IntiPesan.com

Tiga Hal Yang Mendukung Transformasi Teknologi Secara Efektif Pada Masa Pandemi

Tiga Hal Yang Mendukung Transformasi Teknologi Secara Efektif Pada Masa Pandemi

Bagi sebagian besar pelaku bisnis tahun 2020 merupakan tahun yang sangat istimewa, dan berbeda dengan tahun sebelumnya. Ya, karena pada tahun ini terjadi perubahan yang sangat signifikan pada semua aspek kehidupan dan ini semua diakibatkan oleh semakin meluasnya pandemi Covid19. Sehingga menimbulkan gelombang disrupsi yang sangat besar di seluruh dunia.

Demi mencegah meluasnya pandemi banyak negara mulai melakukan pembatasan tatap muka secara fisik antar individu, akibatnya komunikasi melalui bantuan teknologi menjadi sebuah alternatif utama. Ini kemudian berdampak percepatan transformasi teknologi, sebagai solusi terbaik untuk mengatasi berbagai dampak yang ditimbulkan oleh pandemi.

Hal tersebut kemudian diperkuat oleh temuan dari penelitian Workday Digital Agility Index mengenai kesigapan digital dari perusahaan yang ada di kawasan Asia Pasifik. Terutama di Asia Tenggara. Hasilnya tiga perempat (75%) dari responden yang terdiri dari 900 pemimpin bisnis dan C-suite senior di 9 negara mengatakan bahwa organisasi mereka telah terkena dampak negatif COVID-19. Sebagai hasilnya hampir sembilan dari sepuluh (89%) menjadikan transformasi digital, sebagai prioritas utama bagi organisasi mereka. Namun demikian mereka masih gamang tentang bagaimana cara melakukan transformasi teknologi tersebut dan siapakah yang akan memimpinnya ?

Karena pandemi COVID-19, banyak perusahaan sekarang dapat melihat manfaat transformasi digital dengan perspektif baru. Namun ketika momentum untuk transformasi digital mencapai masa kritis, penting bagi kita untuk mengambil langkah mundur dan mengingat betapa sulitnya transformasi sejati untuk dicapai. Sehingga menimbulkan pertanyaan apa yang diperlukan perusahaan agar dapat melakukan transformasi secara efektif.

Menurut Rob Wells, President dari Workday, Asia menyebutkan bahwa ada tiga syarat keberhasilan tarnsformasi digital, yakni

1.Talent
2.Teknologi
3.Waktu Yang Tepat

Dengan kata lain transformasi yang efektif membutuhkan adanya dukungan penuh dari manajemen dan btalent yang terlibat. Kemudian berkaitan dengan investasi teknologi dan infrastruktur yang memadai. Terakhir teknologi dan talent harus bekerjasama secara bertahap dalam periode waktu yang panjang.

Menurutnya Covid19 memang telah secara drastis mengubah dunia kerja dalam semalam, dan dengan sukses mampu memaksa setiap organisasi ataupun perusahaan untuk mengevaluasi kembali cara dan sistem kerja mereka yang lama, untuk kemudian menggantinya dengan serangkaian peraturan baru yang lebih berorientasi pada kesehatan dan keselamatan karyawan mereka. Ini kemudian menjadi sebuah istilah baru yang disebut dengan New Normal.

Hampir setengah (45%) dari semua organisasi di Asia Tenggara dan Hong Kong tidak dapat mengadaptasi proses bisnis mereka secara cepat, sebagai respon terhadap terhadap semakin meluasnya Covid19. Sebagian lagi (64%) mengatakan bahwa hanya setengah dari SDM mereka yang memiliki keterampilan digital secara memadai. Angka-angka ini benar-benar mengejutkan banyak pihak, dan tentu saja merupakan tantangan besar bagi organisasi dalam menghadapi masa depan mereka.

Hal ini dikarenakan-pertama, mengelola talent dan membawa tim tetap dapat bekerjasama di masa krisis merupakan tugas yang sulit bagi setiap pemimpin organisasi. Selain itu banyak perubahan yang gagal karena tidak mendapatkan dukungan penuh dari manajemen senior, sehingga mengakibatkan kelambanan reaksi dari organisasi dalam menghadapi tantangan yang cepat terjadi.

Dalam konteks pandemi, ini menuntut keberanian dari perusahaan untuk menyadari bahwa bisnis tidak dapat berlanjut seperti biasa. Ini menuntut keyakinan untuk menantang status quo. Serta mulai menanamkan budaya yang berorientasi ke masa depan yang mencakup teknologi, manusia, dan perubahan.

Bertolak belakang dengan pemahaman masyarakat umum, sebenarnya manusialah yang harus didahulukan dan bukan teknologi, agar transformasi digital berhasil. Namun temuan Workday telah menemukan bahwa 80% organisasi di Asia Tenggara dan Hong Kong tidak melihat talent sebagai keunggulan strategis yang penting, dengan lebih dari dua pertiga (68%) mengabaikan pengalaman karyawan ketika menyangkut keputusan perusahaan secara luas.

Seharusnya tidak demikian, karena dengan melalui pelatihan dan pertimbangan yang memadai untuk memberikan pengalaman baru kepada karyawanm adalah mutlak diperlukan dalam memastikan bahwa setiap talent yang kita miliki bisa mendukung visi transformasi dari organisasi.

Kemudian yang kedua, selama beberapa dekade terakhir, kemunculan teknologi baru sangat cepat terjadi. Mulai dari penelitian tentang IoT, blockchain, AI dan machine learning menjadi beberapa inovasi baru yang sangat menjanjikan untuk masa depan bagi semua perusahaan untuk berkembang. Sehingga ini benar-benar membantu bagaimana organisasi dapat memanfaatkan teknologi, untuk meningkatkan produktivitas dan keterlibatan.

Namun demikian masih banyak perusahaan tidak dapat mengikuti evolusi ini. Dimana dalam penelitian Workday menyebutkan bahwa perbedaan ini dengan jelas tergambarkan – dimana hanya seperempat (25%) organisasi di Asia Tenggara dan Hong Kong yang beroperasi dengan platform teknologi digital untuk seluruh perusahaan. Kenyataan ini membuat banyak perusahaan merasakan kesulitan berat, yang diakibatkan oleh krisis akibat adanya pandemi.

Disinilah kemudian kekuatan transformatif teknologi mulai terlihat – dengan bantuan teknologi dan berbagai platform modern telah mampu menyediakan beragam analitik yang komprehensip, yang dapat mendukung setiap keputusan manajemen di masa sulit dengan tepat dan efektif.

Penting untuk diingat bahwa tanpa meningkatkan dukungan dan kemampuan beradaptasi orang, teknologi paling inovatif pada akhirnya akan dibuang di pinggir jalan. Teknologi sendiri hanyalah sarana untuk mencapai tujuan, tanpa orang yang menggerakkan visi perubahan, transformasi digital hampir pasti akan gagal.

Kita juga harus mengakui bahwa transformasi yang berarti tidak terjadi dalam semalam dan itu pasti tidak dapat terjadi atas kemauan. Ini adalah proses bertahap yang membutuhkan waktu dan upaya yang signifikan, dari semua pemangku kepentingan yang terlibat.

Perusahaan yang ingin memanfaatkan potensi penuh transformasi digital harus ingat bahwa proses tersebut pada hakikatnya berpandangan ke depan, dan dirancang untuk bisnis dalam menghadapi setiap risiko dan ketidakpastian yang tak terduga. Untuk itu setiap organisasi harus fokus pada upaya bagaimana mereka dapat menjadi lebih sigap secara digital, dan menanamkan lingkungan yang ramah terhadap segala perubahan teknologi. Serta cepat merencanakan pemulihan di masa depan dan pertumbuhan baru, yang yang oleh banyak orang disebut dengan istilah New Normal.

Sumber/foto : hrmasiamedia.com/businesstoday.com.my