Tiga Cara Menangani Karyawan yang Bandel dan Memiliki Kinerja Buruk
Bagi sebagian besar manajer, menangani berbagai macam karakter karyawan merupakan hal yang cukup rumit, menyebalkan dan banyak menghabiskan waktu mereka. Walaupun demikian karyawan tetap harus diperhatikan dengan baik, karena mungkin mereka memiliki kinerja bagus, dan manajemen harus mempertahankannya untuk tidak resign. Untuk itu perusahaan harus memiliki hubungan yang baik dengan semua karyawan yang ada.
Namun demikian hubungan tersebut tidak senantiasa berjalan harmonis, karena terkadang karyawan merasa percaya diri dan mulai menuntut berbagai macam perbaikan yang menurut mereka sah untuk dilakukan. Ini tentunya cukup merepotkan bagi sebagian besar manajemen perusahaan. Untuk menghindarinya ada tiga cara sederhana yang bisa berguna ketika mereka mulai mengajukan tuntutan.
Pertama.
Perhatikanlah bahwa kita memiliki ekspektasi yang cukup jelas terhadap karyawan, baik formal maupun informal serta untuk kinerja dan perilaku. Kejelasan manajer terhadap segala sesuatu adalah sangat penting, sehingga karyawan memiliki pemahaman dan tujuan yang jelas pula. Ini juga akan membuat diskusi diantara mereka menjadi tidak emosional dan lebih rasional.
Mereka juga bisa dilibatkan dalam tahap pengembangan dari tujuan perusahaan, ini akan membuat karyawan merasa terlibat penuh dalam setiap proses manajemen. Selain itu dengan melibatkan mereka secara aktif akan lebih mudah bagi perusahaan dan karyawan, dalam menentukan sikap seperti apakah yang tidak cocok diterapkan dalam perusahaan. Sehingga ketika terjadi pushback perusahaan dapat kembali mengingatkan kepada mereka tentang harapan dan tujuan bersama yang ingin dicapai, dan ini berkaitan erat dengan bekerja secara rasional bukan emosional.
Kedua.
Selalu mengingat kepada motivasi bekerja. Kita bisa mencoba meluangkan waktu untuk lebih mengenal karyawan, terkadang mereka memiliki beragam ide yang bisa membuatnya lebih bersemangat dalam bekerja. Termasuk pula apa saja yang bisa memotivasi mereka dan juga apa yang membuat mereka kehilangan motivasi bekerja. Jika perusahaan tidak memahami mereka, manajemen akan sulit menemukan motivasi yang efektif bagi karyawan, dan ini akan berpengaruh terhadap kinerja.
Terkadang permasalahan motivasi karyawan terletak pada pendapatan atau gaji mereka, namun hal tersebut bukanlah yang utama. Sebagian dari karyawan menuntut hal yang berbeda satu sama lain, mulai dari kantor yang nyaman untuk bekerja, fleksibilitas jam kerja hingga kepada penentuan cuti ataupun hari libur. Karena ketika hal tersebut menyangkut emosi dan keinginan, maka tidak akan ada sistem akunting yang mampu menghitungnya secara akurat. Semakin banyak yang kita tahu tentang keinginan mereka, semakin baik kita mampu mengelola dengan efektif.
Ketiga.
Memiliki ketegasan. Terkadang ketika kita telah mencapai tingkat kerjasama yang baik dan mampu memotivasi karyawan secara penuh tetap saja kurang mencukupi, hingga akhirnya malah membuat semangat bekerja merosot tajam. Maka pada titik ini diperlukan ketegasan untuk menentukan langkah selanjutnya, apakah karyawan harus berhenti ataupun terus berlanjut.
Dalam bidang HR yang telah terbiasa bekerja dengan dukungan dokumen yang baik dan sistem yang memadai, tetap saja ada masalah yang timbul dari karyawan dan ini bisa mengganggu kinerja tim. Apabila ini terjadi tentunya bisa melemahkan reputasi manajemen perusahaan dan menimbulkan anggapan manajemen tidak efektif dalam mengelola karyawan. Terkadang tindakan tegas sangat diperlukan dalam menindak karyawan yang berlebihan, namun hal ini tentunya sangat beresiko. Untuk itu lakukanlah dengan seksama, tidak terburu-buru namun cepat.
Sumber/foto : forbes.com/hroresources.com