalam hal ini teknologi memegang peranan penting dalam memantau pekerjaan mereka, sekaligus memonitor program tunjangan yang didapatkannya.

Penelitian Willis Towers Watson juga menunjukkan bahwa 61% pada saat pandemi seperti sekarang ini, pengusaha Inggris mempercayai bahwa komunikasi yang baik dan jelas tentang program tunjangan yang ditawarkan dan diperoleh karyawan akan menjadi sangat penting dalam beberapa tahun terakhir.

Namun dengan banyaknya aplikasi untuk memantau produktivitas dan majamene pekerjaan, telah pula membuat sebagian besar karyawan merasa kesulitan untuk mempergunakannya. Sehingga dalam hal ini kompabilitas alat dan teknologi menjadi kata yang sangt penting untuk diperhatikan.

Penting untuk diingat bahwa teknologi adalah enabler dan bukan solusi. Tidak ada gunanya mengimplementasikan aplikasi atau solusi baru, hanya karena terlihat bagus apabila tidak memiliki substansi yang diperlukan untuk benar-benar memberdayakan karyawan tentang pilihan manfaat mereka dan seterusnya.

Sumber/foto : unleashgroup.io/forbes.com